December 25, 2015

Great Tradition Islam Di Bogor Barat

 Great Tradition Islam Di Bogor Barat

Tradisi sosial keagamaan di Indonesia seakan tak pernah selesai diungkap satu persatu, penelitian sudah sangat banyak terkait hal ini, meskipun begitu tradisi selalu jadi hal yang menarik untuk terus dikaji. Penulis merasa perlu menginformasikan suatu tradisi yang ada dan terus terjaga di daerah tempat tinggal penulis yaitu didaerah Desa Mekarsari, Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Ada cukup banyak tradisi yang ada didaerah ini, tapi untuk kali ini penulis akan menguraikan great tradition (tradisi besar) yang menjadi titik temu dari sekian banyak tradisi yang ada. Great tradition tersebut dikenal secara umum dalam bahasa sehari-hari dengan nama tahlilan atau dalam bahasa setempat dikenal dengan nama hadiah dzikir.
            Hadiah dzikir tersusun dari dua kata yaitu hadiah dan dzikir yang secara etimologi hadiah berarti pemberian dan dzikir berarti mengingat. Secara terminologi hadiah dzikir adalah memanjatkan puji-pujian kepada Allah. Hadiah dzikir dilakukan secara bersama-sama ditempat yang telah ditentukan biasanya di masjid, mushola, dan dirumah. Aktifitas ini sudah dilakukan secara turun temurun, aktifitas ini dilakukan dengan tujuan untuk memohon keberkahan, dan dijauhkan dari marah bahaya. Hadiah dzikir ini menjadi titik temu dari sekian banyak tradisi sosial yang masih ada di masyarakat daerah ini.
            Tradisi-tradisi yang ada didaerah ini jika diruntutkan sesuai dengan kehidupan manusia maka di mulai dari sebelum kelahiran yaitu, opatbulan (empat bulanan), nujubulan (tujuh bulanan), akekah (aqiqah), merean ngaran (memberi nama), sunatan (khitanan), nikahan, salametan nu maot (selametan yang meninggal) dari hari pertama sampai ketujuh, opat puluh poe (empat puluh hari), natus (seratus harian), haol (haul), dan selain hal itu seperti hal-hal yang terkait dengan, pemilikan barang baru, pindah rumah, seseorang yang hendak pergi jauh, memindahkan kuburan dan bentuk aktifitas lainnya. Semua aktifitas tersebutlah yang berkaitan erat dengan diadakannya hadiah dzikir.
           Terdapat rangkain ritual yang dilakukan selama hadiah dzikir dilaksanakan. Rangkain itu terdiri dari;
1.      Tuan rumah menyambut tamu dengan perkataan terimakasih alakadarnya
2.      Tuan rumah menyampaikan tujuannya melaksanakan hadiah dzikir kepada warga yang datang dan kepada imam yang akan memimpin sekaligus membuka acaranya.
3.      Imam yang memimpin memulai hadiah dzikirnya, biasanya yang memimpin adalah tokoh masyarakat yang dianggap kompeten dalam hal keagamaan.
4.      Membacakan surat al-fatihah untuk nabi, sahabat, ulama dan keluarganya yang sudah wafat
5.      Membaca surat al-Ikhlas, al-falaq, an-nas, al-Baqarah ayat 1-7, ayat kursi, membaca lafadz tahlil, tasbih dan shalawat
6.      Do’a
7.      Penutup disampaikan oleh tuan rumah dengan mengucapkan terimakasih
Setelah hadiah dzikir selesai maka para warga yang datang disuguhkan makanan oleh tuan rumah. Makanan yang disuguhkan biasanya buah-buahan, kue dan nasi.
            Tradisi hadiah dzikir ini sampai sekarang masih dilakukan, hal ini menunjukan konsistensi umat Islam dikalangan pedesaan yang tidak menghilangkan tradisi meskipun gempuran modernisasi kian kencang memasuki desa. Tradisi tersebut diatas adalah tradisi hasil interaksi Islam dengan budaya lokal sehingga terjadi asimilasi diantara keduanya. Meminjam istilah yang dipakai Azyumardi Azra, Islam Indonesia ini adalah flowery Islam isalm yang berbunga-bunga, maksudnya adalah banyak tradisi lokal yang diadopsi dan menjadi bagian dari tradisi Islam Indonesia yang tidak terdapat di tempat-tempat lain. Hadiah dzikir sebagai great tradition sekaligus sebagai titik temu dari banyak tradisi memiliki peran dan fungsi yang urgen sebagai sarana untuk menyambung silaturahim antar warga, dan memelihara banyak kearifan lokal.

[full_width]

 Great Tradition Islam Di Bogor Barat Tradisi sosial keagamaan di Indonesia seakan tak pernah selesai diungkap satu persatu, penelit...

