November 06, 2016

Dialog Anak Manusia

Dialog Anak Manusia

*Irvan Hidayat
Sore itu menjelang senja ketika matahari masih enggan pergi, semua makhluk Tuhan masih bisa melihat tanpa penerangan. Manusia yang termenung ini masih saja berpikir kaku karena, terjerat pemikiran rasional. Kamu yang ada di antah berantah sana memaksa aku untuk masuk melihat dunia kamu. Aku pun sejenak termenung terjebak dalam alam pikir kaku yang nyatanya tidak meperbolehkanku menari-nari sekehendak.
            Kamu yang di alam sana memanggil aku yang ada di sini, teriak geram melihat aku yang hanya diam saja. Aku dibuatnya bingung kenapa kamu marah, sedangkan aku sendiri tidak tahu siapa kamu. Aku ini seperti dibuatnya bingung oleh orang atau entah berwujud apa yang akhir ini sering menarik aku. Aku yang badannya bisa diindera yang jelas jika terkena sorot kamera sedang aku tak tahu siapa kamu, aku tak pernah mengindera kamu tapi aku merasakan kalau kamu ada.
Semakin bingung saja ketika kalian bersenang-senang menari-nari diatas tanah planet ini yang terlihat gembira tapi aku tak tahu apakah kau benar-benar gembira atau gembira yang dibenar-benarkan. Kalian tidak perduli dikala aku risau dengan kamu yang ada disana yang terus teriak tidak menentu tidak tahu tempat tidak tahu waktu. Aku kembali kecewa ketika kalian tak tahu kalau aku sering kali pergi tak membawa badanku.  Aku kembali dari dunia kamu menyatu dengan badan lagi, tapi tak lama kamu memanggil aku lagi padahal baru saja aku dan kamu berjumpa.
Lagi-lagi kalian tak tahu jika aku sering kali lepas dari badan pergi ke dunia kamu. Ketika pena aku bergerak menuliskan peristiwa yang sering aku raskan bersama kamu, aku berhasil membawa kamu ke dunia aku. Dunia aku yang penuh warna akibat ada pancaran cahaya bulan, bintang, matahari dan lampu yang saling memainkan perannya masing-masing. Tapi aku tak juga yakin apakah kamu sanggup bertahan di dunia aku sedangkan akupun terkadang lbih memilih hidup di dunia kamu, meskipun tak ada satu orangpun yang tahu tentang dunia kamu. Sudah kuduga kamu tak tahan lama-lama di dunia aku, kamu ingin lantas pergi dari duni aku, kamu mulai memberontak ingin segera pergi.
Tapi aku memaksa agar kamu jangan pulang, aku dan kamu harus adil kamu harus merasakan dunia aku karena kamu sering kali memaksaku untuk ikut dengan kamu masuk ke dunia kamu.
Akupun sekarang merasakan apa yang kamu rasakan, kenapa sering kali kamu lebih senang di dunia aku yang orang lain tak akan pernah bisa tahu dimana letaknya. Aku merasakan di dunia kamu yang penuh warna ini kamu menderita, semuanya seringkali membuat kamu kecewa dan sakit. Aku semakin tak rela kamu hidup berlama-lama disini, di dunia kalian yang tak pernah pedulikan kamu. Kalian yang terlihat gembira tapi hanya sementara, aku sangat senang jika kamu ikut saja ke dunia aku. Disana tidak ada kekecewaan yang ada hanya aku dan Dia, yang semuanya cukup karena ada Dia.
Kamu perlahan pergi meninggalkan aku. Aku yang hidup di dunia kalian, sempat kamu menggantikan kedudukan aku tapi hanya sebentar, kamu hanya ingin ikut bercerita diatas kertas ini lalu kamu pergi tak kuat menahan kekecewaan di dunia aku. Dan lantas sekarang kamu mulai memanggil aku untuk ikut ke dunia kamu, namun aku berkata “aku ingin mengajak kalian menuju ke dunia kamu”.
06-November 2016

Kosan Lkissah, Semanggi 02, Ciputat Timur.
LKISSAH
LKISSAH

Forum Pecinta Ilmu Sosial dan Sejarah

No comments:

Post a Comment