September 14, 2016

The Power Of Kurban : Menggerakkan Perekonomian Umat


            Tanggal 10 Dzulhijjah merupakan salah satu hari penting bagi umat Islam. Masyarakat pada umumnya, memperingatinya sebagai Hari Raya ‘Idul Adha atau Hari Berkurban. Biasanya, bagi orang-orang yang sedang melakukan ibadah haji, tanggal 10 dzulhijjah juga sering disebut Hari Raya Haji karena pada tanggal ini para calon haji sedang melakukan prosesi ibadah haji yang utama yaitu wukuf di padang Arafah.  Perayaan ‘Idul Adha tentunya memiliki nilai historis bagi umat Islam. Karena pelaksanaan ‘Idul Adha saat ini merupakan ibrah dari peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim  dan Nabi Ismail.
Suatu ketika Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah melalui mimpi untuk menyembelih anaknya yaitu Nabi Ismail. Awalnya, dari mimpi yang pertama itu dianggap Nabi Ibrahim hanya sebatas godaan setan saat tidurnya. Akan tetapi, Nabi Ibrahim terus mendapat mimpi yang sama pada malam kedua begitupun pada malam ketiga. Akhirnya setelah mimpi di malam ketiga, barulah Nabi Ibrahim sadar bahwa mimpi tersebut memang langsung datang dari Allah. Lalu Nabi Ibrahim menceritakan kepada anaknya, Nabi Ismail perihal mimpi tersebut. Pada waktu mendapat perintah itu, Nabi Ismail masih berusia sangat muda sekali yaitu berusia 7 tahun. Tentunya Nabi Ibrahim sebagai ayah merasa berat sekali untuk menyampaikan perintah ini. Namun apa daya, Nabi Ibrahim tetap harus melaksanakan perintah Allah ini.
Singkat cerita, akhirnya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail melaksanakan perintah dari Allah ini. Lalu Nabi Ibrahim memantapkan niatnya Nabi Ismail pun  pasrah, seperti ayahnya. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya. Allah telah meridloi ayah dan anak yang memasrahkan jiwa mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai kurban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 107-110 yang artinya : “Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” ( 107 ). “Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.” ( 108 ), “Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”( 109 ) “Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”( 110 ).
Begitulah peristiwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, keteguhan hati mereka dan tawakal mereka kepada perintah Allah, membuat Allah tidak jadi menyembelih Ismail namun diganti dengan seekor kambing. Itulah syariat kurban yang kini masih dilaksanakan oleh seluruh umat Islam di dunia tak terkecuali di Indonesia. Pelaksanaan kurban di Indonesia, biasanya setelah menunaikan ibadah sholat ‘Idul Adha, para masyarakat berbondong-bondong pergi ke masjid, mushola, surau atau lapangan terdekat untuk memotong hewan qurban. Setelah melakukan kegiatan pemotongan, daging kurban tersebut disalurkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Ternyata hari raya kurban bukan hanya sarana untuk melaksanakan perintah pemotongan hewan kurban dan menyalurkan kepada yang berhak menerimanya, namun mempunyai sebuah potensi yang besar, yaitu potensi untuk mengerakkan perekonomian umat.
Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam, momentum Idul Adha dengan menyembelih hewan kurban untuk miskin hanyalah makna simbolik. Pada dasarnya semangat untuk berbagi dan membantu kaum miskin untuk bisa hidup mandiri adalah filosofi sebenarnya. Seharusnya hal itu dilakukan setiap saat, tidak hanya waktu Idul Adha. Pengelolaan zakat setiap tahun, katanya, seharusnya juga menjadi gerakan pemberdayaan ekonomi rakyat. Menurut dia, dengan penduduk 230 juta lebih dan sekitar 200 juta di antaranya umat muslim, potensi kurban, zakat, infaq, sadaqah bisa mencapai Rp 100 triliun per tahun. Dari angka Rp 100 triliun itu, sebagian bisa dipakai untuk menafkahi warga tidak mampu, misalnya lanjut usia, janda, ataupun anak yatim. Sebagian lainnya membangun fasilitas umum. “Warga miskin lain yang masih bisa bekerja hendaknya diberikan pelatihan kerja, pelatihan wirausahawan, dan diberi pinjaman modal kerja,” katanya. Hal ini bisa terlihat setiap tahunnya ketika ada menjelang hari raya idul adha, banyak sekali masyarakat yang mendirikan tempat untung menjual hewan kurban baik itu perseorangan, kelompok atau lembaga-lembaga swasta yang mengelola kurban seperti Dompet Dhuafa, Baziz, Rumah Zakat Indonesia dan lain sebagainya.
Dompet Dhuafa misalnya, telah mengubah gerakan berkurban untuk santunan menjadi gerakan ekonomi rakyat. Begitu pula Rumah Zakat Indonesia, memasuki tahap industrialisasi, mengelola daging kurban menjadi produk olahan tahan lama. Dengan demikian, dua tujuan mendasar dapat tercapai, yakni menyantuni kaum miskin dan memberdayakan ekonomi rakyat. “Inilah yang dinamakan kurban sebenarnya. Tidak hanya menyembelih hewan dan membagi daging, tetapi mampu membuat suatu gerakan perekonomian kuat dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin,” kata Agustianto ahli ekonomi Islam menanggapi gerakan sejumlah badan zakat dan sosial yang mengelola gerakan berkurban menjadi gerakan pemberdayaan masyarakat.
Tentunya momentum kurban ini dalam menggerakan perekonomian umat menemui tantangan dan kendala didalamnya. Namun kita berharap agar lembaga-lembaga pengelolaan kurban dan zakat mampu mengatasi hal tersebut dan menjalankan fungsinya sebagai roda penggerak perekonomian umat. Meskipun belum terlalu dirasakan oleh semua masyarakat kita bisa berharap bahwa kedepannya nanti, ada perbaikan dan kepedulian pemerintah terhadap pelaksanaan kurban agar nantinya seluruh masyarakat di Indonesia mampu merasakan manfaat dari kurban dan mampu sebagai salah satu tumpuan untuk menggerakan perekonomian bangsa.