December 03, 2015

Islam Dan Transformasi Budaya Di Jawa Barat


            Islam merupakan salah satu agama besar yang ada di dunia, yang tumbuh dan berkembang di jazirah Arab, ajaran Islam pertama kali diperkenalkan oleh Muhamad SAW. Ajaran Islam berhasil menyebar sampai ke Nusantara pada abad ke-7 M, penyebarannya tidak lepas dari aktivitas niaga yang dilakukan oleh bangsa Arab dengan bangsa pribumi. Sifat ajaran Islam yang fleksibel berhasil menarik perhatian masyarakat luas untuk mempelajari, memahami, serta menjadi penganutnya.
 Masuknya Islam ke Nusantara memberi kontribusi yang sangat besar bagi kehidupan sosial masyarakat pribumi. Pertumbuhan dan perkembangannya cukup pesat setelah melalui tahapan yang tidak mudah, keberhasilan Islam tidak luput dari keberhasilannya berasimilasi dengan budaya lokal, sehingga Islam bisa diterima secara mudah oleh penduduk pribumi. Akulturasi budaya yang terjadi, melahirkan budaya-budaya baru yang disebut sebagai budaya Islam lokal, puncaknya terjadi pada abad ke-17 M saat peradaban Hindu-Budha menurun, pada abad inilah titik awal terjadinya proses integrasi Islam di Nusantara. Islam mulai berkembang pesat keberbagai wilayah di Nusantara, tak terkecuali di Jawa Barat, dengan Cirebon sebagai pusatnya yang telah berdiri sejak abad ke-15 M. Komunikasi budaya dengan ajaran Islam di Jawa Barat cukup kompleks dan bervariasi. Salah satu contohnya adalah melalui kesusastraan, yang  berkaitan erat dengan penulisaannya yang memakai bahasa Sunda. Bahasa sunda adalah bahasa yang di gunakan oleh sebagian besar masyarakat Jawa Barat dan Banten yang berpenduduk sekitar 30 sampai 40 juta jiwa. Kesusastraan Sunda lahir dari masyarakat Sunda yang mengalami perkembangan dari masa ke masa, yang dipengaruhi oleh budaya luar seperti, Hindu-Budhha, Islam, Jawa, dan Eropa (terutama Belanda). Kesusasteraan Sunda muncul pada abad ke- 14 sampai abad ke-16 yang di buktikan dengan adanya naskah Serat Dewabuda Atau Sewakadarma(1435 M) dan naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian (1518 M). 
Pada masa itu kesusasteraan Sunda masih di pengaruhi oleh kebudayaan dan ajaran Hindu-Budhha. Seiring runtuhnya Pajajaran pada tahun 1579 M agama Islam masuk meyebarkan ajaran dan kebudayaannya, dengan masuknya ajaran dan kebudayaan Islam dibawah kekuasaan Mataram yaitu pada awal abad ke-17 M barulah kesusasteraan Sunda mendapat pengaruh dari agama dan kebudayaan Islam serta kebudayaan Jawa yang berisikan pujipujian kepada Allah dan nabi serta cerita-cerita Islam. Kesusasteraan tradisional Sunda diantaranya; dongeng, carita pantun, mantra, kawih, sisindiran, pupujian, sawer, guguritan, dan wawacan. Dari banyaknya jenis kesusasteraan Sunda, yang memiliki fungsi sebagai media syiar Islam adalah guguritan. Guguritan atau dangding adalah bentuk puisi tradisional yang memiliki aturan baku dan masuk kedalam sajak bermatra (metrical verse). Larik-lariknya diatur secara baik sebagaimana pusi bermatra lainnya.  Di dalamnya dangding berisi berbagai hal, termasuk cerita (hikayat, roman) atau uraian agama yang ditulis berbentuk puisi dengan pola 17 jenis pupuh  yang semakin berkembang setelah mendapat pengaruh dari Islam bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Sunda pada tahun 1579.
 Dangding atau guguritan sebelumnya merupakan budaya Jawa-Mataram yang berkembang sekitar abad ke-17. Dangding yang bertransformasi menjadi media syiar Islam tidak terlepas dari ajaran tasawuf dalam Islam, tasawuf sendiri merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari cara  untuk berada sedekat mungkin dengan Allah Swt dengan melalui tahapan-tahapan tertentu (maqamat). Beberapa teori tentang penyebaran Islam di Nusantara menyatakan bahwa para penyebar Islam ke Nusantara adalah para sufi, yang menekuni ilmu tasawuf tersebut, jadi penggunaan dangding dalam menyiarkan Islam tidak terlepas dari pembawa ajaran Islam ke Nusantara itu sendiri, mereka mengajarkan tasawuf kepada muridnya yang kemudian di sampaikan kembali oleh murid-muridnya dengan membuat ajaran tasawuf dalam bentuk dangding. Cara penyampaiannya , dangding di iring oleh tembang karawitan, tapi kadang hanya di bacakan saja, nilai seni yang terdapat dalam dangding tidak hanya cara penyampainnya saja yang ditembangkan, tapi dalam penulisannya yang sangat memperhatikan pemilihan kata (diksi). Penulisan dangding dalam tradisi Sunda umumnya berbentuk metafora, yang berisi amanat dari penulis, selain itu umumnya penulis menyertai tulisannya dengan situasi dan kondisi sekitar seperti kondisi alam, tapi tetap dalam aturan penulisannya dan tidak menghilangkan pesan yang ingin disampaikan. 
Dalam sejarah Jawa Barat mengenai dangding yang berkontemplasi dengan tasawuf terdapat tokoh-tokoh yang cukup terkenal karena ke khasan dan peranannya dalam menyebarkan ajaran tasawuf, salah satunya adalah Haji Hasan Mustapa. Dangding yang di tulis oleh Haji Hasan Mustapa yang paling terkenal adalah martabat tujuh ajarannya berisi tentang hubungan khalik dengan makhluknya dalam proses pencairan diri yang di bingkai dalam tradisi Sunda, ia menggunakan ajaran ini sebagai pijakan meningkatkan martabat rohani. Konsep dan cara penyampain ajaran ini telah membentuk sistem kepercayaan yang menjadi landasan penting bagi pembentukan serta penanaman nilai-nilai budaya dan nilai-nilai keagamaan.[8] Akulturasi yang terjadi antara Islam dengan budaya lokal telah membentuk karakter yang kuat, dan memberi suatu kemajuan di berbagai aspek kehidupan. Ajarannya yang tak mengenal sistem kesukuan dan kasta, telah membukakan jalan bagi pemeluknya untuk terus memperbaiki diri, dengan cara terus mempelajari menuntut ilmu. Islam Nusantara merupakan bagian dari peradaban Islam dunia yang memiliki banyak keunikan serta ke khasan yang tidak di milik oleh peradaban Islam lainnya, penyebarannya melalui jalan damai telah membuat Islam berjaya.IN

