April 26, 2016

Kajian Mukaddimah Ibnu Khaldun Sekilas Pemikiran dan Kritik Terhadap Sejarawan


Diskusi I

Kajian Mukaddimah Ibnu Khaldun
Sekilas Pemikiran dan Kritik Terhadap Sejarawan

Ibnu Khaldun lahir satu abad pasca runtuhnya Bakhdat, tahun 1323 M di Fez, TunisiaDia merupakan seorang sosiolog, pisikolog sekaligus seorang sejarawan yang memiliki hubungan baik dengan pemerintah. Lingkup penjelajahan Ibnu Khaldun adalah Afrika, Andalusia dan sebagian wilayah Timur Tengah. Jika kita melihat karyannya, tergambar bahwa Ibnu Khaldun adalah orang yang berwawasan luas dan seorang visioner sejati, berpikiran jauh ke depan.
Menurut pendapat Ibnu Khaldun, kekuasaan dan politik merupakan fitrah manusia yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kekuasaan dan politik lah peraturan dan hukum dapat dibuat. Hukum memiliki peran yang penting untuk membatasi kebebasan manusia, karena hakikat setiap manusia itu bebas, namun kebebasan itu terbatas oleh kebebasan manusia lainnya. Oleh karena itulah hukum sangat penting untuk keberlangsungan roda kehidupan.
Pada masa pembentukan kekuasaan politik atau negara, masyarakat terbawah atau masyarakat desa turut berperan aktif dalam terbentuknya negara. Namun setelah negara itu berdiri, aspirasi masyarakat desa menjadi di pinggirkan bahkan di matikan. Dalam siklus berdirinya negara, ada beberapa tahap yang akan dilalui. Mulai dari organisasi-organisasi masyarakat desa yang melahirkan suatu pergerakan hingga berdirinya suatu negara. Kemudian negara itu terus berkembang dan mencapai puncak kejayaan. Dan kemudian megalami stabilitas dan kejumudan, sehingga pemerintah terlena akan kejayaannya yang kemudian menghambat inofasi dan produktifitas. Sampai akhirnya negara itu runtuh. Disinilah peran pendidikan yang berprinsipkan agama dan moral diperlukan untuk menjaga stabilitas negara. Menurut Ibnu Khaldun, agama merupakan suatu dasar pondasi yang harus dikuatkan pada awal pendidikan dan kemudian disingkronkan dengan perubahan zaman.
Yang tidak kalah pentingnya juga bagi Ibnu Khaldun adalah ilmu sejarah. Ilmu sejarah bukanlah hanya ilmu yang menjelaskan tentang suatu peristiwa. Namun, sejarah merupakan bagian dari ilmu filsafat yang digunakan sebagai pengantar untuk menemukan inti atau pokok terbangunnya masa depan. Ibnu Khaldun juga melontarkanbeberapa kritikan terhadap para sejarawan seperti Ibnu Ishaq, Ath-Thabari, Ibnu Al-Kalbi, Muhammad bin Umar Al-Waqidi, \Saif bin Umar Al-Asadi dan sejarawan lainnya. Baginya sejarah yang dituliskan oleh para sejarawan kebanyakan tidak melihat dan mempertimbangkan sabab musabab, faktor alam, geografi, keadaan sosial masyarakat dan lain sebagainya.

Pemateri: Ubaidillah
Notulen: Arief Muhayyan

[full_width]

Diskusi I Kajian Mukaddimah Ibnu Khaldun Sekilas Pemikiran dan Kritik  Terhadap Sejarawan Ibnu Khaldun lahir satu abad  pasca...

