Dialog Anak Manusia eps 03
Karena lelah aku baringkan
tubuh ini diatas tikar dalam kamar sempit. Gelap cahaya kamar menambah nuansa
tenang, setelah satu minggu belakangan aku sibuk dengan pekerjaan aku sebagai
budak pengetahuan yang mondar-mandir
ruangan kelas, ruang perpustakaan dan tempat senda gurau bersama kalian. Nikmat sekali rasanya
sampai tulang-tulang ini mengeluarkan bunyi kelelahannya
"trak...trak...trak". Indera penglihatan mulai tertutup, alat
bernafas menghela oksigen sangat dalam dan tertidur lelaplah aku.
Tidak pernah ada yang tau jikalau saat tertidur kemana aku pergi, karena memang akupun tak tahu aku ada dimana saat aku tertidur. Tapi kerap kali aku merasakan sekujur jasad ini merasakan dan panca inderaku mengindera layaknya kehidupan sehari-hari di dunia aku. Aku pernah masuk ke dalam satu ruangan, di sana aku melihat banyak orang mondar-mandir sambil menenteng buku-buku yang tebal dan sebagian dari mereka duduk di lantai saling bercengkrama. Beberapa diantaranya juga ada yang bergumul mendengarkan satu orang yang berceramah.
" Jadi sudah
seharusnya kita sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, kita harus taat
pada ajarannya, harya menghindarkan diri dari yang dilarang Tuhan"
Kalimat orang yang ceramah
itu terdengar sampai ke indera pendengaran aku, tapi aku tidak mengerti apa
yang dikatakanya.
Semakin penasaran saja
dengan apa yang dikatakan penceramah itu, aku melangkahkan kedua kaki ini ke
sisi lain ruangan. Aku melihat orang yang duduk bersila sambil meletakan kedua
tangannya di atas lutut dengan matanya yang terpejam. Di depan orang itu aku
lihat ada patung besar yang juga duduk bersila, mereka sering menyebutnya
dengan Buddha. Ketika aku hendak bertanya pada orang yang sedang duduk itu tiba-tiba ada yang menarik leher
bajuku sambil
berkata "jangan kau ganggu orang itu, dia sedang khusu".
Yasudah karena aku takut
menggangu aku beranjak ketempat sudut yang lain, tak sengaja aku melemparkan
batu kecil ke arah orang yang ada di sudut barat, seketika orang itu menoleh ke
belakang namun seolah di tidak peduli. Akupun menghampirinya, aku hendak
meminta maaf tapi waktu aku sentuh pundaknya dia tetap diam tak menoleh.
Setelah aku mengarahkan kedua mataku ke depan ternyata dia sedang khusu
mulutnya mengucap kata-kata yang aku tak mengerti. Di hadapan orang itu aku melihat
ada kayu berbentuk vertikal dan satunya lagi horizontal. Aku menunggunya sampai
orang itu selesai dan aku lantas meminta maaf lalu aku langsung pergi berjalan
lagi. "Apa yang sedang dua orang tadi lakukan" begitu bibir aku
bergumam.
Aku tak pedulikan orang
yang berdua itu, lantas aku teruskan melangkah mengelilingi ruangan yang tak
terlihat ujungnya. Dalam langkah kesekian kalinya tiba-tiba mata ini
mengarahkan sorotnya ke arah Utara, terlihat segerombolan orang melingkar dan
di tengah-tengahnya ada api dalam wadah berbentuk seperti mangkuk tapi
diameternya kira-kira satu meter.
Kedua kaki ini atas
perintah otak melangkah lebih cepat karena saking penasarannya. Kurang dari
tujuh meter dari tempat orang-orang itu berkumpul tiba-tiba aku dihadang oleh
dua orang berjubah hitam, mukanya tak terlihat tertutupi oleh jubahnya yang
besar. "Mau kemana kamu, berhenti di sini!"
Aku tidak bisa mengelak
kedua tanganku dipegangnya erat.
Sekitar 16 menit aku
dipegang erat oleh kedua orang berjubah tadi, selesai juga orang yang berkumpul
mengelilingi api itu, mereka lantas pergi dan dilepaskan pulalah kedua
tanganku. Lalu sejenak aku mengistirahatkan diri, aku duduk sambil
termenung heran dan bingung apa yang sedang aku alami ini. Aneh sekali
orang-orang tadi terlihat begitu hikmatnya berkegiatan, apa yang sedang mereka
lakukan aku tak tahu.
"Bangun...bangun...sudah
pagi!!!"
Perempuan yang sangat aku
cintai tiba-tiba membangunkan aku dan menyuruhku untuk mandi lalu sarapan untuk
pergi ketempat perbudakan lagi.
No comments:
Post a Comment