Rifqi Fadillah, SKI semester I



www.batumedia.com             Tanggal 10 Dzulhijjah merupakan salah satu hari penting bagi umat Islam. Masyarakat pada umumnya, mempe...

September 09, 2016

Krisis Budaya Penyebab Timbulnya Masalah Multidimensional Bangsa Indonesia

Krisis Budaya Penyebab Timbulnya Masalah Multidimensional Bangsa Indonesia
https://triadarabarlian.files.wordpress.com/2011/06/indonesia-culture.jpg

Oleh: Irvan Hidayat
Masalah yang terus mendera negara Indonesia tak kunjung surut, mulai dari masalah pendidikan, politik, dan ekonomi. Semua persoalan menghujam seolah hujan tak akan pernah reda, dengan kondisi seperti ini maka bisa dipastikan ungkapan gemah ripah loh jinawi sudah tidak relevan lagi untuk Indonesia. semboyan-semboyan kebanganggan yang dahulu sering keluar dari mulut untuk memuji kekayaan sumberdaya alam dan manusia di Indonesia, kini tak lagi bermakna karena keadaan sudah berbanding terbalik.

Keadaan yang berbanding terbalik seperti sekarang ini disebabkan oleh krisis budaya yang sedang melanda bangsa Indonesia, sebagaimana yang dijewantahkan oleh para pakar budaya di Universitas Indonesia baru-baru ini. Riris K. Toha Sarumpaet mengatakan bahwa krisis budaya menimbulkan masalah yang kompleks dan multidimensional sehingga hal ini harus mendapatkan tanggapan yang serius dari pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia. Krisis budaya adalah, keadaan kebudayaan yang sudah mencapai titik berbahaya. Titik berbahaya yang dimaksdukan adalah kondisi dimana kebudayaan yang sudah lama ada tidak lagi diindahkan atau bahkan ditinggalkan. Sebagai negara yang multi etnis, Indonesia memiliki banyak budaya yang berbeda dan mengandung nilai-nilai kebaikan yang masih relevan untuk kehidupan sekarang.