April 25, 2016

Pengaruh Eropa Dan Dampaknya Bagi Pembaharuan Di Dunia Islam


Pengaruh Eropa Dan Dampaknya Bagi Pembaharuan Di Dunia Islam


            Menurut Albert Hourain dalam Bukunya Arabic Throught Liberal Age, perkembangan yang terjadi di Eropa dalam berbagai Aspek memberikan dampak yang signifikan bagi dunia Islam yang pada saat itu tengah mengejar ketertinggalannya dalam bidang sains, teknologi, politik dan militer. Memasuki abad ke-18 kekuatan umat Islam yakni tiga kerajaan besar Ustmani, Safawi, dan Mughal Mengalami kemerosotan dihadapan Imperialisme Eropa. Kekalahan Ustmani pada pertempuran Wina 1683 melawan Austria dan jatuhnya Mesir ke tangan Perancis 1798 telah membuka mata bangsa Eropa bahwa kerajaan ini mulai tertinggal jauh.
            Jatuhnya Mughal pada 1857 menandai runtuhnya kekuatan politik Islam di India ke tangan Inggris, sementara kerajaan Safawi tengah terjadi perebutan kekuasaan yang tak terkendali sejak wafatnya Syah Abbas pada pertengahan abad ke-17. Sementara Bangsa Eropa telah memperluas hegemoninya di dunia Islam di Afrika Utara, Timur tengah dan bahkan ke Asia Tenggara. Oleh karena itu tak bisa dipungkiri lagi ide-ide Eropa telah masuk ke dunia Islam dan menjadi stimulus bagi gerakan pembaharuan di dunia Islam dalam berbagai aspek politik, sains, teknologi, sosial, dan pendidikan. Namun saya disini akan memaparkan beberapa fase masuknya ide-ide Eropa ke dunia Islam dari abad ke-18 sampai pertengahan abad ke-20 menurut Albert Hourain.
            Fase pertama yaitu 1780 M-1798 M adalah masa dimana munculnya kesadaran diantara para cendikiawan Muslim akan tertinggalnya Islam dimata Bangsa Eropa. Pada fase ini banyak pusat-pusat peradaban Islam contohnya Mesir dan Instanbul mulai menerima pengaruh-pengaruh Eropa. Di mesir ketika ditakhlukan oleh Napoleon Bonaparte dari Perancis tidak hanya menjadi bagian dari koloni Perancis tapi menjadi tempat dimana pengaruh Eropa dan Islam berusaha bersinergi. Sekalipun Napoleon menaklukan negri Piramid ini ia bersama bawahannya Kleber membangun instusi pendidikan D’Egypte sebagai sarana pendidikan Modern ala Eropa di Mesir. Lembaga ini dibuka untuk semua kalangan bahkan Napoleon dan Kleber memperbolehkan para ulama dan ilmuwan muslim untuk bergabung dalam lembaga pendidikan dan riset ilmu pasti, alam, seni, teknik dan kedokteran ini. Diharapkan para ilmuwan muslim dan orientalis Perancis dapat bekerjasama dan saling bertukar dalam bidang intelektual untuk kemajuan diantara keduanya.
            Al-Jabarti menjadi saksi pada masa ini, sementara di Instanbul telah terjadi pula perkembangan yang signifikan dalam tubuh militer dan pendidikan Turki Ustmani, Sultan Mahmud II melakukan modernisasi struktur kemiliteran Ustmani dengan mengundang dua perwira Perancis, yaitu Comte De Rochefort dan Comte De Bonneval untuk mengajari pasukan Ustmani menggunakan meriam modern. Pasukan Jannisaries yang sebelumnya menjadi bagian penting dalam militer Ustmani dibubarkan karena sering melakukan pemberontakan, konspirasi, dan menghambat kemajuan lalu diganti dengan pasukan baru mengikuti gaya Eropa. Sementara dalam bidang pendidikan sekolah modern gaya Eropa mulai dibangun disamping Enderun atau Madrasah Islam Ustmani sebagai sarana pendidikan dan pengiriman para pelajar muslim ke Paris dan London untuk menempuh dan mempelajari kemajuan Inggris dan Perancis.
Fase II dimulai dari 1798 ditandai dengan munculnya pasukan bangsa Eropa seperti Italia, Spanyol, dan Perancis di Afrika Utara melakukan imperialisme dan kolonialisme di Mesir, Aljazair, Tunisia, Maroko dan Libya. Hal yang kedua adalah disamping negara-negara tersebut menjadi musuh bagi Islam, mereka juga menjadi model contoh bagi peradaban Islam untuk mengejar ketertinggalannya. Instanbul dan Edirne mulai meniru tata kota di Eropa dalam segi arsitektur dan kota kosmopolitan, gaya pasukan dan persenjataan Eropa mulai ditiru Turki Ustmani dan Mughal. Munculnya para pelajar Muslim yang lebih maju pemikirannya dibanding orang tuanya. Sementara para tokoh pada zaman ini adalah Muhammad Ali Pasya yang mulai memperbaharui system pendidikan Mesir meniru Perancis dan Italia dengan membangun sekolah teknik, kedokteran, pertambangan dan sekolah militer yang lebih modern. Pengiriman para pelajar Mesir ke Eropa juga turut dilakukannya demi memajukan Mesir namun ia tetap mengawasi para pelajar tersebut agar tidak terpengaruh pemikiran politik Eropa yang ia benci.
Para tokoh pembaharu yang ada pada zaman ini berusaha meyakinkan para orang-orang Jumud (kolot) bahwa sekalipun mereka mengikuti perkembangan dan kemajuan yang dicapai Eropa, mereka tetap menjadi muslim dan tidak menentang ajaran Islam sendiri. Dengan kata lain mengambil nilai positif yang baru tetapi tetap menjaga yang lama, yakni Islam. Fase ini berakhir pada tahun 1802 M. Berikutnya adalah fase ketiga (1802-1870) adalah masa yang sangat pesat perkembangannya di dunia Islam. Revolusi industri 1823 mulai memberikan dampaknya tidak hanya di Eropa tapi bagi dunia Islam banyak kota-kota besar di negara-negara Islam mulai menjadi kota-kota padat industri.. Banyak para Pembaharu Islam seperti Rasyid Ridha dan Muhammad Abduh mulai berusaha mengintegrasikan kemajuan Eropa dengan ajaran-ajaran Islam dan dimuat pada majalah Al-Manar.
Bahkan Rasyid Ridha dengan tegas menyatakan bahwa orang-orang kolot adalah yang menyebabkan umat Islam tertinggal oleh Eropa padahal pada zaman klasik dan pertengahan Eropa yang justru tertinggal. Dengan menggunakan Hadist dan Al-Quran tanpa penafsiran yang benar-benar otentik mereka menghambat kemajuan Islam dengan menganggap setiap yang berasal dari Eropa adalah produk kafir dan harus ditolak. Sementara Muhammad Iqbal melakukan pembaharuan dengan menyatakan bahwa jalan hidup sufi yang meninggalkan kehidupan dunia hanya untuk beribadah pada Allah adalah salah karena justru akan menyebabkan tertinggalnya peradaban islam dan sufistik justru bukanlah produk murni dari islam itu sendiri.
Faham Nasionalisme Eropa juga mulai menyebar di dunia Islam, contohnya India atas dasar kesamaan nasib, bangsa, dan ras yang terjajah, Muslim dan Hindu bersatu untuk mengusir penjajah Inggris pada 1857 M sekalipun perlawanan mereka dapat dipadamkan oleh pihak Inggris. Sistem Millet modern Turki Ustmani juga memicu berbagai tindakan Nasionalisme atas nama bangsa dan ras di wilayah-wilayah kekuasaannya hingga 1870 M. lalu banyak perubahan sosial terjadi pula, banyak para tokoh pembaharu berusaha menggabungkan sistem sosial sekular Eropa dengan Sosial Islam. Sekalipun sistem sosial sekuler diterapkan nilai-nilai Islam tetap ada hingga menciptakan masyarakat Islam yang modern.
Fase yang terakhir berlangsung 1870-1946 menandai berakhirnya Penetrasi Eropa ke dunia Islam dan unggulnya Eropa dalam berbagai bidang. Dengan munculnya Amerika dan Uni Soviet sebagai dua negara Super Power, pada masa ini mulai negar-negara Islam bangkit kembali sebagai kekuatan baru Pasca perang Dunia I dan II. Mesir, Indonesia, Iran dan Republik Turki adalah contoh dari beberapa negara yang memiliki penduduk muslim yang besar, meskipun beberapa dari negara tersebut tidak mendeklarasikan sebagai negara Islam yang secara penuh menerapkan syariat Islam, dan perindustrian minyak menjadi pendongrak negara-negara Islam seperti Irak, lalu Iran menjadi negara pengguna tekonologi nuklir. Jadi begitulah kiranya beberapa fase masuknya ide-ide Eropa yang nantinya menjadi batu loncatan bagi peradaban Islam untuk melakukan gerakan pembaharuan untuk mengejar kemajuan Eropa dan menyainginya.



Ahmad Fachri Huseini

[full_width]

Pengaruh Eropa Dan Dampaknya Bagi Pembaharuan Di Dunia Islam             Menurut Albert Hourain dalam Bukunya Arabic Throught Lib...

