December 07, 2016

Sultan Muhammad Alfatih “Sang Penakluk Konstatinopel"

Sultan Muhammad Alfatih Sang Penakluk Konstatinopel"
*Oleh: Muhammad Ikbar Ishomi



Sultan Muhammad Alfatih lahir pada tanggal 20 april 1429, bertepatan dengan 26 rajab 833 H, sulthan utsmani ketujuh dalam silsilah keluarga utsman, bergelar alfatih dan abul khairat,telah memerintah kurang lebih selama 30 tahun dan dia telah berhasil membawa kebaikan,kebeneran,dan kemulian bagi kaum muslimin dan muslimat. Beliau diangkat menjadi penguasa daulah ustmaniyah pasca kematian ayahnya pada tanggal 16 muharram 855 H ( 18 febuary 1451 M), pada saat itu beliau telah berumur baru 22 tahun.

Pada sejak itu,alfatih patuh dan hormat terhadap gurunya dan mulai belajar dengan serius. Beliau mendalami al-quran serta ilmu-ilmu lainnya. Kemudian, pendidikan yang diterimanya dari banyak ilmuwan membuatnya tumbuh dengan wawasan yang gemilang. Melalui tahapan pendidikan yang sungguh-sungguh, alfatih telah menguasai berabagai macam ilmu pengetahuan dan ketertariknya terhadap ilmu pengetahuan tidak pernah pudar sejak saat itu. Beliau telah menguasai dengan baik Bahasa turki,arab,Persia,yunani,latin,dan Hebrew.

Kemudian,alfatih juga belajar dari syaikh ibnu al-tamjid, seorang shalih ahli sya’ir yang menguasai Bahasa arab dan Persia, syaikh khairuddin dan syaikh sirajjudin al-halbi, serta para ulama lainnya. Belakangan ini ada seorang syaikh lagi yaitu aaq syamsudin, yang bersama-sama al-kurani merupakan dua orang syaikh yang paling berpengaruh dan paling dipercaya oleh sultan Muhammad alfatih. Dari mereka semua, alfatih muda telah belajar ilmu-ilmu seperti agama,Bahasa,keterampilan,fisik,geografi,falak,dan sejarah. Dalam pelajaran sejarah, ia mempalajari biografi tokoh-tokoh eropa, seperti kaisar augustus,constatine the great,Theodosius the great, timur lang, dan ia terkesan dengan kisah Iskandar agung dari Macedonia.

Alfatih tumbuh sebagai pemuda yang keras,gigih dalam kemauan dan serius dalam mewujudkan keinginanya. Awal karirnya tidak pernah berjalan dengan memuaskan. Hubungannya dengan halil pasya,wazir senior tokoh, tidak berjalan harmonis, bahkan sempat memburuk. Hubungan alfatih dengan ayahnya juga tidak begitu dekat pada awalnya. Namun, pada tahun-tahun terakhir murad, hubungan ayah dan anak ini semakin membaik.

Kemudian, pasca ayahnya mengundurkan diri ke asia untuk kali perdana, alfatih sempat tertarik dengan pemimpin sekte bid’ah dari Persia yang ketika itu mulai banyak mendapat pengikut di Edirne. Mufti kerajaan turki serta halil pasha segera bertindak tegas dengan menangkap dan mengeksekusi mati tokoh pasca membuktikan secra langusng ke bid’ahan yang dilakukanya.

Alfatih juga telah mempunyai kemandirian yang unik dan menawan. Dia telah mampu menggabungkan antara kekuatan dan keadilan. Sejak belia, dia mampu mengungguli kawan-kawanya dalam banyak ilmu pengetahuan yang beliau pelajari di sekolah istana, menguasai banyak Bahasa yang berlaku pada masanya dan sangat tertarik untuk mengkaji buku-buku sejarah. Dalam kemudian hari, semua itu membantu pemantapan kemandirian dalam menjalankan administrasi dan menguasai medan pertempuran. Akhirnya, dalam sejarah beliau terkenal dengan gelar Muhammad alfatih yang berarti Muhammad sang penakluk. Gelar ini beliau raih karena keberhasilannya menaklukan konstatinopel.

Alfatih juga telah mengikuti jalan yang telah ditempuh oleh sang ayah dan para leluhurnya dalam melakukan berbagai penaklukan, pasca menjadi penguasa daulah utsmaniyah, dia segera mengatur ulang administrasi Negara yang cukup kompleks, banyak memperhatikan urusuan keungan Negara, mencari sumber-sumber pendapatan Negara dan membatasi alokasi pembelanjaanya. Dia melarang dalam pemborosan dan penghambur-hamburan harta. Demikian juga, sultan Muhammad alfatih memfokuskan pada pengembangan dan pengorganisasin ulang batalyon-batalyon pasukan serta membuat daftar khusus untuk mereka, menambah gaji dan memasok untuk mereka banyak persenjataan modern pada zaman itu.