Daftar Pustaka:


[1]AzyumardiAzra, JaringanUlamaTimur Tengah Dan Kepulaun Nusantara Abad  XVII & XVIII, Jakarta, 2013, h. 8
[2]icon
[3]Abdul Hadi W.M, Menjadi Indonesia, Jakarta, 2006, h. 465
[4] Achadiati Ikram, dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia (Bahasa, Sastra, Dan Aksara), Jakarta, 2009, h. 108-126
[5] Jajang A Rohmana, Tasawuf Sunda Dan Warisan Islam Nusantara: Martabat Tujuh Dalam Dangding Haji Hasan Mustopa, UIN sunan Gunung Jati Bandung, 2013, h. 12
[6] Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme Dalam Islam, Jakarta, 2008, h. 43
[7] Abdul Hadi, dkk, Indonesia Dalam Arus Sejarah (Kedatangan dan Peradaban Islam),Jakarta, 2012, h.5
[8] Edi Sedyawati, Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta, 2012, h.415.
[full_width]

            Islam merupakan salah satu agama besar yang ada di dunia, yang tumbuh dan berkembang di jazirah Arab, ajaran Islam pertama...

Cerdas Menghadapi Pemira




    Oleh : Faishal Bagaskara

       Belum lama ini terdapat postingan berupa artikel yang mendiskreditkan perhelatan akbar tahunan, Pemira. Seperti mengatakan bahwa Pemira identik dengan politik kotor yang didalangi oleh organisasi – organisasi ekstra kampus. Namun amat disayangkan, bahwa yang menulis artikel tersebut juga merupakan salah seorang penggerak dari salah satu organisasi ekstra kampus. Sementara website yang digunakanpun juga dikendalikan oleh oknum – oknum yang berasal dari organisasi ekstra yang sama dengan si pembuat artikel. Tentu kita bertanya - tanya ada apa gerangan ? apakah ini juga merupakan bagian dari manuver atau taktik mereka dalam Pemira ? 
  
            Kemudian  manuver lain yang sudah dilancarkan adalah dengan melakukan sosialisasi kepada mahasiswa secara massive, di antaranya dengan pendekatan seperti ngobrol masalah kuliah, diskusi, dan lain – lain. Namun sangat disayangkan, di tengah pendekatan itu, masih saja  terdapat omongan yang menyudutkan salah satu calon kandidat dari salah satu orgasnisasi ekstra yang dilakukan oleh kader organisasi ekstra lain. Dengan memaparkan berbagai macam kekurangan dari pada calon kandidat tersebut walaupun kabar tersebut belum tentu benar. Meskipun sifatnya negative, namun Hal semacam ini sudah menjadi kultur, bahkan di ranah Pemilu nasional  hal ini lumrah terjadi. 