April 21, 2016

Memandang R.A. Kartini dari Sisi Lain


Memandang R.A. Kartini dari Sisi Lain
   Raden Adjeng Kartini (R.A. Kartini) lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879, Ia adalah sosok yang dibilang sebagai viraldari simbol feminisme negri ini dan yang pada akhirnya hari kelahirannya menjadi hari nasional (Hari Kartini). Lalu ia pun mendapat gelar pahlawan nasional dari Presiden Soekarno pada tahun 1964 . Tapi bagaimana sosok ini begitu fenomenal? berawal dari kumpulan surat dan catatan hariannya yang dikumpulkan oleh sahabat Belandanya Mr. Abendanon yang kemudian di bukukan oleh dirinya dan di beri judul Door Duisternis tot licht 1911 dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa Melayu menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
            Hari kartini yang di canangkan oleh pemerintah Indonesia merupakan suatu hal  yang terbilang kontroversial, karena Kartini adalah sosok yang dibilang sangat dekat dengan elit-elit kolonial seperti J.H. Abendanon, Snouck Hurgronje, dan H.H Van Koll. Hal tersebut menimbulkan anggapan bahwa Kartini bukanlah sosok nasionalis. Pada masanya, pemerintah Kolonial Belanda mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi pribumi terhadap kebijakan politik asosiasi, di mana politik ini bertujuan untuk mencampurkan budaya Barat dan Timur dalam tanda kutip budaya Barat lebih mendominasi. Sehubung dengan itu, Belanda melihat kecocokan sosok Kartini sebagai perempuan Indonesia yang ideal terhadap kebijakan mereka. Untuk mempermudah kepentingan mereka, melalui Partai Radikal Demokrat oleh C. Th. van Daventer, mereka mendirikan Komite Kartini Fonds.
Prof. Harsja W Bachtiar menyatakan Bangsa Indonesia menjadikan Kartini sebagai lambang emansipasi wanita Indonesia dari orang-orang Belanda. Ia melihat sosok Kartini sebagai sebuah rekayasa sejarah yang dibuat pemeritah kolonial sebagai perempuan pribumi yang menjadi inspirasi bagi kemajuan perempuan Indonesia dan sebuah sosok yang diciptakan oleh Pemerintah Kolonial untuk menunjukan pemikiran baratlah yang menginspirasi perempuan Indonesia. Apakah Kartini hanya hasil rekayasa? politik etis Pemerintah Kolonial yang ingin menjalankan polotik Asosiasi? Begitulah tulis Taufik Abdulah
Modifikasi terhadap narasi kartini berlanjut pasca kemerdekaan yang dilakukan oleh Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) dan Gerwis (Gerakan Wanita Sedar). Dua Organisasi yang berafiliasi dengan PKI (Partai Komunis Indonesia) ini gigih berkampanye tentang Kartini sebagai perempuan yang bukan hanya memperjuangkan hak perempuan dalam bidang pendidikan, tetapi juga pejuang anti-feodalisme dan anti-kolonialisme, bahkan Kartini disejajarkan dengan Clara Zetki, perempuan komunis Jerman yang menginspirasi hari perempuan Internasional. Padahal hal tersebut berbanding terbalik jika kita melihat kembali ke paragraf atas. Setelah di ketahui Abdul Majid (adik tiri Kartini) adalah sosok yang berhaluan komunis membuat semakin berkoarnya kampanye tersebut. Sebenarnya wacana kampanye ini terbilang terlalu mengada-ada karna terlalu memaksa sosok kartini untuk menjadi seorang yang anti-feodalisme dan anti-kolonialisme. Hal ini sebenarnya berkaitan dengan ruang gerak politik PKI untuk mengambil hati kaum proletar dan aktifis wanita pada zamannya
Setelah peritiwa G30S yang mebantai habis anggota dan organisasi underbown PKI lainnya, wacana politik tentang Kartini tak berhenti karna wacana politik itu kembali dicanangkan pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto. Di masa ini sosok Kartini tidak lagi menjadi sosok perempuan pejuang tetapi berubah menjadi “IBU” dan menjadikan perempuan seabagai sosok pendamping lelaki (seorang isteri), penagasuh anak, pengayom keluarga. Jika sebelumnya Kartini disandangkan dengan Clara Zetkit maka pada masa orde baru ia disandangkan oleh Ibu Tin (Isteri Soeharto) dan menjadi simbol anti Poligami.
Begitulah sosok Kartini yang tak lebih dari sebuah alat politik untuk mendapat simpati rakyat, sosok yang anti poligami tapi di poligami, sosok pejuang pendidikan tapi tak menamatkan pedidikan. Begitukah sosok perempuan Indonesia yang taklid dan takluk pada kekusaan, dekat dengan kolonial, dan tak berdaya yang hanya bisa memendamnya dalam tulisan. Jika sosok Kartini dibandingkan dengan pejuang wanita lainnya seperti Dewi Sartika yang mendirikan sekolah kaum perempuan, Cut Nyak Dien yang tak mau takluk dengan kolonial, Laksamana Malahayati yang tak takut mengarungi samudra luas, ia bukanlah siapa siapa. Sekali lagi kita bertanya,  pantaskah sosok Kartini menjadi ikon perempuan Indonesia?

Triraharjo   


Memandang R.A. Kartini dari Sisi Lain    Raden Adjeng Kartini (R.A. Kartini) lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879, Ia adalah ...