Alfatih juga memperbaiki administrasi pemerintahan dan otonomi daerah. Beberapa petinggi lama tetap dia pertahankan posisinya di daerah mereka masing-masing. Namun, beberepa petinggi yang lembek dan tidak serius dalam memerintah dia turunkan. Dia telah meningkatkan kemampuan orang-orang di sekitarnya serta memperkuat mereka dengan ilmu pengetahuan manajamen dan militer yang cukup memuaskan. Semua ini turut membantu dalam menstabilkan dan memajukan daulah ustmaniyah.

Alfatih juga memberi perhatian khusus untuk mengumpulkan senjata yang diperlukan guna menaklukkan konstatinopel. Diantara senjata yang paling serius dipersiapkan adalah meriam. Untuk keperluan ini, sulthan mendatangkan seorang insinyur cerdas bernama orban, ahli dalam membuat meriam. Dalam kedatanganya disambut baik. Sulthan pun menyediakan semua yang dibutuhkan biaya bahan baku hingga tenaga manusia.

Ketika sulthan sedang melakukan persiapan untuk menaklukan konstatinopel, kaisar Byzantium berusaha mati-matian untuk mengalihkan perhatian sulthan dari keinginanya. Dia telah memberikan sejumlah harta dan bermacam-macam hadiah kepada sulthan. Dia juga berusaha menyuap beberapa penasihat sulthan agar bisa mempengaruhi keputusannya. Akan tetapi, sultha tetap bertekad untuk melaksanakan rencananya. Semua usaha kaisar Byzantium tidak mampu mengubah keingiananya.

Pasca keberhasilan dalam melakukan perbaikan internal dengan pesat, sultan Muhammad alfatih mulai mengambil perhatianya ke district-district Kristen di eropa. Dia ingin menaklukkanya dan memperluas islam disana. Banyak factor membantu kemauan itu terwujud. Diantaranya adalah kekaisaran Byzantium akibat terlibat konflik dengan Negara eropa lainnya. Kemudian, terjadi perselisihan internal yang menimpa seluruh district and city di eropa secara umum. Alfatuh tidak hanya mencukupkan diri dengan dua factor tadi. Beliau telah berusaha dengan serius untuk meraih kemenangan dengan melakukan konstatinopel. Sebab,konstatinopel merupakan ibukota kekaisaran Byzantium dan benteng strategis paling penting bagi pihak Kristen untuk bergerak menyerang dunia islam beberapa kurun waktu. Konstatinopel juga menjadikan kebanggan kekaisaran Byzantium khususnya dan orang-orang Kristen umumnya. Alfatih ingin menjadikan konstatinopel sebagai ibukota daulah utsmaniyah. Beliau ingin mewujudkan impian yang belum mampu diraih oleh para komandan pasukan islam yang telah mendahuluinya.

Terhadap kaisar Byzantium, alfatih dikatakan berjanji untuk menjaga kesepakatan damai dan tidak akan menyerang konstatinopel. Ia juga berjanji untuk mengeluarkan sejumlah uang pada Byzantium kurang lebih sebesar 300.000 aspers, untuk membiayai orkhan, cucu bayazid 1, yang membelot dan mendapat suaka disana. Byzantium juga rupanya menjadikan keberadaan orkhan untuk memeras turki dan menggunakanya sebagai senjata dalam menghadapi sultan.

Dalam sejauh ini, pihak Byzantium,yang pada masa itu hampir tidak mempunyai kekusaan diluar konstatinopel, agaknya belum menyadari betul peringatan halil pasha ini. Adapun sultan Muhammad sendiri ketika itu merespon tuntutan Byzantium ini dengan tenang dan tidak emosional. Alfartih juga sebetulnya telah memiliki visi untuk melakukan konstatinopel sejak akhir masa pemerintahannya yang pertama pada tahun 1446 M. kalau ini benar, ia sempat berjanji untuk tidak menyerang konstatinopel tentu karena menghargai perjanjian yang telah dibuat oleh ayahnya. Tetapi di sisi lain, alfatih boleh jadi telah memasang perangkap agar Byzantium memulai konflik lebih dahulu dengan cara membiarkan tetap terlihat lemah.


