December 07, 2016

Sultan Muhammad Alfatih “Sang Penakluk Konstatinopel"

Sultan Muhammad Alfatih Sang Penakluk Konstatinopel"
*Oleh: Muhammad Ikbar Ishomi



Sultan Muhammad Alfatih lahir pada tanggal 20 april 1429, bertepatan dengan 26 rajab 833 H, sulthan utsmani ketujuh dalam silsilah keluarga utsman, bergelar alfatih dan abul khairat,telah memerintah kurang lebih selama 30 tahun dan dia telah berhasil membawa kebaikan,kebeneran,dan kemulian bagi kaum muslimin dan muslimat. Beliau diangkat menjadi penguasa daulah ustmaniyah pasca kematian ayahnya pada tanggal 16 muharram 855 H ( 18 febuary 1451 M), pada saat itu beliau telah berumur baru 22 tahun.

Pada sejak itu,alfatih patuh dan hormat terhadap gurunya dan mulai belajar dengan serius. Beliau mendalami al-quran serta ilmu-ilmu lainnya. Kemudian, pendidikan yang diterimanya dari banyak ilmuwan membuatnya tumbuh dengan wawasan yang gemilang. Melalui tahapan pendidikan yang sungguh-sungguh, alfatih telah menguasai berabagai macam ilmu pengetahuan dan ketertariknya terhadap ilmu pengetahuan tidak pernah pudar sejak saat itu. Beliau telah menguasai dengan baik Bahasa turki,arab,Persia,yunani,latin,dan Hebrew.

Kemudian,alfatih juga belajar dari syaikh ibnu al-tamjid, seorang shalih ahli sya’ir yang menguasai Bahasa arab dan Persia, syaikh khairuddin dan syaikh sirajjudin al-halbi, serta para ulama lainnya. Belakangan ini ada seorang syaikh lagi yaitu aaq syamsudin, yang bersama-sama al-kurani merupakan dua orang syaikh yang paling berpengaruh dan paling dipercaya oleh sultan Muhammad alfatih. Dari mereka semua, alfatih muda telah belajar ilmu-ilmu seperti agama,Bahasa,keterampilan,fisik,geografi,falak,dan sejarah. Dalam pelajaran sejarah, ia mempalajari biografi tokoh-tokoh eropa, seperti kaisar augustus,constatine the great,Theodosius the great, timur lang, dan ia terkesan dengan kisah Iskandar agung dari Macedonia.

Alfatih tumbuh sebagai pemuda yang keras,gigih dalam kemauan dan serius dalam mewujudkan keinginanya. Awal karirnya tidak pernah berjalan dengan memuaskan. Hubungannya dengan halil pasya,wazir senior tokoh, tidak berjalan harmonis, bahkan sempat memburuk. Hubungan alfatih dengan ayahnya juga tidak begitu dekat pada awalnya. Namun, pada tahun-tahun terakhir murad, hubungan ayah dan anak ini semakin membaik.

Kemudian, pasca ayahnya mengundurkan diri ke asia untuk kali perdana, alfatih sempat tertarik dengan pemimpin sekte bid’ah dari Persia yang ketika itu mulai banyak mendapat pengikut di Edirne. Mufti kerajaan turki serta halil pasha segera bertindak tegas dengan menangkap dan mengeksekusi mati tokoh pasca membuktikan secra langusng ke bid’ahan yang dilakukanya.

Alfatih juga telah mempunyai kemandirian yang unik dan menawan. Dia telah mampu menggabungkan antara kekuatan dan keadilan. Sejak belia, dia mampu mengungguli kawan-kawanya dalam banyak ilmu pengetahuan yang beliau pelajari di sekolah istana, menguasai banyak Bahasa yang berlaku pada masanya dan sangat tertarik untuk mengkaji buku-buku sejarah. Dalam kemudian hari, semua itu membantu pemantapan kemandirian dalam menjalankan administrasi dan menguasai medan pertempuran. Akhirnya, dalam sejarah beliau terkenal dengan gelar Muhammad alfatih yang berarti Muhammad sang penakluk. Gelar ini beliau raih karena keberhasilannya menaklukan konstatinopel.

Alfatih juga telah mengikuti jalan yang telah ditempuh oleh sang ayah dan para leluhurnya dalam melakukan berbagai penaklukan, pasca menjadi penguasa daulah utsmaniyah, dia segera mengatur ulang administrasi Negara yang cukup kompleks, banyak memperhatikan urusuan keungan Negara, mencari sumber-sumber pendapatan Negara dan membatasi alokasi pembelanjaanya. Dia melarang dalam pemborosan dan penghambur-hamburan harta. Demikian juga, sultan Muhammad alfatih memfokuskan pada pengembangan dan pengorganisasin ulang batalyon-batalyon pasukan serta membuat daftar khusus untuk mereka, menambah gaji dan memasok untuk mereka banyak persenjataan modern pada zaman itu.

Alfatih juga memperbaiki administrasi pemerintahan dan otonomi daerah. Beberapa petinggi lama tetap dia pertahankan posisinya di daerah mereka masing-masing. Namun, beberepa petinggi yang lembek dan tidak serius dalam memerintah dia turunkan. Dia telah meningkatkan kemampuan orang-orang di sekitarnya serta memperkuat mereka dengan ilmu pengetahuan manajamen dan militer yang cukup memuaskan. Semua ini turut membantu dalam menstabilkan dan memajukan daulah ustmaniyah.

