May 24, 2016

AKU dan Mimpi : Elegi Sebuah Kontradiksi



AKU dan Mimpi  : Elegi Sebuah Kontradiksi     
Disini, dalam ruang yang entah bagaimana harus aku deskripsikan. Ruang yang entah bagaimana aku masuk dan menetap. Ruang cosmopolitan, dimana para setan dan malaikat tinggal. Katanya, jalan meraih mimpi itu sukar. Karena definisi mimpi setiap orang berbeda, maka mimpi itu adalah dimana keadaan kita menjadi lebih baik dari saat ini, secara jasmani dan rohani. Dalam perjuangan itu ada beberapa orang yang akan terlukai oleh langkah kita, akan ada orang yang menerangi dan memandu kita, dan akan ada orang yang membantu tanpa pamrih. Siapapun mereka, biasanya orang yang terlukai oleh kita adalah orang terdekat dengan kita, diantara mereka akan ada yang menjadi setan secara frontal atau lempar batu sembunyi tangan.
Telah cukup jauh aku berjalan, menapaki belukar, melangkahi jalan setapak dengan berdarah-darah. Mengejar dedikasi akademi, melewati badai yang hadir menimpa keluarga. Disana terkadang aku berfikir, setiap orang berhak bermimpi, dan Allah lah  yang mutlak memberikan mimpi itu. Tidak ada alasan yang Allah inginkan selain kita mengejar mimpi itu, karena dengan mimpilah manusia berjalan dan berubah menjadi lebih baik. Dan berbagai cobaan yang menimpa kita adalah proses dimana kita dibentuk menjadi apa yang kita inginkan. Mustahil orang yang bermimpi berbalik menjadi lebih biadab, tanpa terkecuali ia tidak menggunakan navigasi kehidupan dengan benar.
Allah meminta kita untuk mengejar mimpi itu. Miskin, tidak memiliki uang bukan alasan. Omong kosong manusia bukan alasan, keadaan yang sulit juga bukan alasan. Restu orang tua penting, tapi itu bisa diatasi dengan do’a dan komunikasi kita dengan mereka. Alasan yang terkadang membuat para pemimpi berhenti melangkah adalah orangtua, tidak ada restu orangtua tentu tidak ada jalan yang bisa dilalui dengan baik. Jika do’a bisa mengubah segalanya, maka berdo’alah agar orangtua kita merestui kita. Orangtua dan kita lahir dari generasi berbeda, akan berbeda pula pemahaman dan sudut pandang melihat kehidupan. Beberapa orangtua terjebak dengan masanya hingga memaksakan kehendak terhadap anak sesuai zamannya, untuk itulah perlunya komunikasi, menjelaskan dengan santun keinginan kita, visi misi dan sebab akibat serta kemungkinan-kemungkinan positif negatifnya.
Hal yang berbahaya adalah memiliki mimpi tetapi tidak memiliki keberanian untuk melangkah, tidak mencoba untuk memulai. Motivasi untuk meraih apa yang kita bidik bukan orang lain, tetapi ambisi yang ada dalam diri kita, ambisi positive yang direspon semesta. Orang lain hanya menjadi alasan mengapa kita harus terus berjalan. Bahkan alasanku, sekarang aku memahami  bahwa aku akan sangat malu jika dulu aku menolak mimpi ini, dan jika sekarang aku harus meletakan atau bahkan apatis terhadap mimpiku. Mimpi yang ditawarkan oleh Allah dengan ramah melalui hidayah yang dihadirkan dengan perantara lingkungan pesantren. Diantara lingkungan itu aku hadir sebagai sosok yang angkuh, kukuh, hedonis, liar dan temperament. And I have left that world. Jadi, setiap orang diberikan mimpi oleh Allah, lalu bagaimana kita berani menolak apa yang ditawarkan Dewa Batara itu, sedangkan ia sendiri yang akan menolong kita saat berjalan menggapai mimpi tersebut, disini artinya ia meminta kita untuk menyertakan-Nya kemanapun kita melangkah dan memilih. Belajar untuk hidup karena Allah, bermimpi karena Allah.
‘’kesuksesan besar milik mereka yang menyandarkan segala sesuatu kepada yang maha besar’’