          Dari dua fenomena di atas,  tentu akan  menjadi peluru  yang akan memperburuk perhelatan Pemira. Melihat Kasus yang pertama,  Bukan berarti  mahasiswa  harus bingung atau terpengaruh dengan postingan apapun terkait Pemira, hingga memutuskan memilih untuk  Golput (Golongan Putih). Atau menjadi orang yang mudah diperdaya dengan isu – isu yang belum tentu benar dari mana datangnya hingga menjadikan kita manusia bermoral budak (sklavenmoral) jika mengacu kepada kasus yang kedua.  Teringat Rene Descartes, Segala yang ada di dunia ini harus dicurigai (de omnibus dubitandum) apa lagi menjelang Pemira. 

         Maka sudah sepatutnya kita sebagai pemilih yang cerdas haruslah memeriksa dengan teliti (tabayyun) berhati –hati dan tidak tergesa – gesa terhadap sebuah berita atau kabar yang datang (tatsabbut). Jadikan Pemira tahun ini sebagai miniatur politik sekaligus sebagai wahana belajar untuk menjadi pemilih yang cerdas dalam memilih pemimpin yang memiliki kredibilitas tinggi. Itulah raison d etre seorang intelegensia, yaitu mahasiswa.

    Oleh : Faishal Bagaskara        Belum lama ini terdapat postingan berupa artikel yang mendiskreditkan perhelatan akbar tahu...

November 26, 2015

Memberi Kesadaran Terhadap Posisi Ulama

oleh : Baymer


        

