June 09, 2017

PERANG SALIB (Crusade)



PERANG SALIB (Crusade)

 Kronologi, Latar Belakang, Akhir Dan Dampak Perang

Oleh    : Achmad Fachri Huseini

sumber foto (http://strangenotions.com/wp-content/uploads/Crusades.jpg)

    Kronologi Perang Salib


1.      1072 M Pasukan Turki Seljuk pimpinan memenangkan pertempuran melawan Byzantium pimpinan di Manzikert (Turki Modern).

2.      1085 M Reconquista di Spanyol berkobar, Toledo direbut Pasukan Castillia.

3.      1086 M Pasukan Castilia Raja Alfonso IV dikalahkan Pasukan Murabittun pimpinan Yusuf Bin Tasyfin di Zallaqah.

4.      1094-1096 M Turki Seljuk Bersiap menakhlukan Anatolia namun gagal karena Sultan Malik Syah wafat sebelum perang.

5.      1095 M Kaisar Alexius meminta bantuan Paus di Roma untuk merebut Anatolia dari Turki Seljuk, Paus Urbanus II menyerukan perang Salib.

6.      1096-1099 M Perang Salib I, gelombang pertama (Perancis, Inggris, dan Genoa) kedatangan Pasukan Salib Eropa melalui Konstantinopel ke Anatolia.

7.      1099 M kemenangan Pasukan Salib yang dipimpin Godfrey De Bouilon. Nicaea, Heraclea, Antioch, Tripoli dan  Edessa direbut. Kerajaan Latin Jerusalem resmi berdiri.

8.      1118 M Pasukan Salib di Spanyol merebut benteng-benteng di Zaragoza dari kaum Murabittun.

9.      1147 M Lisbon Portugal direbut Pasukan Salib, Perang Salib II berkobar, kaum Muslim melawan balik.

10.  1144 M Pasukan Atabeg Imadudin Zanki merebut Edessa, Aleppo, dan Hamah.

11.  1149 M Antioch ditakhlukan pasukan Atabeg Nurudin Zanki.

12.  1151 M Gelombang Pasukan Salib dari France dan Jerman dibawah komando Louis VII dan Conrad II dikalahkan Nurudin Zanki.

13.  1153 M Ascalon direbut Baldwin III dari Jerussalem, Mesir Terancam.

14.  1171 M Shalahudin Al-Ayyubi (Saladin) menyatukan Mesir dan Suriah, menyingkirkan intervensi politik Pasukan Salib di Mesir.

15.  1174 M Nurudin Zanki Wafat, Saladin naik tampuk kekuasaan seteah menyelesaikan konflik di Damaskus.

16.  1187 M Saladin mengalahkan Pasukan Salib di Gurun Hattin dan menawan Raja Jerussalem Guy De Lusignan, Jerussalem direbut kembali setelah dikepung dari 20 September-2 Oktober. Balian De Ibelin menyerahkan Jerussalem tanpa syarat.

17.  1189 M Perang Salib III berkobar. Richard I Raja Inggris, Phillip II France, dan Frederick I Barbarossa Kaisar Romawi Suci (Jerman) membentuk aliansi Pasukan Salib.

18.  Richard I menakhlukan Cypruss, Acre, dan Yaffa. Phillip II August kembali ke France untuk menakhlukan Inggris. Frederick I Barbarossa menakhlukan Konya tapi tewas ketika menyeberangi Sungai Calycadnus.

19.  1192 M Perjanjian damai antara Saladin dan Richard. Outremer atau daerah pesisir tanah suci Yaffa, Acre dan Cyprus menjadi bagian dari Kaum Kristiani dan Tanah Suci tetap menjadi bagian Kaum Muslim tetapi peziarah kristen tetap diizinkan untuk berziarah ke gereja makam kudus.

20.  1201-1204 M Perang Salib IV, Perang antar kaum kristiani (Ortodoks VS Katolik), penjarahan Constantinopel oleh Pasukan Salib dan Pembuangan kaisar Byzantium Theodore I Lascaris.

21.  1212 M Pasukan Salib mengalahkan Muslim di Las Navas De Tolesa. Menandai kemuduran secara politis Muslimin Spanyol.

22.  1213-1221 M Perang Salib V, Pasukan Salib dari France dikalahkan Pasukan Ayyubiyah di Pelabuhan Damietta Mesir.