April 20, 2016

Kolonialisme dan Masalah Pembangunan Indonesia Pasca Kemerdekaan


Kolonialisme dan Masalah Pembangunan Indonesia Pasca Kemerdekaan

Selama kolonialisme berjalan hingga datangnya kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengalami masa kegelapan, tidak ada kemerdekaan hakiki yang didapatkan oleh bangsa ini. Kemerdekaan menjadi pertanda bahwa Indonesia berada pada era baru dimana tidak ada dominasi peran asing yang mengendalikan Indonesia. Pada masa awal kemerdekaan Indonesia dihadapkan dengan berbagai macam kesulitan yang timbul dari beragam aspek kehidupan. Mulai dari penetapan dasar negara yang amat berpengaruh pada berjalannya semua sistem kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti ekonomi, politik dan budaya. Menetapkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai dasar negara, menjadi titik tolak dari berdirinya negara Indonesia. Masa awal berdirinya republik Indonesia, situasi dan kondisi negara belum stabil. Masih banyak ancaman yang timbul dari pihak Belanda dan perseteruan-pun terjadi di kalangan bangsa Indonesia sendiri terkait  penentuan dasar dan sistem negara. 
Masa transisi ini meninggalakan banyak pekerjaan rumah bagi Indonesia. Masalah pembangunan dalam menata keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat menjadi hal yang paling penting untuk diselesaikan. Kemiskinan, buta huruf, buruknya infrastruktur, dan ketergantungan pada pihak asing menjadi tugas rumah yang berat ditengah belum stabilnya sistem dan keadaan negara.  Pasca kemerdekaan Indonesia bisa disebut sebagai masa percobaan demokrasi, dimana demokrasi belum berjalan sesuai dengan prinsip dasarnya yang terepresentasikan dari gagalnya membangun demokrasi perwakilan. Dalam bidang pertanian Indonesia mengalami kesulitan produksi, disebabkan oleh rusaknya instalasi-instalasi industri di seluruh penjuru negeri pasca pendudukan Jepang. Secara umum Indonesia belum merdeka dalam aspek ekonomi di masa awal kemerdekaannya, perusahaan minyak dikuasai oleh perusahaan Amerika, perusahaan pelayaran masih dikuasai KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij) dan perbankan masih dikuasai oleh Cina, Inggris dan Belanda.
Pergulatan politik pada masa awal termanifestasikan oleh partai politik yang belum mencapai kesamaan persepsi utuh dalam mendirikan dan mengkokohkan negara Indonesia. Perbedaan orientasi partai poltik  secara garis besar terbagi menjadi tiga kelompok yaitu, kelompok nasionalis, kelompok komunis dan kelompok agama. Pada masa Orde Baru yang dimulai sejak 11 Maret 1966, menjadi bagian lain dari proses konstruksi negara Indonesia dalam bidang pembangunan. Bergerak dari warisan ekonomi dan pembangunan Orde Lama yang masih prematur, masa Orde Baru mencanangkan program yang populer yaitu REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun), sebuah program rehabilitasi prasarana publik dan pembangunan pada sektor pertanian. 
Kolonialisasi yang dialami Indonesia jelas mempangaruhi dialektika peradaban Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai sekarang tujuh puluh tahun kemerdekaannya. Indonesia diklaim sebagai negara dunia ketiga yang belum merdeka dari negara dunia pertama yaitu Amerika dan negara Eropa Barat.Indonesia sebagai negara dunia ketiga yang terus menjalankan program pembangunan, tentunya mengalami pengaruh internal dan eksternal yang ikut membentuk pola berkehidupan masyarakat.  Sebagai negara yang belum mapan, Indonesia tidak dapat terlepas dari pengaruh bantuan pihak asing. Program-program bantuan yang tawarkan oleh asing misalnya adalah pemberian pinjaman untuk membantu memberantas kemiskinan yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun dalam praktiknya, bantuan yang diberikan oleh asing merupakan bentuk dari model ekonomi kapitalis yang memberikan keuntungan besar kepada negara yang mempunyai modal bukan malah sebaliknya, misalnya kebijakan dari World Bank dan International Monetary Fund (IMF) tentang kebijakan liberalisasi perdagangan, penghapusan kuota dan tarif, privatisasi perusahaan negara, privatisasi lahan agribisnis hingga membatasi negara untuk memberikan subsidi pada rakyat miskin, yang semua itu hanya tidak memberikan keuntungan yang berarti bagi rakyat miskin yang lebih dominan di Indonesia. Pola yang telah diciptakan oleh dunia internasional ini menyebabkan ketergantungan negara berkembang kepada negara pemodal, hal ini senada dengan ungkapan pakar sosiologi pembangunan Andrew Webster, yang kemudian ketergantungan ini akan meyebabkan keterbelakangan.
Pengaruh kolonialisme dan perkembangan sistem ekonomi dunia semakin menuntut negara dunia ketiga seperti Indonesia agar bersikap kritis, proaktif dan merdeka, karena dengan hanya mengikuti arus perkembangan sistem dunia tanpa memiliki inisiatif untuk tidak terjerumus pada sistem yang ada akan menyebabkan stagnasi pada perkembangan negara. Ketergantungan yang berlebih akan bantuan luar negeri meyebabkan keterbelakangan negara dan bangsa, sehingga pada hakikatnya kemerdekaan belum seutuhnya didapatkan. Kemerdekaan hanya milik para elit bukan milik masyarakat luas. 


Penulis: Irvan Hidayat
Editor: Ubaidillah
[full_width]

Kolonialisme dan Masalah Pembangunan Indonesia Pasca Kemerdekaan Selama kolonialisme berjalan hingga datangnya kemerdekaan pada 17 ...

April 15, 2016

Balada Pastur dan Pelacur

Roma, 1890

Seorang Pria muda berjalan, Menyusuri jalan yang mulai temaram. Diapitnya sebuah Buku yang amat mulia, Yang berisikan ajaran Cinta kasih dari Yang Maha Esa. Tanpa pernah dia lepaskan, Apalagi dia Campakan. Buku itu selalu menempel denganya, Bahkan dengan jiwanya, Yang mana dia telah Ikrarkan sehidup semati mendalami ajaran Kasihnya.

Malam ini dia ingin berjumpa, Menuju ke sebuah tempat di pinggiran Kota. Bukan Rumah ibadah ataupun tempat suci lainya, Hanya rumah peyot serta Tua. Dibawanya bunga serta makanan hangat, Yang ditujukan kepada pemilik Alamat.

Diketuknya
pintu dengan hati-hati.
"Tok, Tok, Tok" Ketukan awal.
"....".
"Tok, Tok, Tok" Kedua kali mencoba.
Pintupun terbuka perlahan, Sang empu rumah keluar dengan pertanyaan.
"Siapa disana?" Ucapnya.
"Aku benito, Membawakanmu sesuatu" Balas pemuda.
"Benito..." Ucap pemilik rumah dengan bergetar.
"Iya, Ini aku lisa" Balas si pemuda.
"Sudah berapa kali kubilang! Jangan pernah datangi aku lagi!".
"Tapi aku Menyayangimu Lisa! Tuhanpun tahu akan itu!" Sambar Benito.
"Apa yang akan khalayak katakan?! Jika Pastur dan Pelacur saling mencintai! Tak mungkin Benito!" Ucap lisa penuh isak.

Malam itu, Ketika para manusia sedang terlelap. Tanpa pernah memikirkan kerisauan, Membuang kepenatan yang telah menguap. Sang Waktu memutar kembali masa itu, Kala Gibran dan Elweis masih remaja lugu. Saat dimana rasa sayang mengalahkan bisu, Saat dimana Cinta menjadi candu, Saat dimana mereka merasa Bak Raja dan Ratu. Kala dulu mereka meceritakan hal sama, Mengulangnya dengan bahagia, Tanpa pernah berpikir akan luka.

Roma, 1883.

