Revolusi Mental Orang Desa
Revolusi
mental adalah frasa yang tidak asing didengar oleh rakyat Indonesia . Frasa ini
mendadak populer saat Joko Widodo terpilih menjadi presiden Agustus tahun lalu,
Jokowi mengangkat kembali ide dari presiden Soekarno yang dikatakannya pada 17
Agustus 1956, ide ini dianggap masih sangat relevan dalam membangun bangsa dan
negara. Revolusi mental menurut Jokowi adalah revolusi jiwa bangsa dari jiwa
budak yang negativisme kejiwa merdeka yang penuh dengan keunggulan positivisme.
Misi ini digaungkan oleh pemerintah dan berbagai elemen masyarakat melalui
berbagai macam media masa dengan tujuan agar misi ini dapat masuk secara masif
dan diterima oleh masyarakat guna mewujudkan cita-cita bangsa dan negara.
Misi
revolusi mental ini bukan hanya misi pemerintah melainkan misi kita bersama
dalam membangun bangsa dan negara yang berwibawa. Semangat yang menggelora
untuk mewujudkan misi ini tentunya bukan tanpa hambatan, hambatan yang cukup
sulit untuk dihadapi adalah jika dipertemukan dengan suatu daerah di desa
dengan tingkat pendidikan penduduk yang rendah, ekonomi rendah, minim fasilitas
umum dan sedikitnya sumber daya manusia yang bisa berperan aktif. Keempat
faktor tersebut adalah faktor inti penyebab tidak akan terlaksananya misi ini di
desa, alasannya adalah warga desa lebih memilih bekerja untuk pemenuhan
kebutuhan makan dan tempat tinggalnya.
Kehidupan
desa yang masih homogen juga faktor yang memperlambat proses perkembangan
hidup, meskipun teknologi informasi sudah sangat maju namun realitas yang
terjadi teknologi belum bisa menembus batas alam pikiran orang desa untuk
seminimalnya membentuk karakternya sendiri sebagai sebuah bagian dari bangsa
Indonesia. Untuk kasus didesa, pemerintah alangkah baiknya memenuhi
kebutuhan-kebutuhan primernya dahulu dengan tujuan agar lebih terfokus dan
tidak dibebani oleh beban kehidupan yang berat. Setelah masalah sandang,
pangan, dan papan cukup terpenuhi maka akan terjadi perubahan perilaku, jika
tadinya orang desa sibuk dengan kebutuhan diri dan keluarganya setelah
tercukupi kebutuhannya itu maka barulah bisa diarahkan pada misi besar revolusi
mental tersebut.
Hal
ini tercermin pada sejarah Yunani Kuno para filusuf umumnya adalah orang yang
mapan dalam materi sebagaimana filusuf generasi awal yaitu Thales, ia merupakan
seorang saudagar kaya. Memang faktor fundamental manusia sudah sejak dahulu
menjadi permasalahan yang sampai sekarang sulit dipecahkan, tapi setidaknya
pemerintah dan para simpatisan harus melakukan upaya khusus untuk
merealisasikan misi revolusi mental di kalangan masyarakat desa. Karena masih
sangat sediktnya sumber daya manusia asli desa yang bisa berperan aktif dalam
membantu mewujudkan misi ini. Pemerintah dan yang lainnya perlu mewujudkan
gagasan ini pada sesuatu yang bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh orang
desa. Contohnya saja seperti mengadakan kegiatan langsung secara kontinu
kegiatan yang berisikan materi ide dan aplikasinya langsung. Maka dengan usaha
itu kita semua bisa melihat respon dan perkembangan masyarakat sekaligus bisa
terus mengontrol dan mengevaluasi segala hal yang telah dikerjakan agar
nantinya dapat menemukan formula yang efektif untuk mewujudkan misi besar
revolusi mental ini.
[full_width]