23.  1228-1229 M Perang Salib VI Frederick II dari Romawi Suci menguasai Jerussalem setelah perundingan. Pada masa ini tak begitu banyak pertempuran besar antara Muslim dengan Kristen.

24.  1236 M Kordoba ibukota Muslim di Spanyol direbut Pasukan Salib Reconcuista.

25.  1244 M Jerussalem direbut kembali oleh Muslim Khawarizm.

26.  1248-1254 M Perang Salib VII, Pasukan Mesir berhasil menghalau Invasi Pasukan Salib dari France Pimpinan Louis IX.

27.  1248 M Pasukan Salib Ferdinand III dari Castilia Merebut Sevilla.

28.  1249 M Keemiran Granada menjadi benteng terakhir dan kekuatan politik islam di Spanyol yang tersisa.

29.  1270 M Perang Salib VIII, Gagal karena Louis IX Meninggal ketika menyerang Tunisia dan pasukannya ditarik mundur ke France.

30.  1272 M Perang Salib IX, Kemenangan Muslim Mamluk, Sultan Baybars mengusir sisa-sisa pasukan Salib dari Palestina dan Suriah. Invasi terakhir Pasukan Salib di Timur Tengah.

31.  1492 M “Granada Runtuhnya Islam Spanyol” Reconquista Kristen Spanyol Sukses, Kaum Muslim Moor diusir dari Spanyol oleh Ferdinand dari Aragon dan Isabella dari Castilia.


  Latar Belakang Terjadinya Perang.
Perang Salib adalah perang yang terjadi antara Muslimin dengan Kristen Eropa sejak tahun 1096-1291 M. di dunia modern dikenal dengan Crusade dari kata Crux bahasa Latin yang artinya salib, hal ini dikarenakan pasukan yang dikirim dari Eropa menggunakan symbol salib di pakaian perang mereka sebagai tanda bahwa mereka melakukan perang suci atas motivasi utama mereka membebaskan kota suci Jerussalem dari tangan Muslimin.[1]

Perang ini merupakan perang paling lama yang pernah terjadi dalam sejarah umat manusia, kendati dalam kurun waktu 283 tahun tersebut diiringin dengan gencatan senjata antara masing-masing pihak yang terlibat. Perang ini meninggalkan luka sejarah yang begitu kelam antara Muslimin dan Kritiani serta kerugian yang amat besar bagi pihak-pihak yang terlibat dalam rangkaian perang ini.

Apabila kita telaah lebih lanjut ada banyak peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi perang ini setidaknya faktor utamanya adalah :





1.      Faktor Agama

Seperti yang kita ketahui semuanya faktor agama menjadi api pemantik terjadinya rangkaian peristiwa berdarah ini, memang kalau kita telisik lebih lanjut ada beberapa faktor yang juga menjadi motif dari terjadinya perang ini. tahun  1009 M Gereja Makam Kudus Holy Sepulchure secara tak sengaja hancur akibat perang dan konflik antar kaum muslimin dalam memperebutkan kota ini, yakni Abbasyiah dan Fathimiyah. Hal ini menyebabkan ketegangan terjadi antara dunia Islam dan Kristen di Eropa.

Ditambah lagi ketika Turki Seljuk mengenakan pajak bagi peziarah Kristen dari Eropa yang menziarahi Jerussalem. Hal ini dijadikan motivasi bagi para penguasa di Eropa seperti Italy, France, Inggris dan jerman untuk menyerukan semangat perang suci. 1095 berdasarkan Konferensi di Clermont France, Paus Urbanus II menyerukan semangat Perang Salib melawan kaum anti kristus dan merebut tanah suci dan mengakhiri perang sesama Kristen di Eropa.[2] Lewat seruan tersebut mereka menjanjikan penebusan dosa bagi mereka yang ikut berperang.[3]

2.      Ekonomi

Selain faktor agama yang menyulut terjadinya perang berkepanjangan ini, faktor ekonomi juga menjadi salah satu penyebab yang serius dalam perang ini. Para pedagang di belahan Eropa seperti Genoa dan Venezia berambisi untuk mendapatkan kota-kota dagang di kawasan pesisir Suriah dan Mesir, karena kota-kota tersebut merupakan kunci perdagangan di kawasan Mediterania Timur. Karena itu bangsa-bangsa Eropa rela mendanai perang ini demi mendapatkan akses jalur tersebut.