Alfatih juga memberi perhatian khusus untuk mengumpulkan senjata yang diperlukan guna menaklukkan konstatinopel. Diantara senjata yang paling serius dipersiapkan adalah meriam. Untuk keperluan ini, sulthan mendatangkan seorang insinyur cerdas bernama orban, ahli dalam membuat meriam. Dalam kedatanganya disambut baik. Sulthan pun menyediakan semua yang dibutuhkan biaya bahan baku hingga tenaga manusia.

Ketika sulthan sedang melakukan persiapan untuk menaklukan konstatinopel, kaisar Byzantium berusaha mati-matian untuk mengalihkan perhatian sulthan dari keinginanya. Dia telah memberikan sejumlah harta dan bermacam-macam hadiah kepada sulthan. Dia juga berusaha menyuap beberapa penasihat sulthan agar bisa mempengaruhi keputusannya. Akan tetapi, sultha tetap bertekad untuk melaksanakan rencananya. Semua usaha kaisar Byzantium tidak mampu mengubah keingiananya.

Pasca keberhasilan dalam melakukan perbaikan internal dengan pesat, sultan Muhammad alfatih mulai mengambil perhatianya ke district-district Kristen di eropa. Dia ingin menaklukkanya dan memperluas islam disana. Banyak factor membantu kemauan itu terwujud. Diantaranya adalah kekaisaran Byzantium akibat terlibat konflik dengan Negara eropa lainnya. Kemudian, terjadi perselisihan internal yang menimpa seluruh district and city di eropa secara umum. Alfatuh tidak hanya mencukupkan diri dengan dua factor tadi. Beliau telah berusaha dengan serius untuk meraih kemenangan dengan melakukan konstatinopel. Sebab,konstatinopel merupakan ibukota kekaisaran Byzantium dan benteng strategis paling penting bagi pihak Kristen untuk bergerak menyerang dunia islam beberapa kurun waktu. Konstatinopel juga menjadikan kebanggan kekaisaran Byzantium khususnya dan orang-orang Kristen umumnya. Alfatih ingin menjadikan konstatinopel sebagai ibukota daulah utsmaniyah. Beliau ingin mewujudkan impian yang belum mampu diraih oleh para komandan pasukan islam yang telah mendahuluinya.

Terhadap kaisar Byzantium, alfatih dikatakan berjanji untuk menjaga kesepakatan damai dan tidak akan menyerang konstatinopel. Ia juga berjanji untuk mengeluarkan sejumlah uang pada Byzantium kurang lebih sebesar 300.000 aspers, untuk membiayai orkhan, cucu bayazid 1, yang membelot dan mendapat suaka disana. Byzantium juga rupanya menjadikan keberadaan orkhan untuk memeras turki dan menggunakanya sebagai senjata dalam menghadapi sultan.

Dalam sejauh ini, pihak Byzantium,yang pada masa itu hampir tidak mempunyai kekusaan diluar konstatinopel, agaknya belum menyadari betul peringatan halil pasha ini. Adapun sultan Muhammad sendiri ketika itu merespon tuntutan Byzantium ini dengan tenang dan tidak emosional. Alfartih juga sebetulnya telah memiliki visi untuk melakukan konstatinopel sejak akhir masa pemerintahannya yang pertama pada tahun 1446 M. kalau ini benar, ia sempat berjanji untuk tidak menyerang konstatinopel tentu karena menghargai perjanjian yang telah dibuat oleh ayahnya. Tetapi di sisi lain, alfatih boleh jadi telah memasang perangkap agar Byzantium memulai konflik lebih dahulu dengan cara membiarkan tetap terlihat lemah.


Refrensi :
Alatas,alwi.alfatih sang penakluk konstatinopel.zikrul hakim:Jakarta,2005

Ash-shalabi ali Muhammad, Muhammad alfatih sang penakluk 1453.al-wafi:sukoharjo,2005

*( Mahasiswa SKI UIN Jakarta)






Sultan Muhammad Alfatih “ Sang Penakluk Konstatinopel" * Oleh: Muhammad Ikbar Ishomi Sultan Muhammad Alfatih lahir pada tan...

Kematian Masal Umat Manusia

Kematian Masal Umat Manusia
Oleh: Irvan Hidayat

Hitam pekat dan aroma khas kopi di Minggu pagi tetap setia menemani ku. Suara kendaran bermotor lalu lalang di depan kos-kosan yang aku tinggali, mengiringi di setiap pagi bak sekelompok pemain musik orkestra professional. Teman-teman ku memanggil aku Hida, anak lelaki perantauan Bogor yang singgah untuk menuntut ilmu di kecamatan kecil di pojok kota Tangerang Selatan.