Terjadinya krisis budaya sehingga rakyat Indonesia banyak yang meninggalkan budayanya sendiri disebabkan oleh arus globalisasi dan modernisasi yang telah terjadi sejak awal abad ke-20 yang kian pesat sejak ada revolusi informasi pada tahun 1960. Identitas diri sebagai sebuah bangsa yang berbudaya kian memudar seiring dengan pengaruh budaya populer yang diimpor dari negara-negara lain seperti, Amerika, Inggris, Jepang dan Korea. Pengaruh budaya asing memang tidak sepenuhnya salah, namun yang terjadi di Indonesia budaya materialistis yang berujung pada budaya konsumerismelah yang terbentuk akibat pengaruh dominan budaya asing.

Budaya materealistis atau konsumerisme adalah penyakit akut yang menyebabkan beragam masalah. Masalah yang timbul akibat budaya materealistis mengakar disemua bidang kehidupan, dilembaga pemerintahan hampir semuanya pernah terjerat kasus korupsi. Kasus korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum lembaga pemerintahan semuanya bermotif sama yaitu motif kekuasaan dan motif mengumpulkan harta. Selain korupsi perselisihan kerap terjadi antar anak bangsa dalam memperebutkan kekuasaan dengan menjadikan politik sebagai alat utamaya.

Kasus kriminalitas yang terjadi tempo hari juga kian bertambah jenisnya mulai dari, terorisme, korupsi, kejahatan seksual, konflik antara guru dan murid, bentrok antar pelajar dan sebagainya. Tingginya kasus kriminalitas tak mampu terbendung karena kian hari jumlahnya  kian bertambah, tindakan kriminal yang dilakukan oleh anak bangsa sendiri secara perlahan meruntuhkan persatuan bangsa yang telah lama dibangun oleh para founding father bangsa ini.

Cikal bakal atau pondasi awal persatuan bangsa ini terbentuk sejak Oktober 1928 ditandai dengan diselenggarakannya kongres pemuda kedua yang menghasilkan kesepakatan bersama, atau yang lebih dikenal dengan “sumpah pemuda”. Tiga poin keputusan hasil kongres yaitu; pertama, kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia. Kedua, kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Ketiga kami putra dan putri Indonesia menjujung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ketiga poin tersebut menjadi pijakan dari lahirnya Pancasila dan UUD 1945. Namun kesepakatan yang telah dibangun dengan susah payah itu perlahan-lahan mulai dihianati oleh bangsanya sendiri. Penghianatan yang dilakukan berimbas pada mulai retaknya hubungan sesama rakyat Indonesia, perbedaan suku, ras, agama dan golongan makin lebih kentara.

Identitas sebagai bangsa yang ber-Bhineka tunggal ika semakin terlihat absurd karena yang lebih jelas terlihat adalah masing-masing individu dan kelompok masyarakat lebih mementingkan tujuannya sendiri daripada tujuan bangsanya. Bangsa ini kian tidak menemukan arah tujuan yang sama karena hubungan antara pemerintah dengan masyarakat tidak berjalan harmonis. Aparat pemerintah menjalankan perannya bagai pemain drama yang jelas penuh rekayasa, politik dimonopoli oleh pemilik modal dan demokrasi hanya berjalan sebagai formalitas saja. Karena kelakuan pemerintah yang seperti sekarang ini, rakyat hidup dalam ketidak pastian, angin kebahagian hanya berhembus sesaat ketika janji para politisi merebab dimusim pemilu.