Kawasan itu akan dijadikan sebagai pusat perdagangan mereka, karena jalur Eropa akan bersambung rute-rute perdagangan di timur jauh melalui jalur tersebut.[4] Bahkan Phillip K.Hitti pun setuju bahwa para pedagang dari Genoa, Venezia dan Pisa tertarik untuk ikut serta dalam perang karena motif komersial.[5]

Selain itu krisis ekonomi yang melanda hampir seluruh negeri di belahan Eropa Barat akibat perebutan tanah-tanah feudal oleh para raja dan tuan tanah. Perebutan ini terus berlangsung selama abad pertengahan di Eropa sehingga jumlah tanah produktif disana semakin berkurang. Kemiskinan pun merajalela di setiap plosok negeri di Eropa. Sehingga para pengemis, petani, bandit dan para tuan tanah dari Eropa berusaha mencari lahan produktif dengan mengadu nasib dalam Perang Salib.

3.      Faktor Sosial Politik

Kesenjangan sosial yang terjadi di Eropa memang akarnya berasal dari ekonomi, kemiskinan menyebabkan terjadinya keinginan untuk menaikan taraf sosial setiap individu saat itu Benua Biru. Para budak dijanjikan kebebasan, para bandit dijanjikan kekayaan, dan para penguasa dijanjikan kekuasaan jika mereka semua turut serta dalam perang suci ini. hal ini bsa kita lihat dari gelombang Pasukan Salib yang datang dari Eropa kebanyakan berasal dari kelas menengah kebawah, menurut Jonathan Lyon.

Secara politis politik gereja menjadi motif Paus Urbanus satu melancarkan perang ini, dalam beberapa decade saat itu, gereja berjuang melawan para penguasa sekuler demi mempertahankan hak-hak istimewa mereka terutama dalam urusan politik. Paus Urbanus II melihat bahwa perang suci adalah salah satu cara untuk mengembalikan otoritas Gereja Vatikan atas Dunia Kristen.
  Dampak Perang Salib
Meskipun perang ini menyebabkan kerugian dan jatuhnya korban dari mereka yang terlibat, bagi bangsa Eropa perang ini mempunyai hikmah yang besar, karena dalam kurun waktu itu perang tersebut menjadi sebuah jembatan antara peradaban Muslim yang telah maju dengan Eropa yang tengah dalam Peradaban yang tertinggal.

            Melalui perang ini Eropa banyak belajar dari peradaban Islam, bahkan dapat dikatakan jika saja perang ini tak terjadi maka Renaisance di Eropa akan tertunda beberapa abad. Kaum Muslim memang tidak terlalu banyak mengambil apa yang terdapat dari Eropa karena sedikit yang bisa dipelajari, sebaliknya Bangsa Eropa mengambil banyak pelajaran dari peradaban Islam yang telah maju.[6] Diantaranya :

1.      Peta Al-Idrisi menjadi rujukan bagi perkembangan Ilmu geografi di Eropa 1138 M

2.      Karya Revisi Ptolemus tentang Astronomi yang dibuat Nasirudin At-Thusi 1260 M menjadi cikal bakal karya Copernicus 300 tahun kemudian.

3.      Karya-Karya Ibnu Rusyd tentang kedoteran dan filsafat banyak dipelajari di France 1230 M
  Padangan Carole Hillenbrand.
Dalam bukunya ini Carole Hillendrand ingin menyampaikan rangkaian peristiwa Perang Salib yang terjadi di kawasan Tanah Suci selama 200 tahun lamanya melalui sudut pandang Islam. Carole sendirmengakan selama ini para orientalis Eropa terlalu banyak menuliskan rangkaian peristiwa ini dengan sudut pandang Eropa Sentris.

Menurutnya adalah sebuah kesalahan besar jika Eropa hanya melihat Perang Salib dari sudut pandang mereka sediri, terlebih jika melihatnya dari sudut pandang gereja. Mindset Eropa yang melihat peradaban atau dunia Islam sebagai sesuatu yang rendah adalah sebuah kesalahan fatal, Kenyataannya Justru dunia Islam memperlihatkan peradaban yang cukup tinggi di zamannya. Karenanya Carole menghadirkan rangkaian peristiwa ini melalui sudut pandang islam dan turut memperkenalkan bukti-bukti arkeologis serta literature Islam lainnya.