Refrensi :
Alatas,alwi.alfatih sang penakluk konstatinopel.zikrul hakim:Jakarta,2005

Ash-shalabi ali Muhammad, Muhammad alfatih sang penakluk 1453.al-wafi:sukoharjo,2005

*( Mahasiswa SKI UIN Jakarta)






Sultan Muhammad Alfatih “ Sang Penakluk Konstatinopel" * Oleh: Muhammad Ikbar Ishomi Sultan Muhammad Alfatih lahir pada tan...

Kematian Masal Umat Manusia

Kematian Masal Umat Manusia
Oleh: Irvan Hidayat

Hitam pekat dan aroma khas kopi di Minggu pagi tetap setia menemani ku. Suara kendaran bermotor lalu lalang di depan kos-kosan yang aku tinggali, mengiringi di setiap pagi bak sekelompok pemain musik orkestra professional. Teman-teman ku memanggil aku Hida, anak lelaki perantauan Bogor yang singgah untuk menuntut ilmu di kecamatan kecil di pojok kota Tangerang Selatan.

Aku kerap kali menghabiskan waktu di kampus dengan segudang aktivitas, karena itulah teman-teman ku mengenal ku dengan Hida “Si Aktivis Kampus”. Gelar itu aku terima dengan lapang dada, gelar “Si aktivis kampus” bagi ku bukan gelar yang buruk malah sebaliknya. Sejak awal masuk kampus niat ku hanya satu yaitu, belajar tidak ada niat lain selain itu. Namun ternyata dunia kampus tak seperti yang aku bayangkan, dunia kampus teramat menyeramkan lebih seram dari film horror bahkan lebih seram dari negeri para dedemit yang tempo hari diceritakan ibu ku di kampung.

Awalnya ku kira kampus adalah tempat orang-orang berkacamata tebal, menenteng buku kesana-kemari, tempatnya orang-orang cerdas yang sering muncul di koran dan televisi. Tapi kenyataannya kampus yang sekarang memberikan aku gelar aktivis tidak lebih dari pusat berkumpulnya orang-orang buta, yang kalau berjalan sering tersandung benda di depannya. Pernah sekali aku melihat dengan mata kepala ku langsung, ada seorang mahasiswa yang tertatih-tatih jalannya, karena aku kasihan aku membantunya dengan menaruh tangan kirinya di sebelah pundak kanan ku. Sembari menuntunnya aku bertanya, seperti biasa pertama kali bertemu, aku membukanya dengan perkenalan, ternyata namanya Eka. Eka ini anak jurusan Ilmu Politik, diasudah semester lima.

“Eka, kaki kamu kenapa kalau aku boleh tahu?”
“Dua hari yang lalu aku tersandung batu di gerbang pintu keluar”
“oh…seperti itu, ko bisa yah di depan pintu gerbang ada batu”
“Aku tidak tahu, biasanya sih tidak ada”

Sesampainya aku menuntun Eka ke depan kelasnya aku tinggalkan dia, aku pun bergegas lari ke kelas karena aku takut terlambat. Seperti biasanya hari senin pagi itu jadwal mata kuliah sejarah. Hari ini tak seperti biasanya teman-teman ku semuanya sudah ada di kelas tidak ada yang terlambat, satu-satunya yang terlambat hanya Pak Dosen saja, dia telat 10 menit masuk kelas.
“Oke, anak-anak hari ini ujian!”
“Siap pak”, teman-teman ku serempak menjawab.
“Mati aku”, aku lupa kalau hari ini aku ujian. Semalaman penuh aku hanya membaca novel tidak sempat aku membaca buku sejarah. Teman-teman ku semuanya terlihat siap, tak ada ketakutan sedikit pun di raut muka mereka. Lembar soal dan jawaban lantas dibagikan oleh Pak Dosen, “silahkan dikerjakan anak-anak, jangan ada yang nyontek”, basa-basi yang sudah basi bagi aku, keluar dari bibir keriput Pak Dosen.

Jam sudah menunjukan pukul 08.00, berarti sudah 30 menit waktu berlalu dan lembar jawaban ujian ku masih bersih tak tersentuh tinta bolpoin, resah tiba-tiba datang tanpa permisi dan kepala ku mendadak ingin meledak karena kebingungan. Badan ini terasa pegal duduk di bangku kelas yang panas, aku berdiri sejenak untuk meregangkan otot-otot yang kaku, tak sengaja aku menengok kebelakang dan teman-teman ku sedang sibuk mengisi lembar jawabannya. Tapi ada yang aneh, ada cahaya yang memantul di badan bajunya, ternyata setelah aku lihat mereka sedang asik menggeser-geser layar smart phonenya.

