Indonesia pasca IMF: keluar dari program, masuk post program
Oleh : Muhammad Ikbar Ishomi
(
mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah)
Terjadinya malaise atau
kehancuran ekonomi pada masa depresi besar-besaran pada tahun 1930-an yang memporak-porandakan
perekonomian dunia sebagai akibat terjadi perang dunia 1, telah melumpuhkan
segenap aktivitas di pasar-pasar finansial intenasional dan meluncurkan volume
perdagangan internasional pada titik yang paling rendah, selama sekian
dasawarsa sebelumnya. Sehingga sangatlah wajar apabila pada juli 1944, dimana
pada saat itu juga perang dunia 2 telah menunjukkan tanda-tanda kemenangan bagi
sekutu, para wakil dari 45 negara bertemu dalam konfrensi di Bretton words,
Negara bagian New Hampspire,AS, dengan maksud menyusun suatu kerangka kerjasama
ekonomi dan keuangan pasca perang dunia 2 melalui suatu lembaga pendanaan yang
bersifat internasional.
Dalam konfrensi ini forum didominasi oleh dua pakar ekonomi
dunia yaitu: John Maynard Keynes dari inggris dan DH white dari AS, akhirnya
memperoleh kesepakatan untuk membentuk tiga lembaga utama dalam sistem pembayaran dan
keuangan
internasional,yaitu: IMF (International Monetary fund),bank dunia,dan sistem kurs valuta
Bretton woods. Ketiga
lembaga tersebut merupakan lembaga yang mengelola sistem keuangan dan
pembayaran internasional pertama yang disetujui secara bersama-sama.
Dalam status pendirian IMF, yang
selanjutnya berfungsi sebagai lembaga pendanaan internasional, terdapat enam
butir tujuan yang disetujui para peserta konfrensi, yakni sebagai berikut: (1) memajukan kerjasama
moneter internasional dengan jalan mendirikan lembaga IMF, (2) memperluas perdagangan
dan investasi dunia,
(3) memajukan kurs valuta asing, (4)
mengurangi dan membatasi praktek-praktek pembatasan terhadap pembayaran
internasional, (5) menyediakan dana yang
dapat dipinjamkan dalam bentuk pinjaman jangka pendek, sampai dapat ditemukan
bahwa defisit
neraca pembayaran hanya dapat dibatasi dengan jalan menyesuaikan tingginya kurs
devisa, (6)
memperpendek dan memperkecil besarnya defisit
atau surplus neraca pembayaran.
Dalam hubungannya dengan IMF pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak
melanjutkan program bantuan ekonomi dari International Monetary Fund (IMF) sejak tahun 2003. Keputusan yang
diambil pada akhir juli 2003 itu mengakhiri perdebatan panjang mengenai
kelanjutan program tersebut, dengan demikian IMF akan memonitor
program reformasi ekonomi Indonesia dalam pola post-program monitoring (PPM) mulai
tahun 2004. Dengan menjalankan program tersebut, pemerintah diharuskan untuk mencicil
pembayaran utangnya kepada IMF sebesar USS 9.2 miliar hingga 2010.
Alternatifnya, pemerintah bisa memlih tidak menjalani PPM. Konsekusesinya, pada
akhir tahun pemerintah harus membayar sebesar uss 5.9 miliar untuk menurunkan
stok utangnya menjadi USS 2.8 miliar, sebesar kuota Indonesai di IMF.
Keputusan tersebut juga
mengakhiri lima tahun periode love-hate relationship antara Indonesia dan IMF.
Pada tahun 1998, kedua
belah pihak
sepakat dengan
sebuah program bantuan ekonomi selama 4 tahun. Selama itu pula keberadaan IMF
di Indonesia diwarnai oleh dukungan sekaligus
kritik. Program bantuan tersebut seharusnya berakhir tahun 2002, tetapi
pemerintah memperpanjang selama setahun. Meski sejumlah kalangan tetap
berpendapat bahwa Indonesia masih membutuhkan keberadaan IMF untuk satu tahun
lagi langkah demikian akan tidak popular secara politis. Kalau IMF diibaratkan
seorang dokter, maka Indonesia adalah satu pasiennya, sayangnya Indonesia
yang sakit malaria itu, ternyata oleh dokter IMF doberi obat antihamil,
sehingga penyakitnya tidak sembuh, tetapi justru malah tambah parah, itu bisa dibuktikan
dari beberapa resep yang diberikan IMF kepada pemerintah Indonesia baik di masa
Soeharto, Habibie, Abdurrahman Wahid, dan
Megawati. Ketidakpercayaan
masyarakat tersebut, kemudian berlanjut dengan terjadinya kerusuhan yang sangat besar
jumlahnya, sehingga mengakibatkan banyak bank, terutama bank-bank swasta
menjadi goyah dan wajib menjadi pasien BPPN (Badan Penyehatan Perbankan
Nasional.
Hampir semua sulit disembuhkan atau dipulihkan, kecuali adanya campur tangan
pemerintah melalui rekapitulasi perbankan.
Karena dengan ongkang-ongkang
saja, ia telah berhasil meraup keuntungan besar sebesar 67% dari uang yang ia
didepositkan sebelum dipotong pajak. Karena hampir semua pemilik uang
mendepositkan uangnya di bank, maka perusahaan tidak berjalan, sehingga yang
terjadi adalah meledaknya jumlah pengagguran,
yang saat ini mencapai sekitar 40 juta orang. Selanjutnya, berbagai resep IMF semakin tidak jelas
arahnya bagi pemulihan ekonomi di Indonesia, bahkan nampak sekali membabi buta,
sehingga semakin kentara sekali kedoknya, dalam upaya memiskinkan Indonesia.
Karena itu dengan mengucapkan terima kasih kepada IMF yang telah ‘’menjalin
persahabatan’’ dengan Indonesia sejak 1997, kita berjuang untuk melepaskan
keterikatan yang ada, artinya
Indonesia memutuskan kerjasama dengan IMF. Hal ini harus dilakukan demi masa
depan Indonesia.
Walaupun banyak yang berpendapat bahwa Indonesia tidak
akan mampu memenuhi transaksi pembayaran, harga-harga akan naik dan sebagainya.
Sebernarnya tidak masalah
jika kita
menderita dalam jangka pendek, tetapi kita harus bertekad bahwa kita menderita
untuk menggapai kesuksesn mandiri di masa
depan. Akhirnya, kita yakin, tanpa IMF ekonomi Indonesia bisa berjalan mencapai
pemulihannya kembali.
Permainan Poker Paling Seru Bersama Winning303...
ReplyDeleteMenghadirkan IDN poker
Dengan 1 User ID, Sudah Dapat Bermain 8 Games Kartu Populer :
1. Texas Poker
2. Omaha Poker
3. Domino QQ
4. Ceme Keliling
5. Bandar Ceme
6. Capsa Susun
7. Bandar Capsa
8. BIG 2
Tunggu Apa Lagi, Ayok Segera Daftarkan Diri Anda Bersama Kami Di Winning303
Informasi Lebih Lanjut, Silakan Hubungi Kami Di :
- WA : +6287785425244