Dunia kemiliteran Islam contohnya telah memperlihatkan kepada Eropa tentang penggunaan divisi medis dalam organisasi pasukan yang terdiri dari dokter-dokter professional yang digaji tetap. Hal ini juga didukung oleh fakta arkeolgis yang ditemukan oleh David Nicole dalam buku Saracen Faris yang mengatakan bahwa Nurudin Zanki membangun banyak sekali Maristan atau rumah sakit dalam barak-barak militer di Damaskus dan mempekerjakan ara dokter handal dalam jajaran pasukannya.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa Eropa sangat membanggakan kekuatan militernya yang menggunakan teknologi industry baju zirah yang tebal dan sulit ditembus, namun kita juga tidak bisa berpaling dari kenyataan bahwa orang-orang Saracen (julukan untuk orang-orang muslim yang diberikan oleh Eropa) juga mengembangkan teknologi industry persenjataan dan strategi yang baik untuk melawan balik orang-orang Franka, disamping Jihad sebagai motivasi mereka yang dianggap penting.























DAFTAR PUSTAKA

Saepudin Didin, Sejarah Peradaban Islam, 2007 (Jakarta, UIN Jakarta press.)

Lyon Jonathan Great Bait Al-Hikmah, (2013 Jakarta, Mizan)

Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh Al-Islam, Jilid IV (1967, Cairo, Maktabah An-Nahdah Al-Misriyah)

Syalabi Ahmad, Mausu’ah fi At-Tarikh Al-Islami (1979, Cairo, Maktabah An-Nahdah Al-Misriyah)

K. Hitti Phillip, History of  Arabs, (1979, London, McMillan)

Hillenbrand Carole, Perang Salib Sudut Pandang Islam, (2005, Jakarta, Serambi)

Ash-Shallabi Muhammad, Bangkit Dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk, (Cairo Egypt: Dar Ibnu Al-jauzi,2014)

Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wa Nihayah, penerjemah Asmuni, diringkas oleh DR. Ahmad Al-Khani (Jakarta, Pustaka Azzam,2008)

Ibrahim Qasim dan Shaleh Muhammad, Buku Pintar Sejarah Islam Jejak Langkah Peradaban Islam dari Zaman Nabi Hingga Kini,(Jakarta: Penerbir Zaman, 2014)

Marshall G.S Hodgson, The Venture Of Islam Vol.II the expansion of islam in the middle periods, (University Of Chicago,1974)

David Nicolle & Christa Hook, The Saracen , (Britain: Osprey Publishing Ltd, 1994)








PERANG SALIB (Crusade)  Kronologi, Latar Belakang, Akhir Dan Dampak Perang Oleh    : Achmad Fachri Huseini sumber foto (...