Jam menunjukan pukul 09.20 waktu mata kuliah sejarah habis, dengan jawaban seadanya aku serahkan lembar jawaban ke Pak Dosen. Hari itu memang hanya ada satu mata kuliah, seperti biasanya selesai mata kuliah ku sempatkan ke perpustakaan barang satu sampai dua jam. Di perpustakaan aku menemukan buku yang sudah lusuh termakan zaman, kertasnya sudah menguning dan mengeluarkan bau khasnya. Tulisannya pun masih pakai ejaan lama, judul bukunya “Kematian Masal di Puncak Ilmu Pengetahuan”, meski terlihat lusuh dan kuno ternyata isinya menarik sekali, pesan yang disampaikan buku itu pada intinya adalah akan datang satu masa dimana manusia akan mengalami kematian masal.

Aku masih tidak mengerti apa yang dimaksud buku itu, tapi sudah satu jam lebih aku di perpustakaan sudah waktunya aku beranjak ke basement tempat berjumpa dengan kawan-kawan satu organisasi aku. Tidak seperti hari-hari yang lalu hari ini basement ramai sekali, orang-orang duduk di teras, tapi aku tercengang tidak ada satu pun orang yang berbicara mereka asik tertawa sendiri ada juga yang asik nyanyi-nyanyi sendiri sambil pakai earphone.

Aku sapa mereka tidak ada yang membalas sapaan ku, aneh sekali semakin hari semakin tak nyaman aku di kampus. Melihat kondisi yang seperti itu aku lantas memutuskan untuk pulang saja ke kos-kosan, dengan langkah tertunduk lesu aku bergegas tapi di tengah jalan aku melihat ada orang kecelakaan tertabrak mobil, setelah aku cari tahu penyebabnya orang yang tertabrak itu bernama Yuli. Yuli tertabrak mobil saat asik mengelus-elus layar tabletnya sambil kupingnya disumpal pakai earphone, begitu menurut saksi mata. Aku bukan siapa-siapa Yuli, aku tak sempat menolongnya karena sudah banyak orang yang menolongnya.

Setengah jarak dari tempat kos-kosanku aku bertemu dengan Eka mahasiswa yang tadi pagi aku tuntun kekelasnya, tanpa diminta dia menceritakan kejadian kecelekaan yang menimpanya sehingga membuat kakinya patah. Waktu itu dia sedang mengendarai sepeda motor sambil memainkan handphone yang baru dibelinya, dia tidak melihat ada batu besar di hadapannya, tiba-tiba iya terjatuh dan terkapar dan kaki sebelah tumitnya patah tertimpah badan motor. 

Hari senin menjadi hari penuh teka-teki bagi ku, mulai dari patahnya kaki Eka, teman-temanku yang tiba-tiba tidak ada yang telat, sorot cahaya yang memantul dari layar smartphone ke baju teman-temanku, orang-orang di basement yang cuek, dan kecelakaan yang menimpa Yuli akibat asik meminkan tabletnya.

Di kos-kosan ku yang hanya berukuran 2 kali 3 meter ini, aku merenung mengapa bisa seperti ini, awalnya aku ingin menuntut ilmu di perguruan tinggi, tapi malah keanehan yang aku jumpai apalagi di hari senin waktu itu. Dimana Professor, Doktor, dan Sarjana yang cerdas itu berada, apakah semua mereka hilang? Tidak adakah orang-orang berkacamata tebal membaca buku di setiap sudut-sudut kampus? Tidak adakah orang yang kepalanya botak di dalam laboratorium. Yang aku lihat hanya orang-orang cuek, mungkin karena dia tuli, buta atau gagu. Semuanya hanya sibuk dengan hanphone, tablet dan teknologi yang dinamakan gadget.

Kampus ku bukan kampus yang aku impikan selama ini, kampus ini hanyalah tempat para budak teknologi berkumpul tidak ada lagi keramahan, tidak ada lagi kejujuran, tidak ada lagi kemanusiaan semuanya lebur menjadi satu menjadi penyembah smartphone, tablet, komputer. Apakah ini yang dinamakan puncak dari ilmu pengetahuan? atau ini adalah awal dari kematian masal umat manusia seperti yang dikatakan buku tua dan lusuh di perustakaan itu.



Kematian Masal Umat Manusia Oleh: Irvan Hidayat Hitam pekat dan aroma khas kopi di Minggu pagi tetap setia menemani ku. Suara kenda...