Setelah delapan belas tahun reformasi Indonesia tidak kunjung menemukan bentuk idealnya dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan dan budaya. Keran demokrasi yang terbuka luas malah menumbuhkan persoalan-persoalan baru, Daniel Sparingga mengatakan bahwa keadaan masyarakat Indonesia sekarang lebih memuliakan materi dan meremehkan semua yang bersifat sosial dan spiritual. Sebagai bangsa yang kuat seharusnya dengan segera kita menyadari kondisi kriris budaya ini, kemudian bertindak dengan mengembalikan budaya bangsa yang masih relevan dengan mengaplikasikannya pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tangsel Post edisi 7 September 2016









Krisis Budaya Penyebab Timbulnya Masalah Multidimensional Bangsa Indonesia https://triadarabarlian.files.wordpress.com/2011/06/indonesi...

Sejarah Imam Bukhari



oleh : Muhammad Ikbar Ishomi (Mahasiswa SKI Semester 1 UIN Jakarta)


Imam Bukhari adalah ahli hadist yang termasyhur diantara para ahli hadist sejak dulu hingga kini, bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasai dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih dan hadist, hadist-hadist beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian masyarakat muslim menyebutnya dengan julukan amirul mukminin fil hadist. Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya. 

Bukhari juga didik dan dibesarkan keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab as-siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang wara dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang sifatnya haram. Perhatianya kepada ilmu hadist yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah menghafal dan menguasai buku-buku seperti al-mubarak dan al-wakili. Pada usia 18 tahun beliau sudah menerbitkan kitab pertamanya’’qudhaya as shahabah wat tab’ien bersama gurunya syekh Ishaq. Beliau juga menghimpun hadist-hadist shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadist yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadist.

Bukhari juga diakui memiliki daya hafalan tinggi, yang diakuinya oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Ketika sedang berada di Baghdad, Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10 orang ahli hadist yang ingin menguji ketinggalan ilmu beliau. Dalam pertemuan tersebut, 10 ulama mengajukan 100 buah hadist yang sengaja ‘’diputar-balikkan’’untuk menguji hafalan Imam Bukhari. Imam Bukhari juga ternyata tidak melupakan kegiatan lain,yakni olahraga. Ia misalnya sering belajar memanah, sehingga dikatakan sepanjang hidupnya. Dalam keadaan tersebut timbul sebagai pengalaman Sunnah rasul yang mendorong dan menganjurkan kaum muslimin belajar menggunakan anak panah dan alat-alat perang lainnya.

Bukhari juga mebuat karya-karyanya seperti kitab al-jami ash shahih,al-adab al mufrad,at tharikh as shagir, at tarikh al awsat, at tharikh al kabir, asami as sahabah dan al hibah. Diantara semua karyanya tersebut yang paling monumental adalah kitab al-jami ash-shahi yang lebih dikenal dengan dengan shahih bukhari.

Dalam sebuah riwayat hadist diceritakan, Imam Bukhari berkata: ‘’aku bermimpi melihat rasullah saw, seolah-olah aku berdiri di hadapanya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanykan mimpi itu kepada sebagian ahli ta’bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadist-hadist Rasullah SAW. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab al jami’ as-sahih.

Dalam menghimpun hadist-hadist shahih dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahian hadist-hadistnya dapat dipertanggungjawabkan. Imam Bukhari juga senantiasa membandingkan hadist-hadist yang diriwayatkan, satu dengan lainnya, menyaringnya paling shahih. Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring hadist-hadist tersebut. Hal ini tercermin dari perkataanya : ‘’aku susun kitab al jami ini yang dipilih dari 600.000 hadist selama 16 tahun.

Imam Bukhari juga dikenal sebagai pengarang kitab yang produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu lain, seperti tafsir,fikih,dan tarikh. Fatwa-fatwanya selalu menjadi pegangan umat sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid mustaqil, tidak terikat pada madzhab tertentu, sehingga mempunyai otoritas tersendiri dalam berpendapat dalam hal hukum.