Al ulama’ warosatul anbiya, “ulama adalah warisan para nabi”. [HR. Abu daud dan at Tirmidzi].
Di atas adalah sepenggal hadis tentang pengenalan sosok ulama di mata Nabi Muhammad. Kalau kita melihat hadis tersebut, jelaslah bahwa ulama itu adalah seorang yang mempunyai martabat tinggi, sehingga Nabi menyebut mereka sebagai pewarisnya. Dalam arti yang sesungguhnya, pewaris adalah penerus perjuangan yang dilakukan nabi selama hidupnya. Untuk mencapai posisi yang tersebut, tentu seseorang butuh disiplin dan kebersihan hati yang tinggi pula, sehingga dia pantas menerima title sebagai ulama. Selain memiliki disiplin dan kebersihan hati yang tinggi, ulama juga harus memberi kesan yang berwibawa terhadap orang yang berada di sekelilingnya. Sangat tidak heran jika seorang ulama selalu menjadi sosok panutan bagi umat, dan secara tidak langsung, ulama juga menjadi panutan bagi pemerintahan yang menjalankan syari’at agama. Bahkan pada momen tertentu, ulama juga menjadi orang yang dimintai pendapatnya oleh pemerintahan sekuler sekalipun. Seperti pada kasus Soeharto dan Nurcholis Madjid dkk pada peristiwa reformasi.
Posisi Yang Strategis
       Di atas kita sudah melihat bahwa seorang yang memegang title sebagai ulama adalah orang yang benar-benar memiliki keistimewaan khusus yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa, di mata agama maupun masyarakat luas. Selain keistimewaan yang disebutkan di atas, tentu ulama juga memiliki tanggung jawab yang tinggi pula, tidak jarang keputusan seorang ulama menjadi penentu terhadap terjadinya peristiwa-peristiwa besar di indonesia bahkan dunia. Seperti yang kita lihat pada peristiwa pembantaian syiah di Sampang. Peristiwa ini terjadi setelah sebelumnya MUI (majelis ulama indonesia) mengeluarkan fatwa sesat kepada penganut syiah. Atau berapa banyak nyawa yang terselamatkan karena Umar bin Abdul Aziz lebih memilih jalan diplomatis timbang kekerasan untuk menghadapi kaum Khawarij, dan masih banyak lagi contoh-contoh lain yang mengindikasikan bahwa keputusan ulama itu benar-benar berdampak besar terhadap hal apapun. 
Dengan pengaruh yang dimilkinya, sejatinya seorang ulama harus benar-benar teliti ketika menentukan fatwa, apalagi terhadap hal-hal yang menyangkut sosial masyarakat dan negara. Dalam hal ini, umat Islam juga harus pintar memilih dan menentukan mana yang benar-benar ulama, mana pula yang hanya ingin memanfaatkan posisinya sebagai ulama, yang di dalam hadis disebutkan al ulama as su’ (ulama yang jahat). Akan tetapi hal tersebut dipersulit dengan susahnya membedakan antara ulama yang asli atau palsu. Tidak heran nabi muhammad lebih menghawatirkan kesesatan yang ditimbulkan oleh seorang ulama yang jahat timbang kesesatan yang didatangkan oleh dajjal. Karena kesesatan yang berasal dari ulama jahat terselubung di balik pamornya sebagai pewaris nabi. Berbeda dengan dajjal sudah jelas kesesatannya.
       Untuk kita yang berada di indonesia, seseorang yang dianggap ulama oleh masyarakat, masih menjadi sosok yang dijadikan panutan untuk menentukan berbagai permasalahan agama. walaupun dari segi keilmuan si ulama belum tentu mempunyai kredibilitas yang cukup untuk menetukan masalah tersebut, tidak jarang si ulama memberi jawaban yang ngasal alias tanpa ada pertanggungjawaban yang bisa dipegang kebenarannya. Akhirnya, yang mendapat imbasnya adalah masyarakat awam yang cenderung mengabsolutkan ucapan para ulama tersebut. Selain membodoh-bodohi masyarakat, ulama juga sering dijadikan alat politik bagi parpol tertentu untuk merebut hati masyarakat. Ironisnya lagi, sebagian dari mereka mengada-adakan fatwa pendukung terhadap parpol yang diusungnya, yang sebenarnya tidak ada dalil syari’ahnya sama sekali. Lagi-lagi rakyat kecilah yang mejadi korban atas kelakuan buruk para ulama-ulama yang tidak bertanggung jawab.
          Namun, selain contoh-contoh tingkah laku tidak senonoh para ulama su’ tersebut, tidak sedikit pula ulama yang benar-benar sosok yang dikatakan nabi seribu empat ratus tahun yang lalu. Yaitu mereka yang melanjutkan doktrin-doktrin perjuangan nabi, yang tercantum di dalam al quran dan hadis. Tidak jarang mereka menjadi pelopor utama kebaikan dalam lingkungan masyarakat. Mereka ini biasanya bercampur dengan ulama-ulama yang jahat, sehingga mempersulit masyarakat awam untuk membedakan identitas asli mereka. 
Solusi
      Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, bahwa sejatinya setiap orang itu harus pintar memilah-milih fatwa-fatwa yang disampaikan para ulama. Untuk itu, masyarakat harus memiliki pengetahuan-pengetahuan dasar ajaran agama, seperti kebaikan bersama, hidup damai dengan tetangga, dan yang paling pentingnya adalah memilki rasa toleran yang tinggi terhadap perbedaan budaya, paham (madzhab), bahkan agama sekalipun. Dan penting juga bagi masyarakat untuk menyadari bahwa fatwa-fatwa yang disampaikan itu bukanlah sesuatu yang absolut kebenarannya, hal ini sangat efektif untuk menghindari taqlid buta yang sempat membuming pada abad pertengahan. Selain penekanan kesadaran dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat awam, ditekankan juga kepada para pelajar ataupun mahasiswa untuk memutus benang tindakan buruk yang sudah ada sejak zaman adam ini. Mungkin terlalu naif jikalau kita mengatakan untuk menghentikan kebiasaan ini, namun setidaknya kita sebagai pelajar dan mahasiswa mencoba untuk mengurangi statistik ulama-ulama bergolongan su’ yang ada di indonesia, dunia secara universalnya. Karena kalau tidak dengan dimulai dari pelajar-pelajar dan mahasiswa muda, maka ditakuti akan terlebih dahulu terbawa arus deras yang siap mengancam kapan dan di manapun. 
        Namun, usaha-usaha tersebut tidak akan terealisasikan dengan sempurna jika tidak dibantu dan didukung oleh pemerintahan. Karena bantuan dan dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk kelancaran proses sosialisasi kesadaran tentang posisi ulama yang sebenarnya kepada seluruh masyarakat hingga kepelosok-pelosok jauh. Begitu juga dukungan terhadap pelajar. Dengan bentuk-bentuk usaha di atas saya yakin bisa mengurangi kejumudan masyarakat terhadap tipuan-tipuan yang digencarkan oleh ulama-ulama yang bergolongan su’ tersebut, dan bisa menimbulakan benih-benih ulama baru yang mempunyai kredibilitas dan kapabilitas, sehingga bisa melanjutkan perjuangan Nabi dan mejadi warosatul anbiya yang sebenarnya. Amin.  Baymer

[full_width]

oleh : Baymer          Al ulama’ warosatul anbiya, “ulama adalah warisan para nabi”. [HR. Abu daud dan at Tirmidzi]. Di a...