Aku kerap kali menghabiskan waktu di kampus dengan segudang aktivitas, karena itulah teman-teman ku mengenal ku dengan Hida “Si Aktivis Kampus”. Gelar itu aku terima dengan lapang dada, gelar “Si aktivis kampus” bagi ku bukan gelar yang buruk malah sebaliknya. Sejak awal masuk kampus niat ku hanya satu yaitu, belajar tidak ada niat lain selain itu. Namun ternyata dunia kampus tak seperti yang aku bayangkan, dunia kampus teramat menyeramkan lebih seram dari film horror bahkan lebih seram dari negeri para dedemit yang tempo hari diceritakan ibu ku di kampung.

Awalnya ku kira kampus adalah tempat orang-orang berkacamata tebal, menenteng buku kesana-kemari, tempatnya orang-orang cerdas yang sering muncul di koran dan televisi. Tapi kenyataannya kampus yang sekarang memberikan aku gelar aktivis tidak lebih dari pusat berkumpulnya orang-orang buta, yang kalau berjalan sering tersandung benda di depannya. Pernah sekali aku melihat dengan mata kepala ku langsung, ada seorang mahasiswa yang tertatih-tatih jalannya, karena aku kasihan aku membantunya dengan menaruh tangan kirinya di sebelah pundak kanan ku. Sembari menuntunnya aku bertanya, seperti biasa pertama kali bertemu, aku membukanya dengan perkenalan, ternyata namanya Eka. Eka ini anak jurusan Ilmu Politik, diasudah semester lima.

“Eka, kaki kamu kenapa kalau aku boleh tahu?”
“Dua hari yang lalu aku tersandung batu di gerbang pintu keluar”
“oh…seperti itu, ko bisa yah di depan pintu gerbang ada batu”
“Aku tidak tahu, biasanya sih tidak ada”

Sesampainya aku menuntun Eka ke depan kelasnya aku tinggalkan dia, aku pun bergegas lari ke kelas karena aku takut terlambat. Seperti biasanya hari senin pagi itu jadwal mata kuliah sejarah. Hari ini tak seperti biasanya teman-teman ku semuanya sudah ada di kelas tidak ada yang terlambat, satu-satunya yang terlambat hanya Pak Dosen saja, dia telat 10 menit masuk kelas.
“Oke, anak-anak hari ini ujian!”
“Siap pak”, teman-teman ku serempak menjawab.
“Mati aku”, aku lupa kalau hari ini aku ujian. Semalaman penuh aku hanya membaca novel tidak sempat aku membaca buku sejarah. Teman-teman ku semuanya terlihat siap, tak ada ketakutan sedikit pun di raut muka mereka. Lembar soal dan jawaban lantas dibagikan oleh Pak Dosen, “silahkan dikerjakan anak-anak, jangan ada yang nyontek”, basa-basi yang sudah basi bagi aku, keluar dari bibir keriput Pak Dosen.

Jam sudah menunjukan pukul 08.00, berarti sudah 30 menit waktu berlalu dan lembar jawaban ujian ku masih bersih tak tersentuh tinta bolpoin, resah tiba-tiba datang tanpa permisi dan kepala ku mendadak ingin meledak karena kebingungan. Badan ini terasa pegal duduk di bangku kelas yang panas, aku berdiri sejenak untuk meregangkan otot-otot yang kaku, tak sengaja aku menengok kebelakang dan teman-teman ku sedang sibuk mengisi lembar jawabannya. Tapi ada yang aneh, ada cahaya yang memantul di badan bajunya, ternyata setelah aku lihat mereka sedang asik menggeser-geser layar smart phonenya.

Jam menunjukan pukul 09.20 waktu mata kuliah sejarah habis, dengan jawaban seadanya aku serahkan lembar jawaban ke Pak Dosen. Hari itu memang hanya ada satu mata kuliah, seperti biasanya selesai mata kuliah ku sempatkan ke perpustakaan barang satu sampai dua jam. Di perpustakaan aku menemukan buku yang sudah lusuh termakan zaman, kertasnya sudah menguning dan mengeluarkan bau khasnya. Tulisannya pun masih pakai ejaan lama, judul bukunya “Kematian Masal di Puncak Ilmu Pengetahuan”, meski terlihat lusuh dan kuno ternyata isinya menarik sekali, pesan yang disampaikan buku itu pada intinya adalah akan datang satu masa dimana manusia akan mengalami kematian masal.

Aku masih tidak mengerti apa yang dimaksud buku itu, tapi sudah satu jam lebih aku di perpustakaan sudah waktunya aku beranjak ke basement tempat berjumpa dengan kawan-kawan satu organisasi aku. Tidak seperti hari-hari yang lalu hari ini basement ramai sekali, orang-orang duduk di teras, tapi aku tercengang tidak ada satu pun orang yang berbicara mereka asik tertawa sendiri ada juga yang asik nyanyi-nyanyi sendiri sambil pakai earphone.

Aku sapa mereka tidak ada yang membalas sapaan ku, aneh sekali semakin hari semakin tak nyaman aku di kampus. Melihat kondisi yang seperti itu aku lantas memutuskan untuk pulang saja ke kos-kosan, dengan langkah tertunduk lesu aku bergegas tapi di tengah jalan aku melihat ada orang kecelakaan tertabrak mobil, setelah aku cari tahu penyebabnya orang yang tertabrak itu bernama Yuli. Yuli tertabrak mobil saat asik mengelus-elus layar tabletnya sambil kupingnya disumpal pakai earphone, begitu menurut saksi mata. Aku bukan siapa-siapa Yuli, aku tak sempat menolongnya karena sudah banyak orang yang menolongnya.