16 Tahun, Umur dimana para remaja mulai "Memahami" makna dari kasih sayang. Masa dimana para remaja mulai bersolek untuk menggaet lawan jenisnya, Agar terpesona padanya. Berbeda dengan "Mereka". Sekalipun tak pernah melirik, Apalagi tertarik. Benito berasal dari kaum terpelajar. Keluarganya adalah setengah Bangsawan, Yang sekilas memang terlihat dari Kharismanya yang menawan. Sedangkan Lisa berasal dari keluarga sederhana, Yang amat menjungjung tinggi kesopanan dan tata krama.

Tak sengaja. Itu mungkin kata yang tepat menggambarkan perjumpaan mereka, Yang sangat di Luar duga. Kala itu Sekolah akan mengadakan Ujian kenaikan, Untuk mengukur Kemampuan murid kebanyakan. Mereka dipertemukan pada mata pelajaran yang sama, Pada waktu yang sama pula. Sang Pencipta Melirik mereka. Di aturlah Skenario indah sedimikian rupa, Yang membuat mereka saling jatuh hati, Seperti moyang mereka Adam dan Hawa. Skenario itu berjalan amat mulus, Mengitari mereka sepeti janur benang yang amat Halus.

Puncaknya telah tiba, Seketika saat Lisa hampir tertimpa tumpukan meja. Benito berlari ke arahnya, menarik tubuh mungilnya. Bak Rama yang akan selalu melindungi Sinta. Awalnya biasa saja, Tanpa ada yang sama sekali Peka. Sampai akhirnya Tuhan tumbuhkan Rasa itu dengan kejamnya, Perlahan menyeliputi Hatinya, Menyingsingkan Fajar dalam pikiranya. Sampai mereka Sadar bahwa mereka telah Jatuh ke Pelukan Makhluk bernama "Cinta".

Nikmat tiada kata, Menggoreskan dalam dada. Terukir romantis dalam pikiran mereka, Terhanyut Kasih dalam Rasa. Menghantam Ombak kegalauan, Menghalangi Ombak kegelisahan. Mereka terus mengukir apa yang Pujangga sebut "Romansa".

Takdir berkata lain, Menghembuskan mereka jauh ke antah berantah, Berpisah ke Dimensi lain. Tertimpa Fitnah yang Amat Kejam, Keluarga Lisa dihabisi dalam satu Malam, Menyisakan kepiluan yang amat dalam. Keadaan yang memilukan itu berlanjut, Sampai akhirnya mereka berpisah, Hilang tak berbekas. Seperti Tembakau habis tersundut. Sang "Rama" tidak bisa menyelamatkan "Sinta".


Roma, 1890

"Maafkan Aku lisa. Sekali lagi aku mohon maafkan aku" Ucap Benito getir.
"Aku maafkan selalu benito, Selalu aku maafkan kau!" Balas Lisa terisak.
"Tapi Takdirlah yang memberikan Janur ini, Yang akhirnya membuat kita berpisah" Sambung lisa.
"Aku tahu, Tidakkah kau inginkan kita kembali kala dulu Lisa..".
"Sejatinya, Aku mau Benito! Tapi Aku ini Hina! Aku bukanlah Gadis desa lugu seperti dahulu!"
"Aku Hanya Wanita Jalang! Yang beruntung bisa menemukan Pria yang dulu dia Kasihi.." Lisa Tersedu.
"Aku mencintaimu, Itu berarti: kamu, kamu, kamu dan hanya kamu seorang." (1Ptr. 3:7).
"Benito..."
"Aku mencintaimu, Seperti Bapa mencintai Kita Anaknya lisa" Ucap Benito menahan sesak.

Berpeluklah dua insan yang dibatasi garis Norma, Yang setelah sekian lama berpisah kini kembali merajut Benang mereka. Seakan Waktu mematuhi mereka, Menghentikan sejenak Jarum Jam yang memutari Umat Manusia.

Sayang beribu sayang, Sekali lagi Skenario Tuhan tak terduga. Rajutan mereka perlahan mengendur, Memisahkan mereka lagi dengan teratur. Sang Pastur di Dakwa oleh Dewan Gereja karena melanggar Norma, Berzina dengan Pelacur Cantik Lisa. Hancur dan Melebur semua kepercayaan Masyarakat kepadanya, Tak meninggalkan segala Sisa.

"Dengan ini, Dewan Gereja menyatakan Pastur Besar Benito bersalah. Dengan dakwaan Berzina dengan melakukan perbuatan tercela dengan Pelacur Lisa".
"Tok, Tok, Tok..." Suara Palu Bergetar seiring dengan Dakwaan yang dijatuhkan kepadanya.

Begitulah, Lalu dibawalah benito ke Alun-alun kota. Di tontonlah Pendakwaan ini oleh Massa, Yang ingin melihat akhir dari Sang Pastur Muda dengan si Pelacur Hina.

"Mati saja Kau!"
"Bakar Saja!"
"Dasar Bajingan!"

Suara Massa makin menggema, Mengalahkan Segala suara yang ada. Diseretnya Benito dan Lisa ke atas Panggung eksekusi. Diberilah kesempatan kepada Benito dan Lisa untuk berbicara untuk Terakhir kalinya. Sebelem dieksekusi di Depan Gerumunan Massa.

"Apa pesan terakhirmu, Pastur lagi Pelacur?" Tanya Algojo.
"Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7) Ucap Benito dan Lisa parau.

Saat itu, Kala itu, Masa itu. Kembali lagi terulang seperti dulu. Sang Waktu Menghentikan Alur Jarum Jam dan Membuat dua Insan itu saling menatap untuk Terakhir Kalinya, Untuk Sekian Kalinya. Meleburkan segala Asa dan Upaya, Mencampurkan Kasih dan juga Cita.

"Grazie di tutto Lisa" Benito ucapkan dengan tangisan tersendunya.
"Untukmu juga , Il mio amore" Jawab Lisa dengan Tersenyum.

Bersatulah Jiwa dua Insan, Menuju Surga yang telah diberkati Oleh Tuhan. Menjalani kehidupanya tanpa halangan, Tanpa adanya lagi akan Rasa Kenangan. Melebur satu menjadi Satu Angan.

"Amore...."


Grazie di tutto : Terima kasih untuk semuanya.
Il mio amore : Cintaku.
Amore: Cinta.

Nasrullah Alif
[full_width]

Roma, 1890 Seorang Pria muda berjalan, Menyusuri jalan yang mulai temaram. Diapitnya sebuah Buku yang amat mulia, Yang berisikan ajara...

"Sore ini"


"Sore ini"

Sore ini,
Langit nampak murka
Angin tak sabar kelana
Awan berkalung duka
Air hendak terjun berkata

Sore ini,


Matahari sembunyi
Panas enggan kembali
Bulan? tak kunjung mengabari
Orkestra alam gaduh
Sore ini

NF

"Sore ini" Sore ini, Langit nampak murka Angin tak sabar kelana Awan berkalung duka Air hendak terjun berkata ...