Imam Bukhari juga selalu berpegang teguh pada tingkat keshahian paling tinggi dan tidak akan turun dari tingkat tersebut, kecuali terhadap beberapa hadist yang bukan merupakan materi pokok dari sebuah bab. Menurut ibnu shalah,dalam kitab shahih bukhari itu memuat 7275 hadist. Selain itu ada hadist-hadist yang dimuat secara utuh tanpa pengulangan. Adapun jumlah semua hadist shahih termasuk yang dimuat berulang sebanyak 7379 buah. Perhitungan ini berbeda diantara para ahli hadist tersebut dalam mengomentari kitab shahih bukhari semata-mata karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadist.

Imam Bukhari wafat pada tanggal 31 agustus 870 (256 H) pada malam idul fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Sebelum meniggal, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dan tidak memakai sorban. Ia dimakamkan selepas Salat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri.

oleh : Muhammad Ikbar Ishomi (Mahasiswa SKI Semester 1 UIN Jakarta) Imam Bukhari adalah ahli hadist yang termasyhur diantara par...

September 02, 2016

SIKLUS PERUBAHAN SISTEM PEMERINTAHAN MENURUT MACHIAVELLI

SIKLUS PERUBAHAN SISTEM PEMERINTAHAN
MENURUT MACHIAVELLI
http://mediad.publicbroadcasting.net/p/kalw/files/201409/Machiavelli_AF.jpg

Oleh: A. Fahri Huseini (Sekertaris Lkissah)

Niccolo De Bernado De Machiavelli atau lebih Dikenal Machiavelli adalah seorang filusuf dan Politikus. Dikenal dengan dua karya besarnya yaitu The Prince dan Discourses yang menyajikan teori-teori Machivelli sendiri tentang Peradaban Khususnya Politik. The Prince dikenal sebagai karyanya yang kontroversial karena menyampaikan dengan gamblang strategi Politik yang cukup kejam dan egois. Menurutnya dalam politik segala cara yang ditempuh untuk meraih kekuasaan diperbolehkan termasuk saling tipu, tikam, menjatuhkan lawan politik dan berbagai konspirasi merupakan hal yang wajar menurutnya.

Namun kali ini saya hanya akan menjelaskan apa yang diutarakan Machiavelli dalam karyanya yaitu Discourses, mahakarya yang berisi teori-teori pengamatan Machiavelli tentang Peradaban manusia  dan pemeritahan yang ideal menurutnya. Dalam karyanya yang satu ini Machiavelli berusaha menjelaskan perubahan social dan politik dari peradaban manusia dengan mengambil sebagian besar contoh dari Romawi kuno dan membandingkannya dengan berbagai macam peradaban. Dalam dinamisme politik pemerintahan, Machiavelli yang sangat tenar di Florence Italia ini berpendapat bahwa system pemerintahan memiliki siklus perubahan yang terjadi sepanjang zaman dan selalu begitu dengan diiringi berbagai peristiwa.

Diawali dengan monarki sebagai bentuk pemerintahan pertama.dalam sebuah masyarakat yang hidup di sebuah daerah merasa membutuhkan seseorang yang mampu menjaga dan melindungi mereka dari ancaman luar, oleh karena itu masyarakat akan menunjuk seseorang yang dianggap kuat dan mampu untuk memimpin dan melindungi mereka. Orang yang terpilih karena dianggap mampu memimpin dan melindungi masyarakatnya akan dipatuhi dan diikuti oleh rakyatnya, begitu pula ketika ia wafat posisinya akan jatuh ke tangan anaknya atau diwariskan dan otomatis rakyat akan mengikutinya. Ini menandakan bahwa inti dari system monarki adalah pemimpin yang kuat dimata masyarakatnya. Monarki dapat dengan mudah menjadi Oligarki dikarenakan  ketika sang pewaris tahta raja atau kepala suku dari masyarakat bertindak otoriter dan menjadi tirani menggunakan kekuasaannya untuk berfoya-foya dan menindas rakyat, secara otomatis rakyat akan membencinya dan arena kebencian rakyat terhadapnya ia akan semakin waspada dan terus menekan segala ancaman yang datang dari para pembencinya dengan kekuatan militer.

