September 02, 2016

SIKLUS PERUBAHAN SISTEM PEMERINTAHAN MENURUT MACHIAVELLI

SIKLUS PERUBAHAN SISTEM PEMERINTAHAN
MENURUT MACHIAVELLI
http://mediad.publicbroadcasting.net/p/kalw/files/201409/Machiavelli_AF.jpg

Oleh: A. Fahri Huseini (Sekertaris Lkissah)

Niccolo De Bernado De Machiavelli atau lebih Dikenal Machiavelli adalah seorang filusuf dan Politikus. Dikenal dengan dua karya besarnya yaitu The Prince dan Discourses yang menyajikan teori-teori Machivelli sendiri tentang Peradaban Khususnya Politik. The Prince dikenal sebagai karyanya yang kontroversial karena menyampaikan dengan gamblang strategi Politik yang cukup kejam dan egois. Menurutnya dalam politik segala cara yang ditempuh untuk meraih kekuasaan diperbolehkan termasuk saling tipu, tikam, menjatuhkan lawan politik dan berbagai konspirasi merupakan hal yang wajar menurutnya.

Namun kali ini saya hanya akan menjelaskan apa yang diutarakan Machiavelli dalam karyanya yaitu Discourses, mahakarya yang berisi teori-teori pengamatan Machiavelli tentang Peradaban manusia  dan pemeritahan yang ideal menurutnya. Dalam karyanya yang satu ini Machiavelli berusaha menjelaskan perubahan social dan politik dari peradaban manusia dengan mengambil sebagian besar contoh dari Romawi kuno dan membandingkannya dengan berbagai macam peradaban. Dalam dinamisme politik pemerintahan, Machiavelli yang sangat tenar di Florence Italia ini berpendapat bahwa system pemerintahan memiliki siklus perubahan yang terjadi sepanjang zaman dan selalu begitu dengan diiringi berbagai peristiwa.

Diawali dengan monarki sebagai bentuk pemerintahan pertama.dalam sebuah masyarakat yang hidup di sebuah daerah merasa membutuhkan seseorang yang mampu menjaga dan melindungi mereka dari ancaman luar, oleh karena itu masyarakat akan menunjuk seseorang yang dianggap kuat dan mampu untuk memimpin dan melindungi mereka. Orang yang terpilih karena dianggap mampu memimpin dan melindungi masyarakatnya akan dipatuhi dan diikuti oleh rakyatnya, begitu pula ketika ia wafat posisinya akan jatuh ke tangan anaknya atau diwariskan dan otomatis rakyat akan mengikutinya. Ini menandakan bahwa inti dari system monarki adalah pemimpin yang kuat dimata masyarakatnya. Monarki dapat dengan mudah menjadi Oligarki dikarenakan  ketika sang pewaris tahta raja atau kepala suku dari masyarakat bertindak otoriter dan menjadi tirani menggunakan kekuasaannya untuk berfoya-foya dan menindas rakyat, secara otomatis rakyat akan membencinya dan arena kebencian rakyat terhadapnya ia akan semakin waspada dan terus menekan segala ancaman yang datang dari para pembencinya dengan kekuatan militer.

Dalam keadaan rakyat yang tertekan dengan penindasan, tekanan perintah, dan intimidasi tersebut muncul sekelompok orang yang bijak dan berwawasan luas. Orang-orang ini tentunya sadar akan keadaan masyarakat yang sedang terpuruk lalu mereka berusaha menggalang dukungan rakyat untuk memberontak melawan penguasa tirani tersebut. Ketika kekuatan dari rakyat telah mereka dapatkan dan penguasa tunggal yang tirani tersebut digulingkan maka, berdasarkan keputusan sekelompok orang ini akan membentuk sebuah dewan yang terdiri dari kaum aristokrat. Para dewan ini akan dipercaya oleh masyarakat karena kebijaksanaan, kemurahan hati dan pengetahuan mereka, dengan ini pilihan masyarakat telah beralih dari pemimpin yang berani ke pemimpin yang arif dan bijaksana. Era model aristokrasi pun di mulai.