April 10, 2016

Cinta Lampion Merah

Episode 1         



          Senja ini aku duduk didepan komputer jinjingku didalam kamarku yang kebetulan lampunya mati, senja ini lampu yang mati aku gantikan dengan lampu kecil berwarna merah mirip lampion. Suasana kamar yang remang-remang dengan cahaya merah lampu lampion memunculkan banyak inspirasi dikepalaku. Inspirasi ini muncul dari kegalaun hati yang selalu saja timbul saat aku sendiri.
          Kegalauan hati disenja hari selalu tertuju pada sosok perempuan disana, yang disetiap akhir pekan aku dan  dia jarang berjumpa muka. Karena setiap akhir pekan ia pasti pulang kerumah orang tuanya dikota. Disenja hari ini, hatiku seperti senja-senja yang lalu, merasa ada yang mengikatku dengan tali besar dan kuat. Disetiap senja akal yang tak tau posisinya dimana selalu melayang-layang terbang tak tentu arah karena memikirkan dia. Beruntung disenja kali ini dihadapan lampion merah akalku ku ikat dengan hatiku yang kuat karena akalku ini selalu berusaha melepaskan diri dari tali yang besar dan kuat tadi.
          Entah perempuan disana merasa seperti apa? Yang jelas dihadapan lampion merah ini aku berfikir bahwa aku gila, aku rela mengikatkan diriku erat kepada tali yang besar dan kuat tadi. Aku rela sakit bahkan aku rela diikat hingga tali atau aku yang putus. Dihadapan lampion merah dikamar berukuran tiga kali dua meter ini aku merasa salah besar mengorbankan kata-kata yang seharusnya menjadi wakil dari perasaan yang ada di hati. Aku tidak pernah menyatakan suatu frasa yang mungkin dianggap luar biasa atau menjadi sebuah kepastian jika diucapkan yaitu Aku Cinta Padamu.
          Aku tidak mengucapkan frasa sakti itu pada dia, aku berperilaku layaknya seorang yang sudah mengucapkan frasa sakti itu. Aku mendekatinya, memanggil namanya dengan panggilan spesial, mengkhawatirkan keadaanya, dan masih banyak lagi. Namun akhir-akhir ini aku merasa rugi, dan menyesal, ternyata frasa sakti itu memang mesti keluar dari mulut ini. Padahal banyak pertanyaan yang muncul dbenak ku.
“Apa mesti diucapkan, toh itu Cuma sepenggal kalimat yang belum tentu kalimat itu bisa dinyatakan, sudah banyak contohnya manusia dengan mudah berkata namun tak ada bukti?”
Tapi lagi-lagi aku hanya beridealisme dengan tidak mengucapkan frasa sakti itu, hingga akhirnya memang mesti aku ucapkan. Frasa sakti itu kembali mengancamku, banyak orang bertanya padaku
“hey apa kamu sudah jadiaan sama dia?”  banyak sekali pertanyaan seperti ini di layangkan kepadaku. Selain sebagai simbol pengakuan diriku dan dirinya ternyata kesaktiannya sanggup menjadi legitimasi untuk umum, “seperti proklamasi saja” begitu hatiku berkata.
          Dengan sekian banyaknya buku yang aku baca hingga aku terpengaruh pada satu kalimat yang berkata seperti ini “kata hanyalah simbol, ketika diucapkan sesungguhnya makna yang ada dalam pikiran atau hati akan berkurang artinya”. Itu yang menjadi prinsipku saat ini, tidak perlu berkata “aku rela berbuat apapun untukmu” langsung saja bertindak melakukan hal yang bisa membantu dia. Tapi banyak orang yang tidak mengerti dengan prinsipku ini, mungkin saja aku yang salah atau mereka yang salah.
          Mungkin saja perempuan disana tidak seperti Hayati dalam Film “Tenggelamnya Kapal Van derwijk” yang jatuh cinta pada Zaenudin, tidak juga seperti Keydo dalam novel karangan Tati elmir yang terpukau dan jatuh cinta pada Kinang, apalagi seperti Annelis dalam novel “Bumi Manusia” karangan Pramoedya Anantatoer yang jatuh cinta pada pribumi yang bernama Minke. Perempuan disana sedang kena sialnya karena mesti bertemu dengan ku, laki-laki kampung yang tak tau tata krama.
          Kembali aku mengingatkan didepan lampion merah ini aku mengetik sepenggal cerita untuk aku persembahkan padamu, yang aku tak rela kamu dipanggil wanita, aku tak rela jika orang menyakitimu, aku lebih rela kamu menyakitiku seperti layaknya aku terikat tali, aku lebih memilih putus karena tali itu bukan aku yang memutus tali itu. Untuk perempuan disana yang aku maksud dengan tali besar dan kuat itu adalah cinta. Aku rela mati karena cinta, bukan aku yang mematikan cinta.

          Bila hingga enggkau baca sepenggal cerita ini belum saja percaya apa yang aku rasakan ini tak mengapa, hingga nantinya aku harus mati terikat tali. Setelah aku selesai mengarang cerita ini lampu lampion merah itu aku matikan dan aku nyalakan kembali lampu dikamarku sebagai tanda bahwa tidak sampai disini cerita kita. 

IH

Episode 1                    Senja ini aku duduk didepan komputer jinjingku didalam kamarku yang kebetulan lampunya mati, senja i...

Pengantar Sastra Dasar Bersama: Irvan Nawawi, aktivis komunitas sastra “Majelis Kantiniyah”




Pendahuluan . 
Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa sansekerta. Sastra terdiri dari kata ‘sas’ dan ‘tra’ yang berarti media untuk memberi pelajaran. Kata ini diambil dari otoritas yang ada pada zaman Hindu-Buhda. Pada masa itu, menulis dan berkarya hanya boleh dilakukan oleh orang-orang tertentu saja, terutama golongan kerajaan. Adapun definisi sastra secara terminologi belum ada kesepakatan konsepsi secara universal di antara sastrawan Indonesia maupun dunia. Sifatnya yang sentralistik menyebabkan definisi sastra tidak pada titik temu bagi para sastrawan yang ingin mendefinisikannya. Menurut Irvan Nawawi, akan ada ketidakadilan jika kita merujuk kepada salah satu definisi yang dikemukakan ahli, yang sejatinya juga belum mendapat persetujuan universal. Jadi pada diskusi kali ini lebih fokus untuk mengetahui definisi sastra secara etimologi.
Perkembangan sastra di indonesia di mulai sejak zaman kerajaan Hindu-Budha. Saat itu, sastra terbagi menjadi dua bentuk, yakni lisan dan tulisan. Setelah kedatangan ajaran Islam ke Nusantara, sastra Islam turut mewarnai bentuk sastra di Indonesia sampai sekarang. Pada perkembangannya, bentuk sastra kemudian berubah. Dari yang awalnya dua menjadi satu bentuk, yakni tulisan. Faktor ini ditengarai karena pengtahuan pelajar Bumi Putera yang merujuk pada barat pada masa politik etis.