Tantangan Menghadapi Jihad Freelance Di Indonesia

Tantangan Menghadapi Jihad Freelance Di Indonesia

    Aksi teror yang terjadi di Paris, Prancis pada 13-14 November 2015 menjadi santer diberitakan berbagai media nasional dan internasional. Teror yang tak kurang menewaskan 129 orang kembali berhasil menyedot perhatian dunia, tak terkecuali  di Indonesia. Beritanya muncul diberbagai media, mulai dari berita cepat lewat jejaring sosial media, televisi dan koran. Respon masyarakat dari berbagai kalanganpun bermunculan, mereka mengecam keras peristiwa teror ini. Menurut berita yang tersebar di berbagai media, aksi ini dilancarkan oleh NIIS (Negara Islam Iraq dan Suriah) dengan alasan membalas serangan udara yang dilayangkan Prancis terhadap pejuang NIIS di Irak dan Suriah. Aksi teror yang mereka lakukan di Paris menimbulkan banyak kekhawatiran di Indonesia, trauma masa lalu muncul kembali kepermukaan, teror bom Bali satu dan dua, dan teror bom bunuh diri di Hotel JW Marriot, teringat kembali dibenak masyarakat Indonesia.
    Jumlah warga Indonesia yang mengikuti NIIS tidak kurang dari 500 orang, jumlah yang  cukup banyak untuk negara sekaliber Indonesia yang dikenal sebagai negara Islam yang moderat. Banyaknya warga Indonesia yang ikut berpartispasi melancarkan misi NIIS tidak terlepas dari tingginya intensitas berita tentang NIIS yang dipengaruhi oleh kecanggihan teknologi. Sekarang semua orang dari berbagai kalangan dan usia bisa dengan cepat mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Jaringan internet bisa diakses dimana saja dan kapan saja, melalui berbagai macam gadget canggih yang sekarang sudah menjadi barang yang dimiliki oleh banyak orang Indonesia. Perkembangan teknologi internet ini tentunya dimanfaatkan baik oleh NIIS dalam melancarkan aksinya. Mereka dengan mudah menyebarkan ideologi mereka tentang jihad melawan kelompok-kelompok yang tidak mengikuti ideologinya, hal ini terjadi sejak Al-Adnani setahun yang lalu mengeluarkan fatwa untuk menyerang musuh-musuhnya dimanapun mereka berada. 
  Dengan melalui jaringan internet seperti, facebook, twitter, instagram, dan youtube NIIS meyebarkan ideologinya dengan sangat mudah. Jejaring sosial seperti yang disebutkan tadi adalah yang paling banyak diakses oleh orang-orang Indonesia, dengan kontinuitas yang tinggi maka secara perlahan tapi pasti ideologi mereka merasuk dalam mindset masyarakat, terutama pada golongan anak muda yang setiap harinya pasti mengakses internet, dan ditambah dengan daya kritis yang lemah terhadap suatu informasi. Sebagai contoh pada bulan Juli 2014 Indonesia dikejutkan dengan video orang Indonesia di youtube yang mengajak warga Indonesia bergabung dengan NIIS, hal ini telah membuktikan bahwa efektifitas jaringan Internet sebagai media informasi ideologi mereka. 
    Masalah yang sangat dikhawatirkan dari derasnya informasi tentang NIIS adalah, jihad freelance dimana jihad ini bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja,  orang yang melakukan jihad tipe ini bisa dengan cara meniru teknik pembuatan bom dari kelompok teroris yang bisa diaksesnya lewat internet dan juga meniru teknis pengebomannya, yang melakukanya bisa siapa saja tanpa di organisir. Hal ini dimungkinkan terjadi karena ideologi NIIS telah meresap secara masif dimasyarakat. Para aktor atau perilaku jihad rela mati karena mereka menggap bahwa mati fisabilillah adalah jalan terbaik untuknya dan untuk kemajuan Islam. Jihad freelance ini  bisa saja hadir dan merebak di Indonesia seiring dengan meningkatnya aksi yang di lancarkan oleh NIIS diseluruh dunia dengan motif keagamaan yang mereka bawa dan secara historis Indonesia mempunyai perjalan panjang mengenai aksi radikal atas nama agama. Mulai dari Darul Islam yang motori oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo , Jemaah Islamiyah dan kelompok-kelompok radikal lainya. Meskipun pemerintah sudah sejak dulu berusaha mengantisipasi adanya gerakan ini namun perlu diwaspadai bahwa daerah-daearah yang pernah di duduki oleh kelompok-kelompok tadi masih meninggalkan jejak ideologinya dalam kalangan masyrakat sekitar, karena sesungguhnya ilmu-ilmu yang mereka telah tanamakan tidak akan hilang melainkan beranak-pinak dan berkembang tanpa bisa dikontrol.
   Jihad freelence yang dikhawatirkan timbul di Indonesia ini menjadi tantangan untuk pemerintah dan seluruh warga Indonesia. Karena wujudnya telah terlihat secara jelas dengan menganilisis peristiswa yang sudah terjadi, tercatat sejak tahun 1981 sampai tahun 2012 aksi teror bom telah terjadi diberbagai wilayah di Indonesia. Dalam mengantisipasi terorisme, terutama terorisme yang disebut dengan jihad freelance harus dibentuk kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Melakukan sosialisasi terkait pentingnya menjaga kerukunan dalam beragama, dan keutuhan negara Indonesia dan menegakan hukum yang sesuai dengan UU No 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Terorisme. Tindakan preventif ini sangat berguna untuk menjaga kestabilan negara, sehingga pada akhirnya jihad freelance tidak terjadi dan kalaupun nanti jihad freelance ini terjadi pemerintah dan masyarakat harus merapatkan barisan demi keutuhan bangsa dan negara IndonesiaIH