Setengah jarak dari tempat kos-kosanku aku bertemu dengan Eka mahasiswa yang tadi pagi aku tuntun kekelasnya, tanpa diminta dia menceritakan kejadian kecelekaan yang menimpanya sehingga membuat kakinya patah. Waktu itu dia sedang mengendarai sepeda motor sambil memainkan handphone yang baru dibelinya, dia tidak melihat ada batu besar di hadapannya, tiba-tiba iya terjatuh dan terkapar dan kaki sebelah tumitnya patah tertimpah badan motor. 

Hari senin menjadi hari penuh teka-teki bagi ku, mulai dari patahnya kaki Eka, teman-temanku yang tiba-tiba tidak ada yang telat, sorot cahaya yang memantul dari layar smartphone ke baju teman-temanku, orang-orang di basement yang cuek, dan kecelakaan yang menimpa Yuli akibat asik meminkan tabletnya.

Di kos-kosan ku yang hanya berukuran 2 kali 3 meter ini, aku merenung mengapa bisa seperti ini, awalnya aku ingin menuntut ilmu di perguruan tinggi, tapi malah keanehan yang aku jumpai apalagi di hari senin waktu itu. Dimana Professor, Doktor, dan Sarjana yang cerdas itu berada, apakah semua mereka hilang? Tidak adakah orang-orang berkacamata tebal membaca buku di setiap sudut-sudut kampus? Tidak adakah orang yang kepalanya botak di dalam laboratorium. Yang aku lihat hanya orang-orang cuek, mungkin karena dia tuli, buta atau gagu. Semuanya hanya sibuk dengan hanphone, tablet dan teknologi yang dinamakan gadget.

Kampus ku bukan kampus yang aku impikan selama ini, kampus ini hanyalah tempat para budak teknologi berkumpul tidak ada lagi keramahan, tidak ada lagi kejujuran, tidak ada lagi kemanusiaan semuanya lebur menjadi satu menjadi penyembah smartphone, tablet, komputer. Apakah ini yang dinamakan puncak dari ilmu pengetahuan? atau ini adalah awal dari kematian masal umat manusia seperti yang dikatakan buku tua dan lusuh di perustakaan itu.



Kematian Masal Umat Manusia Oleh: Irvan Hidayat Hitam pekat dan aroma khas kopi di Minggu pagi tetap setia menemani ku. Suara kenda...

November 24, 2016

PERAN CENDIKIAWAN DALAM TRANSISI DEMOKRASI ERA REFORMASI: GAGASAN OPOSISI NURCHOLISH MADJID

Sumber gambar: http://www.andriewongso.com/uploads/2015/12/Nurcholish-Madjid-Cendekiawan-Indonesia_2014-08-29-13-50-34_640x321-Nurcholis-Madjid.jpg

Oleh: Andhika Ripwan Saputra

Pendahuluan

            Nurcholish Madjid adalah salah satu tokoh cendikiawan muslim yang berperan penting dalam mengawal proses transisi demokrasi dari rezim Orde Baru menuju bergulirnya reformasi 1998.[1] Beliau mempunyai kontribusi signifikan dalam menyampaikan nilai-nilai demokratis ketika terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh rezim Orde Baru yang cenderung menjalankan kekuasaan dengan model otoriter, hingga pada masa transisi reformasi bergulirpun ide-ide Nurcholish Madjid turut mewarnai perubahan kehidupan bernegara dan kebijakan-kebijakan politis di era reformasi yang dikenal sebagai era terbukanya keran demokrasi di Indonesia.
            Pada rezim Orde Baru para kritikus dari kalangan cendikiawan dibatasi gerak pemikirannya, posisi mereka diganjal bahkan dipinggirkan. Setiap pendapat yang bernada kritik akan dihadapkan dengan tangan besi Soeharto dan dipaksakan untuk melayani kepentingannya. Soeharto menganggap kritis yang dilontarkan oleh kalangan cendikiawan adalah penghalang yang menghambat proses pembangunan.[2] Meskipun Nurcholish Madjid memiliki kedekatan dengan Soeharto.
            Di tengah kejayaan rezim Orde Baru, Nurcholish Madjid justru melontarkan ide oposisi ke dalam kekuasaan otoriter yang merupakan bagian vital pemerintahan Soeharto. Ide Nurcholish mengenai perlunya keseimbangan berangkat dari pemikirannya mengenai agama, bahwa bumi diciptakan Tuhan dengan prinsip keseimbangan.[3] Selain itu, Golkar didukung dengan 3M (militer, mesin birokrasi, dan money), sehingga dapat dipastikan menang. Untuk mengimbangi Golkar dukungan mahasiswa dan pemuda harus diberikan kepada partai politik lain.
            Berangkat dari masalah tersebut paper ini ingin mencoba menjelaskan bagaimana gagasan oposisi Nurcholish madjid yang di kemukakan dan menjadi landasan kritik terhadap poitik rezim Orde Baru? Pertanyaan ini perlu dijawab guna memberikan informasi mengenai peran dari Nurcholish Madjid sebagai konseptor gagasan oposisi.

