November 20, 2016

Dialog Anak Manusia

Dialog Anak Manusia eps 03

Karena lelah aku baringkan tubuh ini diatas tikar dalam kamar sempit. Gelap cahaya kamar menambah nuansa tenang, setelah satu minggu belakangan aku sibuk dengan pekerjaan aku sebagai budak  pengetahuan yang mondar-mandir ruangan kelas, ruang perpustakaan dan tempat senda gurau bersama kalian. Nikmat sekali rasanya sampai tulang-tulang ini mengeluarkan bunyi kelelahannya "trak...trak...trak". Indera penglihatan mulai tertutup, alat bernafas menghela oksigen sangat dalam dan tertidur lelaplah aku.

Tidak pernah ada yang tau jikalau saat tertidur kemana aku pergi, karena memang akupun tak tahu aku ada dimana saat aku tertidur. Tapi kerap kali aku merasakan sekujur jasad ini merasakan dan panca inderaku mengindera layaknya kehidupan sehari-hari di dunia aku. Aku pernah masuk ke dalam satu ruangan, di sana aku melihat banyak orang mondar-mandir sambil menenteng buku-buku yang tebal dan sebagian dari mereka duduk di lantai saling bercengkrama. Beberapa diantaranya juga ada yang bergumul mendengarkan satu orang yang berceramah.
" Jadi sudah seharusnya kita sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, kita harus taat pada ajarannya, harya menghindarkan diri dari yang dilarang Tuhan"
Kalimat orang yang ceramah itu terdengar sampai ke indera pendengaran aku, tapi aku tidak mengerti apa yang dikatakanya.

Semakin penasaran saja dengan apa yang dikatakan penceramah itu, aku melangkahkan kedua kaki ini ke sisi lain ruangan. Aku melihat orang yang duduk bersila sambil meletakan kedua tangannya di atas lutut dengan matanya yang terpejam. Di depan orang itu aku lihat ada patung besar yang juga duduk bersila, mereka sering menyebutnya dengan Buddha. Ketika aku hendak bertanya pada orang yang sedang duduk itu tiba-tiba ada yang menarik leher bajuku sambil berkata "jangan kau ganggu orang itu, dia sedang khusu".

Yasudah karena aku takut menggangu aku beranjak ketempat sudut yang lain, tak sengaja aku melemparkan batu kecil ke arah orang yang ada di sudut barat, seketika orang itu menoleh ke belakang namun seolah di tidak peduli. Akupun menghampirinya, aku hendak meminta maaf tapi waktu aku sentuh pundaknya dia tetap diam tak menoleh. Setelah aku mengarahkan kedua mataku ke depan ternyata dia sedang khusu mulutnya mengucap kata-kata yang aku tak mengerti. Di hadapan orang itu aku melihat ada kayu berbentuk vertikal dan satunya lagi horizontal. Aku menunggunya sampai orang itu selesai dan aku lantas meminta maaf lalu aku langsung pergi berjalan lagi. "Apa yang sedang dua orang tadi lakukan" begitu bibir aku bergumam.

Aku tak pedulikan orang yang berdua itu, lantas aku teruskan melangkah mengelilingi ruangan yang tak terlihat ujungnya. Dalam langkah kesekian kalinya tiba-tiba mata ini mengarahkan sorotnya ke arah Utara, terlihat segerombolan orang melingkar dan di tengah-tengahnya ada api dalam wadah berbentuk seperti mangkuk tapi diameternya kira-kira satu meter.
Kedua kaki ini atas perintah otak melangkah lebih cepat karena saking penasarannya. Kurang dari tujuh meter dari tempat orang-orang itu berkumpul tiba-tiba aku dihadang oleh dua orang berjubah hitam, mukanya tak terlihat tertutupi oleh jubahnya yang besar. "Mau kemana kamu, berhenti di sini!"

Aku tidak bisa mengelak kedua tanganku dipegangnya erat.
Sekitar 16 menit aku dipegang erat oleh kedua orang berjubah tadi, selesai juga orang yang berkumpul mengelilingi api itu, mereka lantas pergi dan dilepaskan pulalah kedua tanganku. Lalu sejenak aku mengistirahatkan diri, aku duduk sambil termenung heran dan bingung apa yang sedang aku alami ini. Aneh sekali orang-orang tadi terlihat begitu hikmatnya berkegiatan, apa yang sedang mereka lakukan aku tak tahu.
"Bangun...bangun...sudah pagi!!!"

Perempuan yang sangat aku cintai tiba-tiba membangunkan aku dan menyuruhku untuk mandi lalu sarapan untuk pergi ketempat perbudakan lagi.
LKISSAH
LKISSAH

Forum Pecinta Ilmu Sosial dan Sejarah

No comments:

Post a Comment