Tantangan Menghadapi Jihad Freelance Di Indonesia      Aksi teror yang terjadi di Paris, Prancis pada 13-14 November 2015 menjadi san...

November 25, 2015

Hasil Musyawarah LKISSAH


Hasil Musyawarah
L-KISSAH
(Lingkar Kajian Ilmu Sastra dan Sejarah)














Di :
Sekretariat Himpunan Mahasiswa Jurusan
Fakultas Adab dan Humaniora
Kamis, 5 November 2015





Sambutan :
Penyelanggara Musyawarah L-KISSAH (Mulkis)

Bismillahirrahmanirrahim
     Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana manusia tidak akan lepas dari nikmat yang diberikanNya, baik itu orang yang mempercayai eksistensiNya maupun orang yang menafikanNya. Shalawat salam tetap tercurahkan kepada senior kita, Nabi Muhammad SAW, yangmana beliau telah meletakkan dasar perjuangan manusia sebagai makhluk yang bertauhid dan beradab, yang insya Allah akan kita lanjutkan melalui gagasan yang dicurahkan pada Musyawarah L-KISSAH (Mulkis) yang telah terlaksanakan pada kamis, 5 November 2015 di sekretariat HMJ FAH.
   Setelah melalui berbagai kendala, dimulai dari kesibukan teman-teman Kisser (sebutan untuk aktivis L-KISSAH) termasuk saya juga yang secara struktural sebagai pelaksana tugas L-KISSAH, sampai kepada kurangnya apresiasi teman-teman Kisser untuk kumpul bersama membahas apapun terkait L-KISSAH kedepannya mau dijadikan seperti apa?, akhirnya, dengan kekurangan dan sedikitnya partisipan yang hadir, akhirnya kita berkumpul, jumpa muka, jumpa pikiran dan jiwa. Ketika itu ada bang Irvan (Irvan Hidayat), bang Ical (Faisal Bagaskara), Bang Jawir (Syafiq Naufal), Arman (Abdurrahman Heriza), Andika (Andhika Ripwan), Dicky (Dicky Prasetya), Opank (Naufal Agil), dan saya sendiri.
    Perlu kita ketahui, L-KISSAH adalah forum diskusi sejarah yang dimulai oleh tiga orang penggagas awal, bang Fikri Dikriansyah, bang Dede Mulyana dan bang Rian Wahyudin. Mereka terinspirasi dengan PIUS (Pojok Inspirasi Usuluddin) forum diskusi yang ada di fakultas Usuluddin. Karena sering mengikuti forum tersebut, maka terlintas di benak mereka untuk membentuk sesuatu yang sama, yang berorientasikan ilmu sejarah dan sastra di fakultas Adab dan Humaniora. Mereka berharap dengan adanya forum ini, semangat untuk berdiskusi timbul di dalam hati para mahasiswa, terlebih-lebih mahasiswa kepada mahasiswa Adab dan Humaniora.
    Pada mulanya, diskusi hanya diikuti oleh mereka bertiga saja, saya sendiri tidak tahu pasti berapa lama hal tersebut berlangsung, namun ketika tahun ajaran baru dimulai (tahun angkatan saya, 2014-1015), bang Irvan yang ketika itu merasa gelisah terhadap masa depan mahasiswa baru SKI, mengajak saya dan teman-teman untuk membentuk satu forum diskusi yang mewadahi mahasiswa Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI). Dengan segala kesepakatan dan perjuangan bang Irvan-dengan mengajak MABA SKI melalui sms dll-akhirnya diadakan diskusi pada hari Rabu, 10 september 2014 di basement fakultas Adab dan Humaniora. Ketika itu diskusi dimulai dari ba’da ashar sampai jam setengah enam sore dan terus berkelanjutan hingga hari ini.
      Saya tidak tahu bagaimana proses terbentuknya nama L-KISSAH, akan tetapi ketika hari pertama diskusi, ada yang bertanya mengenai nama forum diskusi ini, bang Rian yang sedari awal mengikuti jalannya diskusi, memproklamirkan nama L-KISSAH sebagai nama forum diskusi ini.