Pada masa-masa awal pemerintahan orang-orang aristokrat memegang kekuasaan dan menggunakannya dengan sangat bijak dalam mensejahterakan rakyat. Mereka memerintah dengan kemurahan hati dan kebijaksanaan, oleh karena itu kemakmuran dapat dirasakan oleh warga negara. Masa-masa ini kian lama kian memudar, seiring terus bergulirnya waktu kaum aristokrat mewariskan kekuasaan kepada anak cucu mereka dari generasi ke generasi. Kekuasaan memang bisa mereka wariskan tetapi kebijaksanaan, pengetahuan, dan wawasan belum tentu bisa mereka wariskan kepada keturunan mereka. Ketika segala pengetahuan dan kebijaksanaan itu perlahan hilang dari keturunan mereka maka mereka akan memerintah berdasarkan nafsu dan obsesi, maka sudah pasti kekacauan karena perebutan kekuasaan dan segala macam konspirasi kembali menyelimuti negara, rakyat pun kembali tertindas.
Dalam keadaan ini kepercayaan rakyat kepada para pemegang kekuasaan tersebut telah hilang karena orang-orang tersebut tidak lagi mengutamakan kepentingan rakyat dalam memerintah tetapi berdasarkan hasrat dan nafsu mereka sendiri, sebagai dampaknya rakyat bangkit bersama-sama menggulingkan kaum aristokrat dari kursi kekuasaan. Setelah kaum aristokrat berhasil disingkirkan dan karena trauma bekas luka yang mereka terima dari system pemerintahan-pemerintahan yang sebelumnya masih membekas kuat, mereka menyadari bahwa kekuasaan tidak boleh dipegang oleh satu orang atau beberapa orang tertentu tetapi harus dipegang oleh rakyat itu sendiri. Rakyat bersama-sama membangun sebuah pemerintahan dimana di dalamnya rakyat memiliki kekuasaan, kebebasan, peluang yang luas dalam pemerintahan, dengan kata lain pemerintahan yang mereka ciptakan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat atau yang kita kenal sekarang ini dengan Demokrasi.

Seperti pemerintahan sebelumnya, masa awal pemerintahan demokrasi juga merupakan masa kemakmuran, keadilan,dan kasih sayang. Setiap individu masyarakat bersama-sama membangun pemerintahan, mereka semua memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara tak peduli siapa dia, karena kebebasan untuk berpartisipasi dalam bernegara sama diantara mereka semua. Segala masalah diselesaikan bersama dan berdasarkan kepentingan bersama.

Namun seiring berjalanannya waktu semua kemakmuran dan kejayaan itu juga memudar sama seperti pemerintahan-pemerintahan yang sebelumnya. Ketika segalanya yang dihasilkan oleh demokrasi itu perlahan lenyap dan berubahnya masyarakat, maka kekacauan mulai bermunculan. Kebebasan berpolitik yang diberlakukan oleh system demokrasi semakin lama mulai disalahgunakan oleh beberapa invidu warga negara yang haus akan kekuasaan, akibatnya masing-masing dari individu masyarakat yang haus kekuasaan tersebut akan berusaha saling menyingkirkan satu sama lain demi kekuasaan, inilah yang disebut dengan era Anarki. Era ini akan terus berlangsung dengan berbagai pertumpahan darah yang bahkan mungkin bisa melibatkan lebih dari dua pihak yang bertikai.

Dalam masa anarki yang penuh kekacauan tersebut rakyat yang tak bisa bisa melindungi diri sudah pasti akan berusaha mencari perlindungan kepada orang-orang yang kuat dan mampu melindungi diri mereka dari kekacauan yang memakan korban tersebut, sehingga muncul seorang yang kuat dan memiliki pengaruh besar dimata rakyat. Berkat kepercayaan rakyat ia mampu memobilisasi kekuatan untuk meredam pertikaian dan mengakhirinya, lalu dia pun akan menjadi penguasa tunggal dan mewariskannya kepada anak cucunya hingga masa kejayaannya berakhir, dengan kata lain kembali ke system monarki yang sebelumnya berlalu. Sepanjang sejarah semuanya akan terus berputar dari dari satu model system pemerintahan yang disebabkan lingkungan atau kondisi masyarakat ke model-model berikutnya dan kembali lagi ke model yang sebelumnya telah berlalu.
             
           

            
LKISSAH
LKISSAH

Forum Pecinta Ilmu Sosial dan Sejarah

No comments:

Post a Comment