Perempuan Tak Berbahasa



Perempuan Tak Berbahasa
Oleh: Irvan Hidayat

Perasaan menggumpal, kesal dan marah bersarang di dadaku. Kata-kata saling berdesakan ingin keluar dari mulut. Dari awal aku beritahu ini adalah cerita dimana kata-kata yang keluar dari mulut tak berlaku, kalimat yang tertulis tak berarti,  dan isyarat tubuh hanyalah sia-sia belaka, ya….ini adalah cerita dimana bahasa tidak bermakna lagi, dia tinggal tradisi masa lalu yang tak perlu dianggap dan diperdebatkan lagi.
Cerita ini berawal dari hujan yang tak ada niat untuk berhenti, dia terus menghujam tanah yang tak bersalah, tanah yang hanya menginginkan ada kesejukan menyentuh dan merasap kedalam pori-porinya yang paling halus.  Hujan yang datang serentak bergerombolan terus mengguyur hingga pori-pori tanah tak mampu lagi meresapnya, dan lihat apa yang terjadi? Air menggenang di atas permukaan tanah.
Setelah air menggenang hingga ketinggian satu meter lebih hujan berhenti, mungkin dia mulai kelelahan dan tak ada tenaga yang cukup untuk terus mengguyur tanah. Di atas genangan air itulah aku menemukan satu sosok perempuan yang baru pertama kali aku temui, diatas perahu karet yang dibawa oleh petugas penanggulangan bencana milik pemerintah kota. Perempuan itu cantik rupawan, wajahnya elok mempesona, aku bisa menaksir umurnya hanya beda satu tahun dari ku dan dengan perasaan yang sangat percaya diri aku coba berkenalan dengannya.
“Halo aku Hida!, sapa ku.
Perempuan itu tidak menjawab, tatapannya kosong seolah tak melihat apapun di depannya. Sekali lagi aku coba berkenalan dengannya. Kali ini aku menulis nama ku di atas selembar kertas putih “ aku Hida”. Alama, dia masih terdiam, tak ada kata yang keluar dari mulutnya, menulis namanyapun tidak, bahkan tidak ada isyarat tubuh yang dia berikan.
Tak terasa perahu karet yang aku tumpangi sudah sampai ke tempat pengungsian, aku mengungsi bersama warga lainnya di tenda pleton buatan Tim Basarnas. Ternyata perempuan itu juga mengungsi di tempat yang tak jauh dari tendaku, aku menghampirinya dan mencoba untuk berkomunikasi dengannya.
Kali ini dia merespon komunikasi ku, dia tersenyum sambil melihat wajah ku dan di sanalah aku melihat ada harapan di wajahnya. Dia memberikan harapan kepada ku untuk mengenalnya lebih baik. Senyumnya yang manis menusuk hati aku balas dengan senyum manis pula sebagai reaksi balik dari ku. Senyum itu satu-satunya bahasa yang aku terima darinya, laki-laki mana yang tak jatuh di lembah penuh pengharapan jika diberi senyum perempuan cantik seperti dia. Senyum itu terpatri di dalam hati ku, senyumnya menjadi secercah cahaya penerang hati di kala bencana banjir menimpa ku.
Tiga hari air surut, nampaknya tanah berhasil menyerap air hujan dengan perlahan. Pengungsipun kembali ke rumahnya masing-masing, tidak terkecuali aku. Aku kembali ke rumah yang tidak besar dan tidak mewah. Aku sudah dua tahun hidup sebatangkara, ayah dan bunda ku sudah mati karena ditikam belati oleh dua orang penjahat yang datang ke ruamahku malam-malam dua tahun lalu. Di kesendirianku ini aku kembali mengenang senyuman perempuan di tenda pengungsian tiga hari yang lalu, nampaknya dia menjadi candu, aku seperti orang sakau yang butuh sabu untuk dihisap.
Setelah dua hari diam di rumah sekedar untuk merapikan barang-barang yang tergenang banjir aku pun keluar rumah. Niat ku adalah mencari perempuan itu, dengan mudah aku pun menemukannya, rumahnya hanya sejauh satu kilo meter dari arah Barat rumah ku. Aku menghampirinya dan aku bertanya tentang kabarnya.
“Halo, apa kabar?”
Lagi-lagi dia diam, bibirnya tak lagi tersungging manis. Kali ini malah tidak ada gerak sedikitpun dari tubuhnya, sempat terbesit di kepala “apakah perempuan ini lumpuh”. Ternyata dia tidak lumpuh dia bergerak, setelah aku meninggalkannya beberapa saat. Hampir putus asa berkomunikasi dengan perempuan itu, kenapa dia tidak mau membalas bahasa lisanku dan bahkan bahasa tulisan ku.
Tapi aku bukanlah laki-laki yang mudah menyerah. Satu minggu setelah pertemuan itu, aku kirimkan dia sajak yang aku buat untuknya, aku menaruh lembaran kertas itu di kotak surat rumahnya, dan setelah aku tinggal dia pun mengambilnya. Nampaknya dia adalah perempuan yang pemalu, dia pun terlihat membaca sajak ku. Aku menunggu balasan darinya, tapi sudah hampir satu minggu sajak itu tidak di respon.
Usaha tak cukup sampai di sana, waktu itu hari Senin sekitar pukul 21.00. Aku nekat ke rumahnya dan aku bertemu langsung dengan dia. Aku mengulang kata-kata dalam sajak ku, naas dia sama sekali menanggapinya.
Sudah aku bilang di awal cerita ini adalah cerita  dimana bahasa tak bermakna. Memang sepanjang aku berteman dengan perempuan itu, tidak ada lagi bahasa yang dia berikan kecuali senyuman di tenda pengungsian itu. Lantas harus dengan apa aku berkomunikasi dengannya jika bahasa lisan, tulisan dan isyarat tak berguna dan bermakna di hadapannya. Jika bahasa tak punya guna maka cerita ini pun tak ada guna, untaian huruf ini pun tak ada guna dan tak bermakna, karena saat dibaca tulisan ini semuanya menguap keudara karena tokoh dalam tulisan inipun hanya khayalan, dia hanya ada dalam ide ku sebagai penulis dan kau yang membaca tak usah heran karena tulisan ini aku persembahkan kepada dia perempuan yang tak berbahasa.

Perempuan Tak Berbahasa Oleh: Irvan Hidayat Perasaan menggumpal, kesal dan marah bersarang di dadaku. Kata-kata saling berdesaka...