      Dengan segala kendala dan rintangan, ditambah konsistensi kami dalam berdiskusi di L-KISSAH, akhirnya nama L-KISSAH dikenal di fakultas Adab dan Humaniora dan menjadi icon bagi mahasiswa SKI, khususnya anak-anak SKI yang suka nongkrong di basement Adab.
   Setelah berjalan dua tahun, akhirnya L-KISSAH mengadakan musyawarah pertamanya. Musyawarah ini dilakukan untuk memperbaiki sistem kepengurusan dan metode diskusi, karena pada masa sebelumnya hanya ada satu orang Pelaksana Tugas untuk menjaga eksistensi forun supaya tetap konsisten menjalankan diskusi. Bahkan sebelum ada Pelaksana Tugas, L-KISSAH tidak mempunyai kepengurusan yang jelas yang bertanggung jawab atas berjalannya diskusi. Oleh karena itu, saya menyebut masa-masa ini sebagai masa konsolidasi, masa menjaga L-KISSAH untuk terus konsisten melakukan diskusi.
    Saya merasa bersyukur kepada Tuhan karena setelah bermusyawarah L-KISSAH mempunyai struktural kepengurusan yang jelas, walaupun masih dikonsep secara sederhana namun saya yakin bisa membawa L-KISSAH menjadi lebih baik kedepannya. Selain itu L-KISSAH juga mempunyai agenda lain selain diskusi dan mempunyai silabus sendiri.
      Saya berdo’a kepada Tuhan dan berharap kepada teman-teman Kisser, semoga dengan adanya Musyawarah L-KISSAH (Mulkis) ini bisa membawa perubahan kepada forum kedepannya, serta bisa menjadikan mahasiswa-mahasiswa SKI yang benar-benar berkompeten di bidangnya dan bisa mengaharumkan nama bangsa melalui ilmu sastra dan sejarah, sehingga pada akhirnya ikut mengharumkan nama kampus UIN Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora dan kepada L-KISSAH sendiri. 
     Terakhir, saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Kisser yang ikut membantu dan hadir di musyawarah yang saya selenggerakan ini, kepada bang Irvan dan bang Rian yang telah mempercayakan L-KISSAH kepada saya selama satu setengah semester untuk mengurus L-KISSAH, selama kepengurusan itu saya mendapat begitu banyak masukan dan pelajaran yang kalian berdua berikan, kepada bang Ical dan bang jawir yang juga banyak memberi saya masukan mengenai metode diskusi, kepada mas Reyhan yang rela-rela ke UIN hanya untuk mendampingi kami diskusi dan kepada Arman, Joe, Dicky, Opank, Andika, Fachry, dan Ulya yang hanya absen ketika ada kegiatan lain saja, tidak lupa juga kepada adik-adik baru kami yang semoga nanti bisa ikut berkontribusi di L-KISSAH dan kepada seluruh pihak yang ikut membantu atas berjalannya diskusi selama ini, saya bukanlah siapa-siapa tanpa kalian semua yang menemani saya menjalankan tugas sebagai Plt. L-KISSAH.




                                   Ciputat, 6November 2015
                                           Plt. L-KISSAH


                                           Ubaidillah                                  
          
Struktur Kepengurusan L-KISSAH
Periode 5 November 2015 - 5 Mei 2016


Direktur 
Irvan Hidayat


               
Departemen Keilmuan
  1. Faishal Bagaskara
  2. Rian Wahyudin
  3. Ubaidillah



Departemen Kominfo 
  1. Andhika Ripwan S
  2. Dicky Prasetya
  3. M Syafiq Nauval


Departemen Logistik
  1. Aburrahman Heriza
  2. Naufal Aqil






 Agenda L-KISSAH
~Diskusi 
  1. Senin pertama: Pengantar Ilmu Sejarah
  2. Senin kedua: Pengantar Ilmu Sastra
  3. Rabu: Sejarah klasik, medieval dan modern Indonesia
  4. Nonton film
  5. Aksi
  6. Kunjungan



Hasil Musyawarah L-KISSAH (Lingkar Kajian Ilmu Sastra dan Sejarah) Di : Sekretariat Himpunan Mahasisw...