Unsur-unsur Sastra
  Dalam bentuk tulisan pun tidaklah semuanya dikategorikan sebagai sastra, ada spesifikasi tertentu agar karya tulis bisa disebut sebagai sastra. Menurut para ahli, sastra terdiri dari dua unsur yaitu: 
1. Bersifat Multitafsir
Multitafsir adalah susunan kata dan kalimat yang mempuyai banyak makna. Multitafsir bisa dijadikan tolok ukur terhadap kualitas sebuah karya sastra. Semakin beragam penafsiran yang dihasilkan, semakin tinggi pula kualitas karya sastra. Namun, sering terjadi kesalahan mengenai makna multitafsir di sini. Kebanyakan orang sering menyamakan antara makna multitafsir dengan ambiguitas. Padahal seperti yang sudah disebutkan di atas, makna multitafsir adalah susunan kata dan kalimat yang mempuyai banyak makna. Selain itu multitafsir mempunyai konsep dan sistematis. Sedangkan ambigu adalah suatu kodisi yang tidak jelas, kabur dan tidak terkonsep apalagi sistematis.

 2. Imajinatif

Imajinatif berasal dari kata imaji yang berarti gambar, imajinasi yang berarti daya berfikir menggambarkan sesuatu, dan imajinatif, bersifat imajinasi.

Di dalam sebuah karya sastra yang multitafsir, sangat dibutuhkan sebuah konstruksi imajiner yang kuat sehingga pada setiap kata memiliki beragam makna yang subjektif. Selain itu, daya imajinasi yang kuat akan menghasilkan susunan kata yang indah pula, yang pada akhirnya bisa menghasilkan sebuah karya sastra yang berkualitas tinggi.
    

Dari dua unsur di atas, jelas pula bahwa sifat karya sastra itu bukan tertuju kepada kebenaran, akan tetapi kepada hal yang bersifat estetsis dan etika. 


Genre Sastra
Di dalam penulisan sastra, ada kategori-kategori tertentu yang menjuruskan karya tersebut kepada genre tertentu pula. Genre tersebut adalah:
lPuisi
  • Puisi berasal dari kata Yunani yaitu “poet” yang berarti mencipta. Genre ini berntuk  syair-syair dan sajak yang ber-evolusi dari waktu kewaktu. 
  • Prosa berarti karangan bebas. Di dalam prosa terdapat novel, cerpen, hikayat dan  bentuk-bentuk karangan bebas lainnya.
  • Drama adalah penunjuk laku. Yang dimaksud dengan penunjuk laku di sini adalah  naskah yang ditulis untuk menunjuk peran, karakter, dialog, dan laku pada  pementasan drama baik itu drama film, comedi, dan teater.

Pendahuluan  .  Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa sansekerta. Sastra terdiri dari kata ‘sas’ dan ‘tra’ yang berarti ...

Aku Benci Hujan



Rintik hujan turun ke alam ini, memberi energi ke Muka Bumi. Secara perlahan, tak tertahankan. Dia terus turun tanpa pedulikan orang-orang yang berjalan. Terkadang ringan, terkadang deras tak tertahankan. Agak menjengkelkan tapi itulah yang aku suka tentang hujan.
Kenangan, beberapa Pujangga yang sempat aku singgahi bukunya berkata seperti ini, “hujan itu 90 persen adalah kenangan, dan sisanya adalah cairan. Awalnya tak kumengerti apa maksudya, apalagi siratan maknanya, yang kutahu hujan itu menenangkan. Tak perduli apa yang dia hadapi, dia selalu mengalir tanpa tapi.
Januari, hujan turun amat deras. Saat seperti ini yang aku suka, memandang jendela tanpa duka, merasakan harmoni yang amat dalam. Meluapkan hal-hal kelam, terkadang di temani coklat hangat yang menemani kala hujan turun dengan pekat. Sayangnya bukan itu yang akan di bicarakan, apalagi kuterangkan. Karena di bulan ini aku akhirnya "Memahami" apa itu Kenangan.
Pulang, kala itu aku sedang berteduh menunggu angkutan yang tak kunjung datang. "sial" gerutuku dalam hati. Seorang Laki-laki juga sedang bersamaku kala itu. Ya benar, laki-laki inilah yang akhirnya menjadi "tambahan" dalam kisah ini. Tanpa tedeng aling-aling kau mengajakku berbicara bak kawan lama. Sekedar salam perkenalan sebagai pembuka.

"Kamu Mahasiswi?" dia memulai.
"Iya, Tahu darimana? jawabku.
"Haha, hanya feeling saja" jawabnya sambil terkekeh.
"Memangnya kamu kuliah dimana? " dia bertanya lagi.
"Dekat kok, di kampus seberang masjid itu"
"Benarkah? kebetulan sekali aku juga disana! "jawabnya terkejut”.

Begitulah, percakapan terus berjalan, tanpa kesenjangan sampai sang waktu yang akhirnya memisahkan.
Bergulir sekian lama, kita akhirnya semakin akrab, tak sekedar saling sapa di dunia nyata, terkadang kita saling sapa di dunia maya, kegembiraan itulah yang kau ukir dalam perasaan. Kau temani hari-hari sampai kita lupakan diri. Kurasakan saat itu adalah kenyamanan yang tak pernah terpikirkan akan perpisahan.
Sempat kau katakan padaku suatu waktu.

"Tak terasa, kita semakin dekat ya" dia memulai.
"Iya, kamuu benar" Sambarku.
"Hei, kamu tahu Edelweis?" tanyanya Tiba-tiba.
"Tahu, kenapa tiba-tiba?".
"Iya, bunga itu aneh tau. Walau begitu dia amat cantik dan sangat eksotik".
"Lalu?" tanyaku tak sabaran.
"Ya, seperti kamu"
"Apaan sih kamu" jawabku tersipu.

