Tradisi
sosial keagamaan di Indonesia seakan tak pernah selesai diungkap satu persatu,
penelitian sudah sangat banyak terkait hal ini, meskipun begitu tradisi selalu
jadi hal yang menarik untuk terus dikaji. Penulis merasa perlu menginformasikan
suatu tradisi yang ada dan terus terjaga di daerah tempat tinggal penulis yaitu
didaerah Desa Mekarsari, Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Ada cukup banyak
tradisi yang ada didaerah ini, tapi untuk kali ini penulis akan menguraikan great tradition (tradisi besar) yang
menjadi titik temu dari sekian banyak tradisi yang ada. Great tradition tersebut dikenal secara umum dalam bahasa
sehari-hari dengan nama tahlilan atau dalam bahasa setempat dikenal dengan nama
hadiah dzikir.
Hadiah
dzikir tersusun dari dua kata yaitu hadiah
dan dzikir yang secara etimologi hadiah berarti pemberian dan dzikir berarti mengingat. Secara
terminologi hadiah dzikir adalah
memanjatkan puji-pujian kepada Allah. Hadiah
dzikir dilakukan secara bersama-sama ditempat yang telah ditentukan
biasanya di masjid, mushola, dan dirumah. Aktifitas ini sudah dilakukan secara
turun temurun, aktifitas ini dilakukan dengan tujuan untuk memohon keberkahan,
dan dijauhkan dari marah bahaya. Hadiah
dzikir ini menjadi titik temu dari sekian banyak tradisi sosial yang masih
ada di masyarakat daerah ini.
Tradisi-tradisi yang ada didaerah
ini jika diruntutkan sesuai dengan kehidupan manusia maka di mulai dari sebelum
kelahiran yaitu, opatbulan (empat bulanan), nujubulan (tujuh bulanan), akekah
(aqiqah), merean ngaran (memberi nama), sunatan (khitanan), nikahan, salametan
nu maot (selametan yang meninggal) dari hari pertama sampai ketujuh, opat puluh
poe (empat puluh hari), natus (seratus harian), haol (haul), dan selain hal itu
seperti hal-hal yang terkait dengan, pemilikan barang baru, pindah rumah,
seseorang yang hendak pergi jauh, memindahkan kuburan dan bentuk aktifitas
lainnya. Semua aktifitas tersebutlah yang berkaitan erat dengan diadakannya hadiah dzikir.
Terdapat
rangkain ritual yang dilakukan selama hadiah
dzikir dilaksanakan. Rangkain itu terdiri dari;
1. Tuan
rumah menyambut tamu dengan perkataan terimakasih alakadarnya
2. Tuan
rumah menyampaikan tujuannya melaksanakan hadiah
dzikir kepada warga yang datang dan kepada imam yang akan memimpin
sekaligus membuka acaranya.
3. Imam
yang memimpin memulai hadiah dzikirnya,
biasanya yang memimpin adalah tokoh masyarakat yang dianggap kompeten dalam hal
keagamaan.
4. Membacakan
surat al-fatihah untuk nabi, sahabat, ulama dan keluarganya yang sudah wafat
5. Membaca
surat al-Ikhlas, al-falaq, an-nas, al-Baqarah ayat 1-7, ayat kursi, membaca
lafadz tahlil, tasbih dan shalawat
6. Do’a
7. Penutup
disampaikan oleh tuan rumah dengan mengucapkan terimakasih
Setelah
hadiah dzikir selesai maka para warga
yang datang disuguhkan makanan oleh tuan rumah. Makanan yang disuguhkan
biasanya buah-buahan, kue dan nasi.
Tradisi hadiah dzikir ini sampai sekarang masih dilakukan, hal ini
menunjukan konsistensi umat Islam dikalangan pedesaan yang tidak menghilangkan
tradisi meskipun gempuran modernisasi kian kencang memasuki desa. Tradisi
tersebut diatas adalah tradisi hasil interaksi Islam dengan budaya lokal
sehingga terjadi asimilasi diantara keduanya. Meminjam istilah yang dipakai
Azyumardi Azra, Islam Indonesia ini adalah flowery
Islam isalm yang berbunga-bunga, maksudnya adalah banyak tradisi lokal yang
diadopsi dan menjadi bagian dari tradisi Islam Indonesia yang tidak terdapat di
tempat-tempat lain. Hadiah dzikir sebagai
great tradition sekaligus sebagai titik temu dari banyak tradisi memiliki peran
dan fungsi yang urgen sebagai sarana untuk menyambung silaturahim antar warga,
dan memelihara banyak kearifan lokal.
[full_width]