Gagasan Oposisi

            Pada saat soeharto berkuasa, sektor politik di tubuh rezim orde baru melawan arus demokrasi, kekuasaan eksekutif justru mengendalikan dua lembaga penting negara yaitu legislatif yang diperankan oleh MPR/DPR dan yudikatif sebagai lembaga penegak hukum. Pengawasan dan pengimbangan yang efektif akan terwujud jika masing-masing dari ketiga unsur tersebut independen satu dari yang lain dan berkebebasan melaksanakan pengawasan dan pengimbangan satu sama lain.[4] Dominasi politik demikian tentu memberikan peluang bagi aktor oposisi untuk melakukan monitoring kinerja pemerintah.
            Aturan main politik rezim Orde Baru menurut Nurcholish Madjid yang harusnya menjadi saingan berat Golkar kehilangan potensi untuk melakukan persaingan secara sehat dan terbuka. Jika peran oposisi partai politik yang sah secara konstitusional saja mengalami penyempitan, maka dapat dipastikan fungsi oposisi non politik yang dalam hal ini adalah organisasi kemasyarakatan, pers, cendikiawan, mengalami kesulitan. Melihat kondisi seperti ini Nurcholish Madjid secara lugas melontarkan ide oposisi sebagai reaksi atas otoritarianisme kekuasaan Orde Baru.
            Nurcholish Madjid melontarkan wacara keberadaan oposisi yang mesti disadari oleh pemerintah Orde Baru. Menurutnya diperlukan peran oposisi yang secara langsung diperankan oleh partai politik yang bersaing dalam pemilu dan melakukan evaluasi monitoring terhadap partai politik yang berkuasa memegang kendali pemerintahan. Dalam tataran aplikasi, pada 1971 Nucholish Madjid memberikan dorongan kepada mahasiswa dan pemuda untuk mendukung partai politik lain, untuk mengimbangi kekuatan Golkar yang mendapat sokongan dari kalangan elit yaitu militer, birokrat dan dana[5].
            Selain itu, Nurcholish berpendapat untuk memantau aplikasi kekuasaan diperlukan bentuk oposisi tidak langsung yang diperankan kaum cendikiawan yang tidak terikat oleh kekuasaan. Fungsi mereka menyuplai ide-ide konstruktif untuk kemajuan demokrasi namun tidak memasuki wilayah politik praktis. Dalam istilah Nurcholish Madjid fungsi cendikiawan semacam itu disebut bebas tapi aktif.[6]
            Menurut Nurcholish, demokrasi yang sehat memerlukan check and balance. Ada kekuatan pemantau dan pengimbang. Ia bersandar pada pandangan filosofis bahwa manusia itu tidak mungkin selalu benar, karena itu harus ada cara untuk saling mengingatkan, apa yang tidak baik dan tidak benar.[7] Ia memberikan contoh orang yang menyatakan hendak mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni, namun dalam pelaksanaanya belum tentu benar. Karena itu, menurutnya, dalam masyarakat harus ada mekanisme untuk tukar pikiran. Atau dalam bentuk yang lebih canggih.[8]
            Nurcholish menyadari bahwa ide-ide seperti oposisi belum bisa diterima bukan saja oleh kalangan penguasa, bahkan juga oleh para politisi partai (oposisi) sendiri. Alasannya oposisi masih dianggap sebagai ancaman, karena dilihat sebagai upaya untuk menjatuhkan pemerintahan.[9] Walaupun demikian gagasan oposisi harus dilaksanan guna membuat keseimbangan antara negara dan masyarakat.


Kesimpulan

            Usaha Nurcholish Madjid mengenai gagasan oposisi berangkat dari kesadaranya akan ajaran agama mengenai prinsip keseimbangan. Upaya tersebut dilakukannya sebagai usaha untuk mengawal kinerja pemerintahan dan kritikan terhadap otoritarianisme rezim orde baru yang melawan arus demokrasi dan mematikan fungsi trias politika.


[1] Diro Aristonang, Runtuhnya Rezim daripada Soeharto (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h.233.
[2] Muhammad A.S Hikam, “Depolitisasi, Reformasi dan Gerakan Mahasiswa, dalam Fahruz Zaman Fadhly”, ed., Mahasiswa Menggugat: Potrer Gerakan Mahasiswa 1998 (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h. 27.
[3] Ahmad Gaus A.F, Api Islam Nucholish Madjid: Jalan Hidup Seorang Visioner, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), hal. 259.
[4] Nurcholish Madjid, “Menata Kembali Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara”, Titik-Temu Jurnal Dialog Peradaban II, no.1 (Desember 2009): hal. 26.
[5] Ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa ia menghendaki agar mahasiswa dan pemuda tidak memilih Golkar dengan tujuan persaingan politik dalam pemilu berlangsung secara imbang. Lihat Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 1998), hal. 6
[6] Ibid, hal. 11.
[7] Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, (Jakarta: Yayasan Paramadina, 1999), hal. 6
[8] Ujar Nurcholish, “adanya kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan akademik, kebebasan pers, dan sebagainya”. Lihat Ahmad Gaus A.F, Api Islam Nucholish Madjid: Jalan Hidup Seorang Visioner, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), hal. 260.
[9] Padahal, menurutnya, “Oposisi itu wujud dari pengakuan adanya perbedaan pandangan, itu sah dan tidak usah khawatir bahwa partai oposisi itu akan menggulingkan pemerintah”. Karena itu Nurcholish Madjid tetap berpandangan bahwa ide mengenai oposisi itu harus dilaksanakan. Lihat Ahmad Gaus A.F, Api Islam Nucholish Madjid: Jalan Hidup Seorang Visioner, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), hal. 260.