Edelweis adalah bunga khas pegunungan, walaupun dia aneh, dirinya penuh kecantikan, itulah yang kau katakan, kau samakan aku dengan kembang itu. Gombalan yang membuatku tersipu. Nyaman, rasa itu yang aku rasakan. Semakin terukir dalam perasaan, semakin lekat dalam ingatan. Pesonamu kadang buatku kagum, pesonamu kadang buatku terpingkal-pikal, kau bagai Chris tatum. Aktor Hollywood yang banyak membuat khalayak kagum.
Dia, saat itu kita sedang bersenda gurau,  seperti biasa kau buatku kagum dan bahagia kala diri parau. Tiba-tiba seorang perempuan datang menghampiri. Kau kenalkan dia sebagai teman. Aku tak merasakan keanehan, apalagi kejanggalan, aku menyambut salamnya seperti orang kebanyakan.
Sampai aku sadari. Bahwa "dia" adalah peretak hubungan...
Januari, satu tahun lama kita bersama, lalui waktu dengan suka, jalani hidup tanpa duka, tanpa sedikitpun rasakan Lara. Tapi itu hanya Ekspektasi. Hanya ada dalam anganku sendiri, tak pernah ada di dalam kau punya hati.
Sampai kau mengajakku bicara, di tempat pertama kali kita berjumpa

"Aku minta maaf" ucapmu.
"Untuk apa?" jawabku bingung.
"Untuk segalanya".
"Aku benar-benar tidak mengerti”.
"Maaf, seminggu lagi aku akan menikah "jawabnya dengan suara yang ditahan.
Bagai pohon dibelah halilintar, hatiku terguncang dan bergetar. Sampai diri ini hampir di ambang sadar.
"Kau pasti berbohong" Sangkalku.
"Aku bersunguh-sungguh".
"Tuhan, kenapa bisa begini" hatiku berbisik.
"Maaf, Aku tak bisa terus disini. Masih banyak yang harus aku siapkan".
".....".
"Terimakasih untuk Kenangan. Yang kini tinggal angan" Jawabnya sambil berlalu.
Meninggalkan aku. Yang tenggelam lama oleh Rindu...
Hancur. Semua Ingatan yang ada hancur lebur. Kau campakan aku dengan mudahnya, Bagai mayat yang memang pantas untuk dikubur. Tanpa salam perpisahan, tanpa pernah merasa mengukir ingatan. Kau buang aku kedalam kegelapan, menangis. Aku menangis sejadi-jadinya, bagai ditusuk oleh banyak senjata, seperti dirajam karena zina. Masih terngiang di telinga ini. Bualanmu tentang masa depan kita nanti, kau memujiku seakan aku seorang Bidadari. Aku tak mengerti. Bagaimana mungkin kau nikahi "dia" yang bahkan belum pernah bersandar padamu sepenuh hati. Bagaimana mungkin kau jatuh ke pelukanya dan jatuh hati?.
Hujan turun dengan perlahan, tak tertahankan. Dia terus turun tanpa pedulikan Orang-orang yang berjalan, terkadang ringan, terkadang deras tak tertahankan. Dia membawa kembali ingatan yang telah di campakan, dia kumpulkan semua angan, bercampur menjadi elegi dan menghangatkan, mengingatkanku pada dirimu dan membuatku akhirnya memahami "Kenangan".
"Aku Benci Hujan..."

Nasrullah Alif


Rintik hujan turun ke alam ini, memberi energi ke Muka Bumi. Secara perlahan, tak tertahankan. Dia terus turun tanpa pedulikan orang-...

April 06, 2016

Pengaruh dan Pemanfaatan Teknologi Informasi


Teknologi tidak dapat terlepas dengan kehidupan manusia. Perannyapun sangat dominan, selama manusia mempunyai kesulitan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan berusaha memecahkannya, maka disitulah teknologi akan menjadi solusi. Teknologi komunikasi dan informasi(TIK) adalah topik yang selalu hangat dan berkembang mengikuti perkembangan teknologi. Kebutuhan manusia akan informasi yang aktual dan mudah diakses, menjadi landasan bagi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi.
Istilah teknologi informasi mulai populer di akhir tahun 70an. Pada masa sebelumnya istilah teknologi informasi biasa disebut teknologi komputer atau pengolahan data elektronis(electronic data processing). Teknologi informasi didefinisikan sebagai teknologi pengolahan dan penyebaran data menggunakan perangkat keras(hardware) dan perangkat lunak(software), komputer, komunikasi, dan elektronik digital.[1]
Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan dimana memberikan andil besar terhadap perubahan–perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, trasportasi, kesehatan dan penelitian.
Bahkan teknologi informasi menjadi salah satu faktor terjadinya konstruksi sosial. Tahap pertama adalah konstruksi pembenaran, sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang terbangun di masyarakat yang cenderung membenarkan apa saja yang ada (tersaji) di media massa sebagai sebuah realitas kebenaran. Dengan kata lain, informasi media massa sebagai otoritas sikap untuk membenarkan sebuah kejadian. Tahap kedua adalah kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu sikap generik dari tahap pertama. Bahwa pilihan seseorang untuk menjadi pembaca media massa adalah karena pilihannya untuk bersedia pikiran-pikirannya dikonstruksi oleh media massa. Tahap ketiga adalah menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan konsumtif, dimana seseorang secara habit tergantung pada media massa. Media massa adalah bagian kebiasaan hidup yang tak bisa dilepaskan. Pada tingkat tertentu, seseorang merasa tak mampu beraktivitas apabila apabila ia belum membaca koran[2].
Di dunia pendidikan sejarah, teknologipun memiliki konstribusi yang besar. Digitalisasi arsip, artefak, ataupun benda kuno lainnya memungkinkan para sejarawan melakukan penelitian, tanpa langsung tinjauan ke lapangan. Selain itu litertatur yang disediakan oleh Jurnal online memperbanyak pustaka yang kita miliki. Namun realitanya, dalam proses penelitian tersebut tidak luput dari praktek kecurangan. Banyaknya orang yang mempublikasikan makalahnya, membuat para peneliti asal copy-paste hasil karya orang lain. Hal tersebut yang membuat pengguna menjadi malas dalam mencari sumber primer.
Solusi yang ditawarkan teknologi informasi dan komunikasi tentunya dapat menguntungkan bahkan dapat memberi kerugian bagi pengguna. Tergantung kita selaku pengguna menggunakannya dengan bijak. ARS
[full_width]








[1] https://66fadli.wordpress.com/?s=peran+teknologi
[2] The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge (1966, Peter L berger dengan Thomas Luckmann) (bahasa Indonesia: Tafsir Sosial atas Kenyataan Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, LP3ES, Jakarta, 1990)

Teknologi tidak dapat terlepas dengan kehidupan manusia. Perannyapun sangat dominan, selama manusia mempunyai kesulitan dalam menyelesa...