Dalam keadaan rakyat yang tertekan dengan penindasan, tekanan perintah, dan intimidasi tersebut muncul sekelompok orang yang bijak dan berwawasan luas. Orang-orang ini tentunya sadar akan keadaan masyarakat yang sedang terpuruk lalu mereka berusaha menggalang dukungan rakyat untuk memberontak melawan penguasa tirani tersebut. Ketika kekuatan dari rakyat telah mereka dapatkan dan penguasa tunggal yang tirani tersebut digulingkan maka, berdasarkan keputusan sekelompok orang ini akan membentuk sebuah dewan yang terdiri dari kaum aristokrat. Para dewan ini akan dipercaya oleh masyarakat karena kebijaksanaan, kemurahan hati dan pengetahuan mereka, dengan ini pilihan masyarakat telah beralih dari pemimpin yang berani ke pemimpin yang arif dan bijaksana. Era model aristokrasi pun di mulai.

Pada masa-masa awal pemerintahan orang-orang aristokrat memegang kekuasaan dan menggunakannya dengan sangat bijak dalam mensejahterakan rakyat. Mereka memerintah dengan kemurahan hati dan kebijaksanaan, oleh karena itu kemakmuran dapat dirasakan oleh warga negara. Masa-masa ini kian lama kian memudar, seiring terus bergulirnya waktu kaum aristokrat mewariskan kekuasaan kepada anak cucu mereka dari generasi ke generasi. Kekuasaan memang bisa mereka wariskan tetapi kebijaksanaan, pengetahuan, dan wawasan belum tentu bisa mereka wariskan kepada keturunan mereka. Ketika segala pengetahuan dan kebijaksanaan itu perlahan hilang dari keturunan mereka maka mereka akan memerintah berdasarkan nafsu dan obsesi, maka sudah pasti kekacauan karena perebutan kekuasaan dan segala macam konspirasi kembali menyelimuti negara, rakyat pun kembali tertindas.
Dalam keadaan ini kepercayaan rakyat kepada para pemegang kekuasaan tersebut telah hilang karena orang-orang tersebut tidak lagi mengutamakan kepentingan rakyat dalam memerintah tetapi berdasarkan hasrat dan nafsu mereka sendiri, sebagai dampaknya rakyat bangkit bersama-sama menggulingkan kaum aristokrat dari kursi kekuasaan. Setelah kaum aristokrat berhasil disingkirkan dan karena trauma bekas luka yang mereka terima dari system pemerintahan-pemerintahan yang sebelumnya masih membekas kuat, mereka menyadari bahwa kekuasaan tidak boleh dipegang oleh satu orang atau beberapa orang tertentu tetapi harus dipegang oleh rakyat itu sendiri. Rakyat bersama-sama membangun sebuah pemerintahan dimana di dalamnya rakyat memiliki kekuasaan, kebebasan, peluang yang luas dalam pemerintahan, dengan kata lain pemerintahan yang mereka ciptakan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat atau yang kita kenal sekarang ini dengan Demokrasi.

Seperti pemerintahan sebelumnya, masa awal pemerintahan demokrasi juga merupakan masa kemakmuran, keadilan,dan kasih sayang. Setiap individu masyarakat bersama-sama membangun pemerintahan, mereka semua memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara tak peduli siapa dia, karena kebebasan untuk berpartisipasi dalam bernegara sama diantara mereka semua. Segala masalah diselesaikan bersama dan berdasarkan kepentingan bersama.

Namun seiring berjalanannya waktu semua kemakmuran dan kejayaan itu juga memudar sama seperti pemerintahan-pemerintahan yang sebelumnya. Ketika segalanya yang dihasilkan oleh demokrasi itu perlahan lenyap dan berubahnya masyarakat, maka kekacauan mulai bermunculan. Kebebasan berpolitik yang diberlakukan oleh system demokrasi semakin lama mulai disalahgunakan oleh beberapa invidu warga negara yang haus akan kekuasaan, akibatnya masing-masing dari individu masyarakat yang haus kekuasaan tersebut akan berusaha saling menyingkirkan satu sama lain demi kekuasaan, inilah yang disebut dengan era Anarki. Era ini akan terus berlangsung dengan berbagai pertumpahan darah yang bahkan mungkin bisa melibatkan lebih dari dua pihak yang bertikai.