[full-width]

Sumber gambar:  http://www.andriewongso.com/uploads/2015/12/Nurcholish-Madjid-Cendekiawan-Indonesia_2014-08-29-13-50-34_640x321-Nurcholis...

November 20, 2016

Dialog Anak Manusia

Dialog Anak Manusia eps 03

Karena lelah aku baringkan tubuh ini diatas tikar dalam kamar sempit. Gelap cahaya kamar menambah nuansa tenang, setelah satu minggu belakangan aku sibuk dengan pekerjaan aku sebagai budak  pengetahuan yang mondar-mandir ruangan kelas, ruang perpustakaan dan tempat senda gurau bersama kalian. Nikmat sekali rasanya sampai tulang-tulang ini mengeluarkan bunyi kelelahannya "trak...trak...trak". Indera penglihatan mulai tertutup, alat bernafas menghela oksigen sangat dalam dan tertidur lelaplah aku.

Tidak pernah ada yang tau jikalau saat tertidur kemana aku pergi, karena memang akupun tak tahu aku ada dimana saat aku tertidur. Tapi kerap kali aku merasakan sekujur jasad ini merasakan dan panca inderaku mengindera layaknya kehidupan sehari-hari di dunia aku. Aku pernah masuk ke dalam satu ruangan, di sana aku melihat banyak orang mondar-mandir sambil menenteng buku-buku yang tebal dan sebagian dari mereka duduk di lantai saling bercengkrama. Beberapa diantaranya juga ada yang bergumul mendengarkan satu orang yang berceramah.
" Jadi sudah seharusnya kita sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, kita harus taat pada ajarannya, harya menghindarkan diri dari yang dilarang Tuhan"
Kalimat orang yang ceramah itu terdengar sampai ke indera pendengaran aku, tapi aku tidak mengerti apa yang dikatakanya.

Semakin penasaran saja dengan apa yang dikatakan penceramah itu, aku melangkahkan kedua kaki ini ke sisi lain ruangan. Aku melihat orang yang duduk bersila sambil meletakan kedua tangannya di atas lutut dengan matanya yang terpejam. Di depan orang itu aku lihat ada patung besar yang juga duduk bersila, mereka sering menyebutnya dengan Buddha. Ketika aku hendak bertanya pada orang yang sedang duduk itu tiba-tiba ada yang menarik leher bajuku sambil berkata "jangan kau ganggu orang itu, dia sedang khusu".

Yasudah karena aku takut menggangu aku beranjak ketempat sudut yang lain, tak sengaja aku melemparkan batu kecil ke arah orang yang ada di sudut barat, seketika orang itu menoleh ke belakang namun seolah di tidak peduli. Akupun menghampirinya, aku hendak meminta maaf tapi waktu aku sentuh pundaknya dia tetap diam tak menoleh. Setelah aku mengarahkan kedua mataku ke depan ternyata dia sedang khusu mulutnya mengucap kata-kata yang aku tak mengerti. Di hadapan orang itu aku melihat ada kayu berbentuk vertikal dan satunya lagi horizontal. Aku menunggunya sampai orang itu selesai dan aku lantas meminta maaf lalu aku langsung pergi berjalan lagi. "Apa yang sedang dua orang tadi lakukan" begitu bibir aku bergumam.

Aku tak pedulikan orang yang berdua itu, lantas aku teruskan melangkah mengelilingi ruangan yang tak terlihat ujungnya. Dalam langkah kesekian kalinya tiba-tiba mata ini mengarahkan sorotnya ke arah Utara, terlihat segerombolan orang melingkar dan di tengah-tengahnya ada api dalam wadah berbentuk seperti mangkuk tapi diameternya kira-kira satu meter.
Kedua kaki ini atas perintah otak melangkah lebih cepat karena saking penasarannya. Kurang dari tujuh meter dari tempat orang-orang itu berkumpul tiba-tiba aku dihadang oleh dua orang berjubah hitam, mukanya tak terlihat tertutupi oleh jubahnya yang besar. "Mau kemana kamu, berhenti di sini!"

Aku tidak bisa mengelak kedua tanganku dipegangnya erat.
Sekitar 16 menit aku dipegang erat oleh kedua orang berjubah tadi, selesai juga orang yang berkumpul mengelilingi api itu, mereka lantas pergi dan dilepaskan pulalah kedua tanganku. Lalu sejenak aku mengistirahatkan diri, aku duduk sambil termenung heran dan bingung apa yang sedang aku alami ini. Aneh sekali orang-orang tadi terlihat begitu hikmatnya berkegiatan, apa yang sedang mereka lakukan aku tak tahu.
"Bangun...bangun...sudah pagi!!!"

Perempuan yang sangat aku cintai tiba-tiba membangunkan aku dan menyuruhku untuk mandi lalu sarapan untuk pergi ketempat perbudakan lagi.

Dialog Anak Manusia  eps 03 Karena lelah aku baringkan tubuh ini diatas tikar dalam kamar sempit. Gelap cahaya kamar menambah nuansa ...

November 17, 2016

Zionisme dan pengusiran warga Palestina

Zionisme dan pengusiran warga Palestina
Oleh : Muhammad Ikbar shomi ( mahasiswa ski semester 1) 


Istilah ‘’zionisme’’ berasal dari akar kata ‘’zion’’ yang pada mula awal sejarah Yahudi menjadi sinonim dengan penyebutan untuk kota Jerusalem. Kata ini mempunyai arti khusus bagi orang Yahudi terutama sejak terjadinya penghancuran sinagog pertama, untuk mengekpresikan kerinduan sebuah tanah air.

Istilah zionisme juga modern pertama kali muncul pada akhir abad XIX, yang artinya, gerakan dengan tujuan kembalinya bangsa Yahudi ke Erez Israel (Palestina). Hal ini juga pernah dicatat oleh Nathan Birnbaum dalam jurnalnya yang bernama Selbstemanzipation. Birnbaun sendiri telah menjelaskan istilah tersebut yang bermakna didirikannya organisasi politik nasional zionis dalam posisi yang berbeda dengan partai yang berorientasi praktis yang ada selama ini. Meskipun juga bisa didapatkan arti yang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan oleh Birnbaum, namun istilah’’zionism’’dan’’hibbat zion’’ (cinta zion) masih sering digunakan secara bergantian. Kemudian, secara bertahap arti zionisme politik dibedakan dari zionis’’praktis’’, yang semua aktivitasnya dilakukan secara sukarela.

Dari sinilah sejarah zionis bisa dibedakan ke dalam dua bagian : hibbat zion sampai pada masa kongres pertama, dan ‘’zionisme’’ atau zionis politik. Meski demikian, adanya perbedaan ini tidak mengakhiri pertarungan yang berkepanjangan antara dua konsep di dalam gerakan kaum zionis yaitu antara kaum zionis’’politik’’ dan yang’’praktis, yang masing-masing menganggap bahwa hanya cara pendekatanyya terhadap realisasi tujuan zionis itulah yang paling tepat dalam mengartikan istiliah’’zionisme’’.

Dalam kasus pengusiran 415 warga palestina dari tanah airnya yang telah diduduki Israel nyaris mendominasi berita timur tengah menjelang tutup tahun 1992. Seolah-olah ini sebuah paket khusus dari pemerintah Israel menyambut berakhirnya tahun 1992. Penderitaan mereka semakin lengkap setelah pemerintah Lebanon melarang mereka masuk ke daerah kedaulatanyya. Mereka akhirnya terkatung-katung,tidak di Israel, tidak pula di Lebanon.

Dalam tindakan Israel inilah telah mengusir warga palestina kali ini sesungguhnya bagian dari rangkaian politik tradisional negeri Yahudi itu. Jauh sebelumnya berdirinya Negara Israel tahun 1948, para aktivis gerakan zionisme telah mengusir warga palestina secara halus lewat cara membeli tanah-tanah mereka dengan harga mahal seapapun.

Pemerintah Israel rupanya tidak cuma secara harfiah mengambil alih politik pengusiran ini, tetapi ia menerapkanyya secara lebih terorganusir dan sistematis. Hal ini sebernarnya tidak lepas dari pola pemikirian tokoh-tokoh gerakan zionisme, yang ternyata dengan setia dianut partai-partai di Israel.

Pada masa generasi inilah, pemikirian semacam ini justru semakin subur. Seorang aktivis zionisme berkebangsaan inggris, mosche mounhen, mengatakan, ‘’wahai umat Yahudi, tancapkanlah di hatimu yang masih ragu bahwa tanah air kita harus disucikan dari kaki orang asing dan harus bersih dari kotoran debu.

Dalam sejarah berada di pihak Israel. Gerakan zionis inilah, selanjutnya, praktis memang tidak pernah mengalami hambatan dalam mewujudkan cita-citanya itu. Pada masa pra Negara Israel 1948, mereka justru mendapat angina dari pemerintah prorektorat inggris di tanah palestina. Menjelang berdirinya Negara Israel, gerakan zionis inilah berhasil mengosongkan 60 desa palestina dari penduduknya yang sebagian besar terletak di bagian utara wilayah palestina.

Aksi pengusiran massal warga palestina terjadi lagi sesuai tiga perang besar timur tengah (1948,1956,1967). Pemerintah Negara baru Israel,setelah perang 1948, berhasil mengusir dalam jumlah besar penduduk palestina ke mesir,suriah,yordania,dan Lebanon.

Pada tahun 1968 tercatat 69  warga palestina yang diusir, pada tahun 1969 ada 223, pada tahun 1970 ada 406, pada tahun 1971 ada 306, pada tahun 1972 ada 91, pada tahun 1973 ada 10, tahun 1974 ada sebelas, tahun 1975 ada 13, tahun 1976 ada dua, tahun 1977 ada dua, dan tahun 1978 ada juga 2 orang.

Dari tahun 1978 sampai 1985 sekitar warga palestina terusir. Dan pemerintah Israel, dalam kasus pengusiran itu tidak pernah mundur dari keputusanya kecuali jika dalam keadaan terpojok betul. Itu pun, kalau mencoba membandingkan, barangkali cuma satu dari kasus 100 pengusiran.



Namun harus diakui pula, dimensi politis,social,budaya,dan ekonomi telah merasuk begitu jauh ke dalam kasus-kasus pengusiran warga palestina. Itulah yang menyebabkan dalam setiap kasus pengusiran warga palestina selalu rumit dan kompleks. Masalahnya menjadi kait-mengait, termasuk pula kasus pengusiran 415 warga palestina. 

Zionisme dan pengusiran warga P alestina Oleh : Muhammad Ikbar shomi ( mahasiswa ski semester 1)  Elshinta.com Istilah ‘’zionism...

Tak Bisa Lupakan



Tak Bisa Lupakan
Oleh : Ubaidillah

Aku teringat

Takkan kepala ini melupakan
Deburan dan gemericik air yang berpacu di sela-sela batu
Desiran angin yang bermain di helaian daun-daun kelapa dan manggis

Takkan diri ini melupakan
Raungan keras knalpot - knalpot angkot yang berlebihan penumpang
Atau teriakan kernet memanggil bagaikan suara azan

Takkan tubuh ini melupakan
Gelutuk hawa dingin merasuk hingga sumsum
Atau terik matahari membakar kulit yang legam

Aku kembali teringat
Kokok ayam di dini hari
Menandakan malam tinggal separuh
Kokok itu bersaing dengan keruyukan perut tanda lapar

Aku mengingat
Malam pertama kita bertemu
Kau menyambut ku dalam senyap dan basah
Ketika kita mulai berteman dengan renyah
Atau pertemanan kita sedang kusut
Sampai pada akhirnya kita bersimpuh tangis
Aku akan mengingat dan takkan ku lupakan

Aula Insan Cita, Ciputat 2016

Tak Bisa Lupakan Oleh : Ubaidillah Aku teringat Takkan kepala ini melupakan Deburan dan gemericik air yang berpacu di sel...

November 15, 2016

Dialog Anak Manusia

Eps 02


Kalian masih saja begitu, sikap angkuh kalian telah berhasil menguasai. Aku pun heran semakin lama kalian kehilangan kendali, dunia kita semakin semerawut. Aku yakin kamu semakin gusar berteriak sampai urat leher terlihat tegang. Jika aku boleh mengadu, aku ingin bertemu dengan Dia, tapi dengan syarat yang berat karena aku harus pergi ke dunia kamu, barulah aku bisa berdialog dengan Dia sebebas-bebasnya.
Keinginanku bertemu dengan Dia maka harus menggugurkan semua rencanaku untuk mengajak kalian. Sedangkan aku juga tidak bisa menolak jika kamu mengajak aku bertemu dengan Dia, karena sesungguhnya pertemuanku dengan dia telah ditentukan sejak zaman azali.
Aku kira, aku harus menahan emosiku ini, aku tidak harus ikut-ikutan gusar kepada kalian selayaknya kamu gusar kepada kalian. Aku harus mengkalian, aku harus tinggal bersama kalian. Aku tidak bisa memaksa kalian sekehendak. Aku berusaha untuk menenggelamkan diri pada kehidupan kalian.
Aku wajib tenggelam bersama kalian, tenggelamnya aku bukan untuk melebur lalu hilang, tapi aku tenggelam untuk nantinya aku bisa mengangkat kalian sama-sama kedunia kamu.

Tiba-tiba tanpa isyarat hati aku bergetar seketika jiwa ini melayang, entah siapa yang berulah atas semua ini. Tapi aku kira ini ada kaitannya dengan kamu, yang selalu mengikuti kemanapun aku berada. Kamu yang selalu mengikuti aku begitu sayangnya sampai-sampai kamu mengajak aku melayang-layang seperti ini. 

Eps 02 Kalian masih saja begitu, sikap angkuh kalian telah berhasil menguasai. Aku pun heran semakin lama kalian kehilangan kendali, ...

November 11, 2016

AKU DUNIA



AKU DUNIA
Oleh : Arief Muhayyan

   
Aku ini, jiwa ini sunyi sepi tapi bergejolak
Aku ini tanpa suara
Aku ini sunyi, tapi ramai
Kamu dan mereka itu sepi, semu tak berbunyi
Akulah yang membuat ramai, 

karena akulah dunia

Aku ini pasti dan dapat tersentuh, 
kalian itu tidak terlihat

Tapi, aneh memang
Biarkan aku mencari aku, 
karena aku, dunia pasti ramai, 
bergejolak, tapi tanpa suara.

Aku ini tanpa warna, gelap, 
tapi tidak menakutkan
Aku tuli, tapi mendengar
Aku buta, tapi melihat

Aneh bukan? 

Aku melihat gelap, aku mendengar sunyi
Kamu, kalian, tidak ada, 
hanya aku yang ada. 

Karena aku dunia.

AKU DUNIA Oleh : Arief Muhayyan Dream.co.      Aku ini, jiwa ini sunyi sepi tapi bergejolak Aku ini tanpa suara Aku ini...