Jika kita menginginkan mimpi itu maka hakikatnya Allah menginginkan prosesnya, proses yang panjang, memakan banyak waktu, tenaga, fikiran, hati, jiwa, perasaan, menangis, tertatih, kecewa, kesal, marah, seluruh nilai kemanusiaan kita muncul kepermukaan, itulah yang Allah maksud agar essensi kita berfungsi. Agar kita lebih memahami siapa sebenarnya manusia itu, apa sebenarnya posisi kita di antara jagat raya ini, kemana tujuan kita sesungguhnya, bagaimana seharusnya kita berjalan diatas buana yang fana, dan mengapa kita harus memahami kehidupan ini. Adalah hikmah yang mampu mencerdaskan lahir batin kita setelah kelelahan mengenali dunia.
‘’Barang siapa mendapatkan hikmah, maka sesungguhnya dia beroleh kebaikan yang banyak.’’ (QS : Al Baqarah : 269 )
Di dunia ini, dari generasi ke generasi, dari abad ke abad sejarah akan selalu terulang dalam ruang lingkup makro atau mikro, individu maupun masa, kekuasaan kecil maupun besar, semua memiliki mimpi dengan cerita, lakon yang berbeda namun essensi yang ditariknya akan tetap sama.
‘’ Dan dalam kisah itu terdapat pelajaran bagi orang-orang berfikir ‘’ (QS: Yusuf : 111 )
Sekarang aku menatap kembali sejarah, melihat betapa cederanya jiwa ini. ketika dunia berkata semua ini penuh ketidak mungkinan, ketika keluarga lelah dan berpaling, ketika materi menjadi salah fungsi, ketika iman diambang kegelapan, dan ketika bibir ini lelah berdo’a. Hanya ada sosok “aku” yang teralienasi, sosok “aku” yang absurd dan tak bernyawa, air mata dan tubuhlah yang berusaha untuk tetap berdo’a. ternyata, itulah hakikatnya harapan.
Akan ada masa dimana seolah-olah kita salah melangkah atas sebab akibat yang telah berlalu, berfikir antara cobaan atau penutup jalan bahwa kita salah mengambil tindakan. Padahal tidak ada yang namanya salah melangkah selama kita menyertakan Allah. Masa dimana kita harap-harap cemas untuk menyerah, dimana do’a tak perlu lagi diucapkan karena diam kitapun sudah menjadi do’a, sebab ini tentang meneruskan hidup yang sesungguhnya. Nyaris, dalam keadaan inilah Allah memberikan arti dari sebuah tawakal dan pasrah, ikhlas dan sabar.
Analoginya, ketika kita diberikan sebuah hadiah, katakanlah kado. Kado itu dibungkus amat rapi, teliti, tertata hingga sukar sekali untuk membukanya. Ketika kita buka, kita kesulitan melepaskan kertas kado itu hingga membuat emosi kita meluap-luap, kesal, jengkel, dan marah. Karena emosi kita diluar kendali, akhirnya kita mencampakan dan membuang kado tersebut, padahal kita tidak tau isi dari kado tersebut amatlah berharga, misalnya, intan permata. Itulah pentingnya sabar dan tawakal karena kita tidak pernah tau apa yang akan diberikan Allah sesungguhnya, dan mengedepankan emosi hanya akan membuat keadaan lebih buruk dan penuh penyesalan.
‘’hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar’’ ( QS: Al Baqarah : 153 )
Mimpi adalah mengajarkan kita bahwa tidak ada kata menyerah dalam hidup ini, apa yang kita ambil maka harus kita selesaikan. Mimpi yang Allah tawarkan adalah tanggungjawab yang harus ditunaikan agar tidak menambah derita di Akhirat kelak, mimpi juga mendedikasikan dirinya berkamuflase dengan kepribadian kita agar menjadi manusia seutuhnya. Semua manusia ditawarkan mimpi oleh Allah, beberapa diantara mereka menolak mentah-mentah, bebarapa lagi menolak dengan halus dan sisanya menerima dengan penuh keyakinan. Mimpi adalah misi kesuksesan, kesuksesan adalah keadaan hidup yang futuris, dimana kita mencapai kebahagian mutlak secara lahir maupun batin.
Mimpi memiliki banyak definisi tapi tindakannya tidak memiliki terjemahan yang pasti. Karena setiap orang memiliki tindakan yang berbeda, bermimpi tapi tidak bertindak itu namanya ngimpi.
‘’ Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri’’ ( QS: Ar Ra’d : 11 )
Nikmati hidupmu, dan bersyukur ..
Berbahagialah!!
Penulis             : Susilawati Awaliah
Editor              : Safurotun Ziah
[full_width]

AKU dan Mimpi  : Elegi Sebuah Kontradiksi      Disini, dalam ruang yang entah bagaimana harus aku deskripsikan. Ruang yang entah ba...