Dalam masa anarki yang penuh kekacauan tersebut rakyat yang tak bisa bisa melindungi diri sudah pasti akan berusaha mencari perlindungan kepada orang-orang yang kuat dan mampu melindungi diri mereka dari kekacauan yang memakan korban tersebut, sehingga muncul seorang yang kuat dan memiliki pengaruh besar dimata rakyat. Berkat kepercayaan rakyat ia mampu memobilisasi kekuatan untuk meredam pertikaian dan mengakhirinya, lalu dia pun akan menjadi penguasa tunggal dan mewariskannya kepada anak cucunya hingga masa kejayaannya berakhir, dengan kata lain kembali ke system monarki yang sebelumnya berlalu. Sepanjang sejarah semuanya akan terus berputar dari dari satu model system pemerintahan yang disebabkan lingkungan atau kondisi masyarakat ke model-model berikutnya dan kembali lagi ke model yang sebelumnya telah berlalu.
             
           

            

SIKLUS PERUBAHAN SISTEM PEMERINTAHAN MENURUT MACHIAVELLI http://mediad.publicbroadcasting.net/p/kalw/files/201409/Machiavelli_AF.jp...

Indonesia pasca IMF: keluar dari program, masuk post program

Indonesia pasca IMF: keluar dari program, masuk post program

Oleh : Muhammad Ikbar Ishomi 
( mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah)


Terjadinya malaise atau kehancuran ekonomi pada masa depresi besar-besaran pada tahun 1930-an yang memporak-porandakan perekonomian dunia sebagai akibat terjadi perang dunia 1, telah melumpuhkan segenap aktivitas di pasar-pasar finansial intenasional dan meluncurkan volume perdagangan internasional pada titik yang paling rendah, selama sekian dasawarsa sebelumnya. Sehingga sangatlah wajar apabila pada juli 1944, dimana pada saat itu juga perang dunia 2 telah menunjukkan tanda-tanda kemenangan bagi sekutu, para wakil dari 45 negara bertemu dalam konfrensi di Bretton words, Negara bagian New Hampspire,AS, dengan maksud menyusun suatu kerangka kerjasama ekonomi dan keuangan pasca perang dunia 2 melalui suatu lembaga pendanaan yang bersifat internasional.

Dalam konfrensi ini forum didominasi oleh dua pakar ekonomi dunia yaitu: John Maynard Keynes dari inggris dan DH white dari AS, akhirnya memperoleh kesepakatan untuk membentuk tiga lembaga utama dalam sistem pembayaran dan keuangan internasional,yaitu: IMF (International Monetary fund),bank dunia,dan sistem kurs valuta Bretton woods. Ketiga lembaga tersebut merupakan lembaga yang mengelola sistem keuangan dan pembayaran internasional pertama yang disetujui secara bersama-sama.

Dalam status pendirian IMF, yang selanjutnya berfungsi sebagai lembaga pendanaan internasional, terdapat enam butir tujuan yang disetujui para peserta konfrensi, yakni sebagai berikut: (1) memajukan kerjasama moneter internasional dengan jalan mendirikan lembaga IMF, (2) memperluas perdagangan dan investasi dunia, (3) memajukan kurs valuta asing, (4) mengurangi dan membatasi praktek-praktek pembatasan terhadap pembayaran internasional, (5) menyediakan dana yang dapat dipinjamkan dalam bentuk pinjaman jangka pendek, sampai dapat ditemukan bahwa defisit neraca pembayaran hanya dapat dibatasi dengan jalan menyesuaikan tingginya kurs devisa, (6) memperpendek dan memperkecil besarnya defisit atau surplus neraca pembayaran.

Dalam hubungannya dengan IMF pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak melanjutkan program bantuan ekonomi dari International Monetary Fund (IMF) sejak tahun 2003. Keputusan yang diambil pada akhir juli 2003 itu mengakhiri perdebatan panjang mengenai kelanjutan program tersebut, dengan demikian IMF akan memonitor program reformasi ekonomi Indonesia dalam pola post-program monitoring (PPM) mulai tahun 2004. Dengan menjalankan program tersebut, pemerintah diharuskan untuk mencicil pembayaran utangnya kepada IMF sebesar USS 9.2 miliar hingga 2010. Alternatifnya, pemerintah bisa memlih tidak menjalani PPM. Konsekusesinya, pada akhir tahun pemerintah harus membayar sebesar uss 5.9 miliar untuk menurunkan stok utangnya menjadi USS 2.8 miliar, sebesar kuota Indonesai di IMF.

Keputusan tersebut juga mengakhiri lima tahun periode love-hate relationship antara Indonesia dan IMF. Pada tahun 1998, kedua belah pihak sepakat dengan sebuah program bantuan ekonomi selama 4 tahun. Selama itu pula keberadaan IMF di Indonesia diwarnai oleh dukungan sekaligus kritik. Program bantuan tersebut seharusnya berakhir tahun 2002, tetapi pemerintah memperpanjang selama setahun. Meski sejumlah kalangan tetap berpendapat bahwa Indonesia masih membutuhkan keberadaan IMF untuk satu tahun lagi langkah demikian akan tidak popular secara politis. Kalau IMF diibaratkan seorang dokter, maka Indonesia adalah satu pasiennya, sayangnya Indonesia yang sakit malaria itu, ternyata oleh dokter IMF doberi obat antihamil, sehingga penyakitnya tidak sembuh, tetapi justru malah tambah parah, itu bisa dibuktikan dari beberapa resep yang diberikan IMF kepada pemerintah Indonesia baik di masa Soeharto, Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati. Ketidakpercayaan masyarakat tersebut, kemudian berlanjut dengan terjadinya kerusuhan yang sangat besar jumlahnya, sehingga mengakibatkan banyak bank, terutama bank-bank swasta menjadi goyah dan wajib menjadi pasien BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Hampir semua sulit disembuhkan atau dipulihkan, kecuali adanya campur tangan pemerintah melalui rekapitulasi perbankan.

Karena dengan ongkang-ongkang saja, ia telah berhasil meraup keuntungan besar sebesar 67% dari uang yang ia didepositkan sebelum dipotong pajak. Karena hampir semua pemilik uang mendepositkan uangnya di bank, maka perusahaan tidak berjalan, sehingga yang terjadi adalah meledaknya jumlah pengagguran, yang saat ini mencapai sekitar 40 juta orang. Selanjutnya, berbagai resep IMF semakin tidak jelas arahnya bagi pemulihan ekonomi di Indonesia, bahkan nampak sekali membabi buta, sehingga semakin kentara sekali kedoknya, dalam upaya memiskinkan Indonesia. Karena itu dengan mengucapkan terima kasih kepada IMF yang telah ‘’menjalin persahabatan’’ dengan Indonesia sejak 1997, kita berjuang untuk melepaskan keterikatan yang ada, artinya Indonesia memutuskan kerjasama dengan IMF. Hal ini harus dilakukan demi masa depan Indonesia.


Walaupun banyak yang berpendapat bahwa Indonesia tidak akan mampu memenuhi transaksi pembayaran, harga-harga akan naik dan sebagainya. Sebernarnya tidak masalah jika kita menderita dalam jangka pendek, tetapi kita harus bertekad bahwa kita menderita untuk menggapai kesuksesn mandiri di masa depan. Akhirnya, kita yakin, tanpa IMF ekonomi Indonesia bisa berjalan mencapai pemulihannya kembali. 

Indonesia pasca IMF: keluar dari program, masuk post program Oleh : Muhammad Ikbar Ishomi  ( mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam ...